BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN. cacing Ascaris suum Goeze yang mati pada perendaman dalam berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

EFEK ANTIHELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI ADAS MANIS (Pimpinella anisum L.) PADA CACING GELANG BABI (Ascaris suum GOEZE) IN VITRO SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH. (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP CACING. Ascaris suum Goeze SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan penyinaran dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral bagian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS BIJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. manggis (Garcinia mangostana Linn) yang telah matang

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. dikendalikan sepenuhnya seperti aktivitas fisik sehari-hari.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode difusi dengan teknik sumuran.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro,

BAB V PEMBAHASAN. Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. C. Subyek Penelitian Sampel penelitian ini berupa cacing Ascaris suum Goeze sebagai pengganti Ascaris lumbricoides. Hal ini karena Ascaris lumbricoides sukar ditemukan karena jarang keluar secara spontan dari tubuh penderita askariasis. Ascaris suum Goeze adalah cacing gelang yang terdapat dalam usus halus babi. Cacing ini mempunyai siklus hidup dan cara infeksi yang sama dengan Ascaris lumbricoides (Roberts dan Janovy, 2005). Lokasi pengambilan sampel dilakukan di tempat penyembelihan Radjakaya Surakarta dengan kriteria sampel sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusi Cacing yang masih hidup dan aktif bergerak, dengan ukuran cacing 15-35 cm tanpa membedakan jenis kelamin cacing. 24

25 2. Kriteria Eksklusi Cacing yang mati atau tidak aktif bergerak dan memiliki cacat anatomis. D. Besar Sampel Besar/jumlah sampel di tiap cawan petri dihitung menggunakan rumus Federer (Sudigdo dan Ismail, 2008) : (n-1) (t-1) 15 Keterangan : n : jumlah sampel t : jumlah kelompok perlakuan Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan, maka : (n-1) (t-1) 15 (n-1) (7-1) 15 6n 21 n 3,5 Dari hasil perhitungan dengan rumus Federer, tiap kelompok penelitian berisi 4 ekor cacing.

26 Sedangkan untuk menentukan besar jumlah ulangan (replikasi) juga dihitung menggunakan rumus Federer sebagai berikut: (n-1) (t-1) 15 Keterangan : n : jumlah ulangan (replikasi) t : jumlah kelompok perlakuan Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan, maka : (n-1) (t-1) 15 (n-1) (7-1) 15 6n 21 n 3,5 Dari hasil perhitungan dengan rumus Federer, tiap kelompok penelitian akan direplikasi sebanyak 4 kali. Jumlah cacing yang digunakan dalam penelitian akhir adalah 4 cacing x 7 kelompok x 4 ulangan = 112 ekor. E. Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

27 (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakli karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Taufiqurahman, 2004). F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Konsentrasi ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Waktu kematian cacing setelah perlakuan 3. Variabel Perancu (Confounding Variable) a. Variabel Perancu yang Terkendali 1) Jenis cacing 2) Ukuran cacing 3) Suhu percobaan b. Variabel Perancu yang Tidak Terkendali 1) Umur cacing. 2) Variasi kepekaan cacing terhadap larutan uji G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas: Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) diambil dari perkebunan yang terdapat di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Daun dipetik pada waktu tanaman tersebut sedang berbunga (Wijono, 2003).

28 Ekstrak daun katuk adalah serbuk daun katuk yang diekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70 % yang hasil akhirnya berbentuk ekstrak kental dan konsentrasinya dianggap 100 %. Ekstraksi daun katuk dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Konsentrasi ekstrak daun katuk adalah konsentrasi yang dibuat dengan cara melarutkan ekstrak daun katuk yang didapatkan melalui metode maserasi ke dalam larutan NaCl 0,9 % hingga tercapai konsentrasi yang diinginkan. Uji penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) sebesar 40%; 42,5%; 45%; 47,5%; dan 50% yang ditentukan melalui penelitian pendahuluan terlebih dahulu. Skala pengukuran variabel ini adalah skala interval. 2. Variabel Terikat: Waktu Kematian Cacing Waktu kematian cacing adalah waktu matinya semua cacing dalam tiap rendaman setelah pemberian perlakuan dalam satuan menit. Pengamatan dilakukan hingga semua cacing mati selama waktu maksimal pengamatan. Waktu maksimal pengamatan diketahui melalui pengamatan pada kontrol negatif pada penelitian pendahuluan. Cacing yang dianggap mati adalah cacing yang tidak bergerak atau tidak berespon ketika disentuh dengan pinset anatomis. Skala pengukuran variabel ini adalah skala rasio.

29 3. Variabel Perancu a. Variabel Perancu Terkendali 1) Jenis cacing Cacing yang digunakan adalah cacing gelang babi (Ascaris suum Goeze) yang hidup di usus babi. Cacing yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,9% dan dibawa ke Laboratorium Parasitologi dan Mikologi. 2) Ukuran cacing Ukuran cacing adalah panjang rata-rata untuk cacing gelang babi dewasa, diukur dalam satuan sentimeter (cm). Cacing yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 15-35 cm, tanpa membedakan jenis kelamin cacing. 3) Suhu Percobaan Suhu percobaan dikendalikan dengan inkubator pada suhu 37 C karena menyerupai dengan kondisi lingkungan dalam tubuh inang. b. Variabel Perancu Tidak Terkendali 1) Umur cacing Peneliti tidak dapat mengetahui sejak kapan cacing hidup di usus babi, serta tidak mengetahui waktu pasti telur menetas menjadi dewasa. Sehingga umur cacing merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan.

30 2) Variasi Kepekaan cacing dalam larutan uji Variasi kepekaan masing-masing cacing dalam larutan uji dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga merupakan variabel perancu yang tidak terkendali.

31 H. Rancangan Penelitian 1. Penelitian pendahuluan Ascaris suum Goeze Direndam dalam larutan NaCl 0,9% Direndam dalam larutan ekstrak dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50% Direndam dalam larutan pirantel pamoate 5 mg/ml Inkubasi pada suhu 37 C selama 15 menit Pengamatan tepat setelah perlakuan hingga cacing mati Dicatat lama waktu kematian tiap cacing Hasil digunakan sebagai acuan waktu maksimal pengamatan pada penelitian akhir Hasil digunakan sebagai acuan pemilihan konsentrasi pada penelitian akhir Hasil yang diperoleh digunakan sebagai kontrol positif Gambar 3.1 Skema Penelitian Pendahuluan

32 2. Uji Penelitian Ascaris suum Goeze Direndam dalam larutan NaCl 0,9% Direndam dalam larutan ekstrak dengan konsentrasi 40%; 42,5%; 45%; 47,5%; dan 50% Direndam dalam larutan pirantel pamoate 5 mg/ml Inkubasi pada suhu 37 C selama 15 menit Pengamatan tepat setelah perlakuan hingga cacing mati Dicatat lama waktu kematian tiap cacing Direplikasi 4 kali Uji Kruskal-Wallis Uji Mann-Whitney Gambar 3.2 Skema Uji Penelitian

33 I. Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples dengan diameter 15 cm, pengaduk kaca, labu takar, gelas ukur, pinset anatomis, inkubator, sarung tangan, timbangan elektrik, stoples, stopwatch, penggaris, alat tulis, pemanas, dan kamera digital. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing Ascaris suum Goeze, larutan NaCl 0,9%, ekstrak daun katuk dan pirantel pamoate 250 mg. J. Cara Kerja Penelitian 1. Tahap Persiapan a. Pengambilan Bahan Daun katuk yang akan diekstrak didapatkan dari perkebunan di Sukabumi, Jawa Barat. Daun katuk dicuci bersih pada air mengalir, untuk menghilangkan kotoran yang melekat. Kemudian, daun dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40 C sampai kering untuk mencegah pembusukan oleh bakteri. Daun katuk kering selanjutnya dihaluskan menjadi serbuk, diayak dan ditimbang (Christi, 2014). b. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Pembuatan ekstrak dilakukan oleh tenaga ahli Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT

34 UGM) Yogyakarta. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etanol 70%. Prosedur maserasi antara lain sebagai berikut: 1) Serbuk kering daun katuk sebanyak 2000 g ditambahkan pelarut etanol 70% dengan volume 5 liter, kemudian diaduk selama 30 menit dan didiamkan 24 jam. Campuran kemudian disaring. 2) Proses pencampuran dan penyaringan diulang sebanyak dua kali. Dari penyaringan terakhir didapatkan filtrat dan residu (ampas). 3) Filtrat kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 70 C. Dari penguapan didapatkan ekstrak kental. 4) Ekstrak kental daun katuk dituang dalam cawan porselen dan dipanaskan dengan waterbath suhu 70 C sambil terus diaduk. c. Penentuan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Konsentrasi larutan ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) yang digunakan dalam uji penelitian adalah sebagai berikut: Konsentrasi I (40%) : 40 g ekstrak ditambahkan NaCl 0,9% sampai didapatkan volume 100 ml Konsentrasi II (42,5%) : 42,5 g ekstrak ditambahkan NaCl 0,9% sampai didapatkan volume 100 ml Konsentrasi III (45%) : 45 g ekstrak ditambahkan NaCl 0,9% sampai didapatkan volume 100 ml

35 Konsentrasi IV (47,5%) : 47,5 g ekstrak ditambahkan NaCl 0,9% sampai didapatkan volume 100 ml Konsentrasi V (50%) : 50 g ekstrak ditambahkan NaCl 0,9% sampai didapatkan volume 100 ml d. Pembuatan Larutan Pirantel Pamoat Penelitian ini menggunakan kontrol positif pirantel pamoat dengan nama dagang Combantrin yang diproduksi oleh PT. Pfizer Indonesia. Bentuk sediaan obat berupa Combantrin tablet 250 mg. Cara membuat larutan pirantel pamoat 5 mg/ml adalah dengan melarutkan 1 tablet Combantrin 250 mg dalam 50 ml aquades. 2. Tahap Penelitian a. Penelitian Pendahuluan 1) 5 buah stoples yang telah disiapkan, masing-masing diisi 50 ml larutan uji yang terlebih dahulu dihangatkan dalam inkubator pada suhu 37 C selama 15 menit. Larutan uji terdiri dari larutan NaCl 0,9% (kontrol negatif), larutan pirantel pamoat 5 mg/ml (kontrol positif), larutan ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50%. 2) Cacing Ascaris suum Goeze sebanyak 4 ekor dimasukkan pada masing-masing stoples. 3) Cacing di dalam stoples diinkubasi pada suhu 37 C.

36 4) Pengamatan dilakukan tepat setelah perlakuan hingga semua cacing mati. Cacing tersebut disentuh dengan pinset anatomis dan dinyatakan mati apabila sudah tidak bergerak. 5) Penelitian dilakukan dengan 2 kali replikasi. 6) Hasil yang dicatat berupa waktu kematian setiap cacing. 7) Pengamatan dihentikan setelah seluruh cacing dalam kelompok perlakuan mengalami kematian. b. Uji Penelitian 1) 7 buah stoples disiapkan, masing-masing berisi 50 ml larutan uji yang terlebih dahulu dihangatkan dalam inkubator pada suhu 37 C selama 15 menit. Larutan uji terdiri dari larutan NaCl 0,9% (kontrol negatif), larutan pirantel pamoat 5 mg/ml (kontrol positif), larutan ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dengan konsentrasi 40%; 42,5%;45%; 47,5%; dan 50%. 2) Cacing Ascaris suum Goeze sebanyak 4 ekor dimasukkan pada masing-masing stoples. 3) Cacing di dalam stoples diinkubasi pada suhu 37 C. 4) Pengamatan dilakukan tepat setelah perlakuan hingga semua cacing mati. Cacing tersebut disentuh dengan pinset anatomis dan dinyatakan mati apabila sudah tidak bergerak. 5) Penelitian dilakukan dengan 4 kali replikasi. 6) Hasil yang dicatat berupa waktu kematian setiap cacing.

37 7) Pengamatan dilakukan hingga waktu maksimal pengamatan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan. K. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh berupa waktu kematian setiap cacing dan dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22. Analisis yang telah dilakukan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Shapiro-Wilk Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas sebaran data, sehingga dapat dilakukan statistik parametrik. Terdapat dua metode untuk menguji normalitas data yaitu metode deskriptif (menghitung koefisien varians, rasio kurtosis, histogram dan plot) dan metode analitik (uji Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk). Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk sampel lebih dari 50, dan uji Shapiro-Wilk untuk sampel kurang dari 50. Metode analitik yang dipakai dalam analisis penelitian ini adalah Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang diuji pada setiap kelompok perlakuan kurang dari 50 (Dahlan, 2011). 2. Uji Homogenitas Variansi (Levene Test) Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh sampel memiliki varian yang homogen. Hal ini merupakan syarat ke dua untuk melakukan analisis parametrik.

38 3. Uji Kruskal-Wallis Uji Kruskal-Wallis merupakan uji alternatif yang digunakan apabila uji One Way ANOVA tidak dapat dilakukan karena syarat uji parametrik tidak terpenuhi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah rerata waktu kematian setiap kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak (Dahlan, 2011). 4. Uji Mann-Whitney Uji Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang mempunyai perbedaan rerata waktu kematian cacing dengan kelompok lainnya. Uji Mann-Whitney merupakan alat untuk melakukan analisis Post Hoc untuk uji Kruskal-Wallis (Dahlan, 2011).