I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

KENDALA PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI 1 PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berilmu sebagaimana termaktub dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun tentang Sistem pendidikan Nasional pada BAB 11 pasal 3 yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan manusia dalam melakukan pekerjannya guna memenuhi kebutuhan

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. semua orang untuk memiliki pengetahuan agar tidak tertinggal.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Maka dibutuhklan kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk bertekat

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan pembelajaran itu merupakan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang menentukan suatu bangsa itu dapat maju dan berkembang. Karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sejauh apa pendidikan yang didapatkan oleh masyarakatnya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

2 demokratis serta bertanggung jawab. Aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga terletak pada sumber daya manusia. Perlu adanya peningkatan sumber daya manusia Indonesia untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa. Pendukung utama untuk tercapainya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, teori-teori atau pun hal-hal yang hanya bersifat kognitif saja, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen tenaga pendidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan untuk mencapai cita-cita dan harapan yang dimilikinya. Kemampuan yang dimaksud di atas tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta didik. Kita di sini melihat jelas bahwa pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik dalam pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal. Keseluruhan proses pendidikan setidaknya ada 3 (tiga komponen pokok) yang paling menunjang dan harus dilaksanakan yaitu: program yang baik,

3 administrasi dan supervisi yang lancar, serta pelayanan bimbingan yang terarah. Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai moral. Bimbingan dan konseling tidak hanya membantu pendidikan yang menciptakan manusia-manusia yang berorientasi akademik tinggi, namun dalam kepribadian dan hubungan sosialnya rendah, serta tidak mempunyai sistem nilai yang mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah robot-robot intelektual, bukan manusia seutuhnya. Dengan adanya bimbingan dan konseling, maka integrasi dari seluruh potensi ini dapat dimunculkan sehingga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian, hubungan sosial, serta memiliki nilai-nilai moral yang dapat dijadikan pegangan. Oleh kerena itu jelas bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran yang cukup penting dalam proses pendidikan. Sebagai salah satu komponen penunjang pendidikan, bimbingan dan konseling mempunyai posisi kunci dalam kemajuan atau kemunduran pendidikan. Mutu pendidikan ikut ditentukan bagaimana bimbingan konseling itu dimanfaatkan dan dioptimalkan fungsinya dalam pendidikan khususnya institusi sekolah. Oleh karena itu pihak sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan harus memperhatikan proses layanan bimbingan dan konseling, proses layanan bimbingan dan konseling yang baik tentu didasari dari membuat program bimbingan dan konseling.

4 Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rincian kegiatan yang berisi seluruh layanan yang akan diberikan dalam suatu periode waktu tertentu, hal ini didukung oleh Winkel (1990) "program bimbingan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan terencana, terorganisasi, dan tekoordinasi selama periode waktu tertentu misalnya 1 tahun ajaran. Pada hakikatnya program bimbingan konseling berisi seluruh kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang merepresentasikan kebutuhan dari siswa/peserta didik. Program bimbingan konseling harus tersusun secara terperinci, dan benar-benar memperhatikan kebutuhan dari siswa/peserta didik. Guru bimbingan konseling harus benar-benar melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang diinginkan. Hal ini membuat bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut. Konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi) yang dilakukan dengan suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. (Prayitno 1999). Dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada yang

5 dibimbing (siswa) yang dilakukan secara terus menerus, agar siswa mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Hal ini membuat keberadaan bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu ada di sekolah. Adanya suatu program bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkualitas. Merencanakan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas guru pembimbing (konselor). Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dirancang oleh guru pembimbing kadang kala mengalami hambatan atau kendala dalam pelaksanaannya. Menurut Sukardi (2008) ada beberapa hambatan yang dirasakan sampai saat ini ketika evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu: 1) Pelaksana-pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. 2) Pelaksana-pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah memiliki latar belakang pendidikan yang sangat bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang maupun programnya, sehingga kemampuannya pun dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling sangat bervariasi. 3) Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah yang valid, reliabel, dan objektif. 4) Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan, atau pelatihan khusus yang berkaitan dengan penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk menjadikan guru bimbingan dan konseling yang professional. 5) Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang tegas dan baku belum ada hingga saat ini.

6 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling akan tercapai apabila pihak sekolah terutama guru pembimbing memperhatikan hal-hal tersebut agar dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Realitas di lapangan, menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dibeberapa sekolah belum bisa berjalan secara optimal. Walaupun sudah ditetapkan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, namun data pendukung yang berupa administrasi bimbingan konseling juga belum dikerjakan secara tertib sehingga terkesan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara terstruktur. termasuk di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah. SMA Negeri 1 Pesisir Tengah merupakan Sekolah Menengah Atas yang ada di Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah belum sesuai dengan rencana. Ketika evaluasi dilakukan setiap akhir periode tertentu, maka selalu ada program-program yang belum terlaksana dan belum mencapai sasaran yang diinginkan, sehingga sampai saat ini perlu dilakukaan perbaikan-perbaikan kembali untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Hal ini sesuai hasil wawancara penulis dengan Ibu. Urib Deniyati, yang merupakan Koordinator BK sekaligus guru pembimbing di SMA N 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat, beliau mengungkapkan:

7 Di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah selalu diadakan penyusunan program terlebih dahulu, akan tetapi pada akhir evaluasi, masih ada beberapa program layanan yang belum bisa dilaksanakan dengan baik atau bahkan belum terlaksana. Kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan di SMAN 1 Pesisir Tengah tidak tersedianya waktu khusus untuk BK Penulis juga memperoleh informasi dari hasil angket berupa check list pada program semester bahwa terdapat program layanan yang sudah terlaksana dan program layanan yang belum terlaksana dengan baik. Diantara program layanan yang belum terlaksana yaitu program pengenalan kurikulum layanan BK, memotivasi dalam tes, pembinaan siswa yang remidial, konseling perorangan bidang karir, konseling kelompok, instrumen BK (Format perjanjian siswa), himpunan data (data hasil belajar, laporan wali kelas), konferensi kasus, alih tangan kasus, kunjungan rumah. Berdasarkan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa ada kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat sehingga hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan dan Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling ini diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan Bimbingan dan Konseling berbasis kompetensi di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.

8 Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam dan mendeskripsikan Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Terdapat beberapa program BK di sekolah yang belum terlaksana. 2) Belum disediakan waktu khusus untuk bimbingan dan konseling di sekolah. 3) Guru bimbingan dan konseling kurang menguasai kerangka teori dan praktik bimbingan dan konseling 4) Guru bimbingan dan konseling kurang menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi kebutuhan dan masalah konseli 5) Guru bimbingan dan konseling kurang memahami langkah-langkah penanganan masalah siswa 6) Guru bimbingan dan konseling kurang mengetahui tupoksi pelaksanaan program bimbingan dan konseling 3. Batasan Masalah Agar tidak terjadi kesalahan dalam pembahasan, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu Kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014

9 4. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Adapun permasalahannya adalah apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat? B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat tahun pelajaran 2013/2014. 2. Manfaat Penelitian Penelian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep bimbingan dan konseling khususnya mengenai kegiatan bimbingan dan konseling. 2. Secara praktis a. Bahan masukan guru bimbingan konseling dalam menjalankan kegiatan bimbingan dan konseling. b. Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru bimbingan, peneliti selanjutnya, dan tenaga kependidikan lainnya

10 dalam mengatasi kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. C. Ruang Lingkup Penelitian Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah: 1. Ruang lingkup ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling. 2. Ruang lingkup objek Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. 3. Ruang lingkup subjek Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. 4. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Kabupaten Pesisir Barat. 5. Ruang lingkup waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

11 D. Kerangka Pikir Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas dari sejumlah kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan tersebut sudah terselenggara dalam rangka suatu program bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rincian kegiatan yang berisi seluruh layanan yang akan diberikan dalam suatu periode waktu tertentu, hal ini didukung oleh Winkel (1990)"program bimbingan dan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan terencana, terorganisasi, dan tekoordinasi selama periode waktu tertentu misalnya 1 tahun ajaran. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling di sekolah. Kendala yang banyak ditemukan adalah guru bimbingan dan konseling belum mampu melaksanakan kegiatan bimbingan konseling. Upaya guru bimbingan konseling dalam rangka menjalankan peran tersebut berupa kinerja guru bimbingan konseling dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sukardi (2008:92) tentang tugas guru bimbingan konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang salah satunya adalah melaksanakan segenap program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan beban yang cukup berat bagi guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling tidak hanya cukup menguasai teori-teori bimbingan dan konseling namun perlu juga adanya keterampilan dalam pelaksanaannya. Banyak guru pembimbing yang jarang mempraktikkan berbagai layanan bimbingan dan

12 konseling. Pada proses konseling banyak guru BK yang masih memberikan nasehat, padahal pada konseling tidak diperbolehkan adanya nasehat. Selain menguasai teori dan memiliki keterampilan, pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling juga memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Kurangnya sarana yang disediakan sekolah akan sangat menghambat dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Untuk itu pihak sekolah terutama kepala sekolah harus memperhatikan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling agar dalam pelaksanaan kegiatankegiatan yang telah tersusun dalam program bisa berjalan sesuai dengan harapan. Begitu juga dengan kerjasama, guru bimbingan dan konseling harus membangun kerjasama yang baik dengan pihak sekolah lainnya. Baik itu dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam penyelesaian masalah siswa. Sehingga apabila ada masalah akan mudah diselesaikan jika semua pihak sekolah merasa mempunyai tanggung jawab yang sama. Pelaksanaan berbagai layanan bimbingan dan konseling yang telah tersusun dalam program sesuai dengan prosedur yang ditetapkan memang bukan hal yang mudah. Guru bimbingan dan konseling memang perlu banyak berlatih. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kinerja guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan program yang telah tersusun. Kinerja guru bimbingan dan konseling bisa ditingkatkan dengan mengikuti berbagai pelatihan, seminar BK atau workshop.

13 Namun faktanya guru bimbingan dan konseling masih ada yang enggan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar BK atau workshop. Apabila ada pelatihan bimbingan dan konseling guru BK banyak yang tidak mengikuti karena mengganggap hal itu tidak begitu penting. Apabila ada seminar BK juga tidak mau mengikuti karna tidak mau mengeluarkan biaya. Begitu juga dengan workshop, banyak guru BK yang tidak mau mengikuti dengan alasan lokasi yang jauh. Sehingga keterampilan guru BK dalam menjalankan berbagai layanan masih kurang baik, masih banyak kendala dalam pelaksanaannya. Selain menguasai teori-teori kegiatan bimbingan dan konseling harus menjalin kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan guru pembimbing serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai agar dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat tercapai dengan maksimal.