BAB I PENDAHULUAN. kelahiran (Kemenkes RI, 2014). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang. berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang dimilikinya (Lis Susanti,

BAB I PENDAHULUAN. (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB 1 PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya keberhasilan dalam program kesehatan dan pembangunan. sosial ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Namun selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan yang dikombinasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA PABELAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. usia harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk,

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan. Akan tetapi peningkatan UHH tersebut akan menimbulkan transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif, salah satunya adalah jumlah peningkatan lanjut usia dapat membuat perubahan struktur demografi yang di akibatkan menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran (Kemenkes RI, 2014). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No. 13/ Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Padila, 2013). Data World Population Prospects the 2015 Revision, pada tahun 2015 terdapat 901 juta orang berusia 60 tahun atau lebih yang terdiri atas 12 persen dari jumlah populasi global. Pada tahun 2015 dan 2030 jumlah orang berusia 30 tahun atau lebih di proyeksikan akan tumbuh sekitar 56 persen, dari 901 juta menjadi 1,4 milyar dan pada tahun 2050 populasi lansia di 1

2 proyeksikan lebih dari dua kali lipat di tahun 2015 yaitu mencapai 2,1 milyar (United Nations, 2015). Asia mendapatkan peringkat pertama dengan populasi lansia terbesar, terlihat pada tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia di tambahkan dengan 56 persen total populasi lansia di dunia. Sejak tahun 2000, persentase penduduk lansia Indonesia melebihi 7 persen (Kemenkes RI, 2014). Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (2014), populasi lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah lansia menunjukkan bahwa usia harapan hidup penduduk di Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun. Sedangkan jumlah lansia perempuan yaitu 10,77 juta lansia dan lansia laki laki berjumlah 9,47 juta lansia. Bertambah panjangnya usia seseorang akan berimplikasi pada penyesuaian tubuh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Kondisi tubuh seseorang yang sudah memasuki masa lanjut usia akan mengalami penurunan yang bersifat fisiologis berganda (Potter & Perry, 2009). Hal ini dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi fisik dan fungsi psikososial, yang selanjutnya dapat menyebabkan keadaan ketergantungan kepada orang lain. Perubahan fisik yang terjadi di antaranya tenaga berkurang, kulit berkeriput, gigi tanggal, dan tulang semakin rapuh. Sedangkan perubahan fungsi psikososial akan tampak pada cara lanjut usia mengekspresikan perasaan emosi dan keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adanya perubahan fisik dan psikologis pada lanjut usia juga berdampak pada penyesuaian seksualitas (Ropei, 2013).

3 Menurut Steven, Bordui dan Weyde (1999) seksualitas adalah dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Secara rohani seksualitas adalah tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan pemuasaan seksualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang melainkan melalui hasrat seksual. Menurut Ginsberg (dikutip dari Rananipour dkk, 2013) bahwa hasrat seksual adalah kebutuhan kompleks untuk individu, cinta, komunikasi, kepuasaan diri, tubuh, gambar, dan individualitas melalui hubungan seks, ras, masyarakat, kontak, belaiaan, imajinasi, kedekatan fisik dan indra. Hasrat seksual sebagai awal kondisi kenikmatan seksual (sexual excitement) dan aktivitas seksual, hasrat seksual terjadi dipikiran bukan dalam tubuh dan bahkan dapat terjadi kenikmatan seksual tanpa di dahului stimulasi secara fisik atau mental. Ravanipour dkk (2013) mengidentifikasi bahwa hasrat seksual pada wanita di bagi atas 3 kategori yaitu : dictated role, acquired management, dan glorified spirituality. Di ketiga kategori tersebut dimensi agama dan tradisional juga di amati. Pada penelitiannya dictated role berarti adanya peran pendiktean kepada perempuan oleh masyarakat dan keluarga mereka. Mereka akan mendapatkan pendiktean selama mereka hidup sampai usia tua. Dictated role terbagi atas dua kategori yaitu tradisional dan agama. Secara tradisional diantara tugas wanita yang paling penting adalah memenuhi kebutuhan seksual suami mereka tidak peduli bagaimana perasaan mereka. Berdasarkan keyakinan agama mereka, kebanyakan wanita menyebutkan bahwa memuaskan kebutuhan seksual suami mereka adalah aturan ilahi. Mereka juga percaya bahwa menolak keinginan tersebut adalah dosa.

4 Sedangkan dari acquired management, peneliti menyebutkan ada 3 subkategori yaitu perdamaian dan integritas dalam keluarga,pencapaian tujuan dan rasa pemberdayaan. Disini dikatakan jika wanita tidak memenuhi kebutuhan seksual suaminya, ia akan di omeli dan dimarahi, jadi dengan mempertahankan kebutuhan seksual suami mereka akan keluarga merekan akan aman dan damai. Kemudian pada glorified spirituality penelitian ini mencatat bahwa keinginan seksual akan menurun pada saat lansia, mereka juga lebih suka terlibat dalam kegiatan keagamaan. Dari poin ini glorified spirituality terdiri dari dua subkategori yaitu menempatkan lebih penting kegiatan keagamaan dan mengurangi pentingnya kebutuhan lainnya. Pada penelitian lain Ropei (2013) mengidentifikasi pengalaman respon lanjut usia dalam perubahan fungsi seksualitas dan juga telah mengidentifikasi pengaruh yang berbeda dari lanjut usia pria dan wanita.untuk lanjut usia pria, penurunan aktivitas seksualitas terutama berkaitan dengan ketidakpuasan pasangan, dan faktor faktor yang berkontribusi terhadap disfungsi ereksi seperti obat obatan dan kondisi medis, sementara pada lanjut usia wanita, kesehatan menjadi faktor yang penting. Penelitian ini menghasilkan 13 tema sesuai tujuan khusus yaitu : respon lanjut usia terhadap perubahan fungsi seksualitas tergambar dalam dua tema yaitu respon seksual dan respon fungsi seksualitas. Pemahaman lanjut usia tentang fungsi seksualitas tergambar dalam satu tema yaitu hubungan. perubahan fungsi seksualitas yang dialami lansia teridentifikasi dalam tiga tema yaitu perubahan ekspresi seksualitas,perubahan kegiatan seksualita dan penyebab perubahan fungsi seksualitas. Dampak perubahan fungsi seksualitas memunculkan dua tema yaitu dampak positif dan negatif terhadap perubahan fungsi

5 seksualitas. Cara lanjut usia mengekspresikan fungsi seksualitas teridentifikasi dalam dua tema yaitu melakukan aktivitas seksual dan melakukan pengalihan. Harapan lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan seksualitas memunculkan dua tema yaitu dapat beradaptasi dengan perubahan dan mempertahankan keutuhan rumah tangga. Dan harapan lanjut usia dalam terhadap pelayanan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan seksualitas memunculkan tema memperhatikan kebutuhan lanjut usia. Menurut Perry & Potter (2009) dampak terhadap tidak terpenuhi kebutuhan seksual pada lansia yaitu dapat memicu terjadinya penganiayaan seksualitas seperti pelecehan seksual, pemerkosaan, kekerasan pada wanita, berhubungan seks dengan anak (pedofilia), berhubungan seks yang dilakukan oleh ayah kepada anak perempuannya (incest). Penyimpangan tersebut karena kurang adanya penyaluran kebutuhan biologis, serta pandangan individu terhadap dirinya sendiri yang negatif yaitu lanjut usia hanya akan mendapatkan kepuasaan seksualitas jika berhubungan seksualitas dengan anak kecil (Laili dalam Yani, 2014). Sedangkan pada wanita terdapat adanya disfungsi multifaktorial yang merupakan hasil dari faktor psikologis dan sosial. Pada dasarnya keinginan seksual lansia wanita tergantung pada kualitas hidup dan sosial mereka serta kesejahteraan psikologis. Ketika lansia wanita tidak merasa seperti itu, mereka akan menjadi stress, depresi, dan mengalami rendah diri. Jika lansia mulai kehilangan konsep diri, mereka akan merasa kecewa dan mengakibatkan perasaan tidak berdaya, konsekuensi yang akan di dapatkan adalah kehilangan rasa kemandirian dan ketergantungan mereka pada anggota keluarga dan medis ( Ravanipour, dkk 2013).

6 Perubahan fungsi seksualitas pada lanjut usia seharusnya mendapatkan perhatian yang sama seperti keluhan keluhan kesehatan lainnya dari perawat komunitas melalui usaha usaha kesehatan. Perawat juga dapat mendiskusikan dan menanggapi keprihatinan seksualitas lanjut usia di semua tingkat pencegahan serta memvalidasi kekhawatiran terhadap fungsi seksualitas lanjut usia dengan menghilangkan mitos dan stereotip di masyarakat (Ropei, 2013). Menurut Rita (dikutip dari, Ropei 2013) pengalaman lanjut usia dalam perubahan fungsi seksualitas merupakan pengalaman yang unik. Pengalaman ini tidak dapat di gambarkan secara kuantitatif karena dialami secara berbeda dan dinamis oleh setiap lanjut usia. Realita yang di hadapi tersebut akan dipengaruhi oleh nilai nilai sosial, politik, budaya, ekonomi, suku dan jenis kelamin. Maka dari itu sebagai perawat akan ikut bertanggung jawab untuk mencari jalan keluar untuk dapat memuaskan kebutuhan kebutuhan ini (Stevens, dkk 2000). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2016, wilayah kerja Puskesmas Andalas mempunyai jumlah lansia sebanyak 6052 orang yang merupakan lansia terbanyak di kota Padang. Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan, partisipan mengatakan bahwa ia kurang tertarik untuk melakukan hubungan seksual karna menganggap dirinya sudah terlalu tua dan tidak pantas untuk melakukannya dan juga mengatakan bahwa semakin tua daya tarik terhadap pasangan sudah berkurang. Dari fenomena di atas peneliti akan melakukan penelitian dan wawancara mendalam tentang Presepsi Hasrat Seksual pada Lanjut Usia di Puskesmas Andalas di Kota Padang.

7 B. Rumusan Masalah Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Bertambah panjangnya usia seseorang akan berimplikasi pada penyesuaian tubuh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Kondisi tubuh seseorang yang sudah memasuki masa lanjut usia akan mengalami penurunan yang bersifat fisiologis berganda. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia salah satunya adalah penyesuaian seksualitas. Seksualitas sebagai aspek utama keintiman. Seksualitas termasuk tindakan hubungan fisik, serta berbagai jenis aktivitas intim. Seksualitas memberikan kesempatan untuk mengekspresikan semangat, kasih sayang, kekaguman, dan loyalitas juga dapat meningkatkan pertumbuhan pribadi dan komunikasi. Seksualitas juga memungkinkan penegasan umum kehidupan (terutama sukacita) dan kesempatan untu terus mencari pengalaman baru. Keinginan seksual pada lansia di harapkan tidak memudar dengan waktu atau usia, namun terdapat banyaknya masalah pada seksual lansia di antaranya kurangnya kejelasan, pengetahuan, dan keyakinan tehadap nilai nilai sosial, budaya, suku, ras, masyarakat, dan jenis kelamin. Namun alasan utama di lakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah masalah tersebut di temukan dikalangan lansia dan bagaimana pandangan mereka terhadap hal tersebut. Rumusan masalah pada penelitian ini di ungkapkan dalam satu pertanyaan yaitu : Bagaimana presepsi tentang hasrat seksual pada lanjut usia wanita di Puskesmas Andalas kota Padang

8 C. Tujuan Penelitian Untuk mengeksplorasi pengalaman pengalaman presepsi tentang hasrat seksual pada lanjut usia wanita di Puskesmas Andalas kota Padang tahun 2017. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Memberi masukan bagi Puskesmas Andalas sehingga dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan dalam pembinaan kesehatan bagi lanjut usia khususnya pendidikan seksual. 2. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai informasi dan menambah wawasan bagi pembaca, serta dapat di jadikan bahan untuk merumuskan permasalahan keperawatan yang muncul terhadap hasrat seksual lansia. 3. Bagi Perawat Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan bahan bagi perawat komunitas dan gerontik, agar dapat menjalankan fungsinya serta menjadi gambaran target tindakan pencegahan penyimpangan seksual pada lansia. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Sebagai data awal dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya. b. Sebagai bahan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

9 5. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjawab permasalahan dan pertanyaan yang sebelumnya belum terjawab oleh peneliti mengenai fenomena presepsi tentang hasrat seksual pada lansia wanita.