RESPON PERILAKU KUPU KUPU PADA KANOPI BERCELAH DAN KANOPI TERTUTUPDI HUTAN PPKA BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

dokumen-dokumen yang mirip
Respon Perilaku Kupu Kupu pada Kanopi Bercelah dan Kanopi Tertutup di Hutan PPKA Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN IVENTARISASI KUPU-KUPU Di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN SPESIES KUPU-KUPU DI KAWASAN HUTAN DALIT DESA BENAO HULU KECAMATAN LAHEI BARAT KABUPATEN BARITO UTARA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

V. SIMPULAN DAN SARAN. Gunung Merapi tergolong rendah dengan nilai H 1,92. yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. a. Dimulai dengan perumusan masalah

Keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PADA EKOSISTEM HUTAN RAWA AIR TAWAR DAN HUTAN DATARAN RENDAH DI DESA BELITANG DUA KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN

68 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Langkah-Langkah: 1. Buka program aplikasi SPSS 2. Buatlah variabel logika, perasaan, dan gender pada halaman Variable View

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

LAMPIRAN. Sumber : Kementerian Kehutanan BBTNGL (Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser)

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah

ABSTRACT PENDAHULUAN METODE PENELITIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI POHON PADA BERBAGAI TINGKAT GANGGUAN HUTAN 01 GUNUNG SALAK, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

SKRIPSI. KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (Lepidoptera) DI PLAWANGAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK Pinus merkusii Jungh et de Vries RAS KERINCI DI RESORT KSDA BUKIT TAPAN, KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, JAMB1

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI KAWASAN TELAGA WARNA CISARUA BOGOR DIAN SARI

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR

Analisis Keanekaan dan Kekerabatan Kupu-Kupu Cagar Alam Leuweung Sancang Berdasarkan Karakter Morfologi

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) SEBAGAI MEDIA EDUKASI BAGI SISWA SMA NEGERI 1 DI TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

IDENTIFIKASI SERANGGA YANG TERPERANGKAP PADA KANTONGSEMAR(Nepenthes spp.) Di KAWASAN KAMPUS UIN SUSKA RIAU

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

ANALISIS VARIANSI MANOVA (MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

Jenis-jenis Kupu-kupi Di Perkebuan Sawit dan Karet Di Wilayah Ragusa Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

STUDI SPESIES KUPU-KUPU FAMILI Papilionidae DAN Lycanidae SERTA STATUS PERLINDUNGANNYA DI KAWASAN WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS KOTA BATU

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

DESKRIPSI HABITAT KUPU-KUPU DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

9-077 STRUKTUR KOMUNITAS KUPU-KUPU PADA AREA WANA WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS DI BATU

ANALISIS KEPUASAN PENGUNJUNG ATAS KESEJAHTERAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN

Camera Trap Theory, Methods, and Demonstration

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

PERBAIKAN TINGKAT RASA DAN KEKENYALAN PADA JELLY DENGAN MENGGUNAKAN DESAIN EKSPERIMEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI HUTAN TINJOMOYO KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH (Insect Diversity of Tinjomoyo Forest Semarang City, Central Java)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

Biosaintifika 5 (2) (2013) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education.

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) DI KAWASAN TAMAN SATWA KANDI KOTA SAWAHLUNTO, SUMATRA BARAT. Oleh : HUSNI MUBAROK PULUNGAN BP :

TULISAN PENDEK. Beberapa Catatan Tentang Aspek Ekologi Cacing Tanah Metaphire javanica (Kinberg, 1867) di Gunung Ciremai, Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Balai Penelitian Kehutanan Ciamis Jl. Raya Ciamis-Banjar Km. 4 PO. BOX. 5 Ciamis Telp. (0265) , Fax (0265)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INVENTARISASI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI RESORT PANCUR KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI JAWA TIMUR SKRIPSI.

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

PERILAKU DAN PAKAN LUTUNG KELABU (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) DI HUTAN MANGROVE KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Keanekaragaman Kupu-Kupu di Kawasan Gunong Bonsu Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Biosaintifika 5 (1) (2013) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 ( 5 April 2016).

1. Pendahuluan KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU DI WILAYAH PEMUKIMAN DESA PANGANDARAN CIAMIS JAWA BARAT

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN DIKLAT PONDOK BULUH KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

Insects Pollinators Communities In Distinct Habitats and Distances from Margin Forest of Gunung Halimun-Salak National Park

Transkripsi:

BIOMA 10 (2), 2014 Biologi UNJ Press ISSN : 0126-3552 RESPON PERILAKU KUPU KUPU PADA KANOPI BERCELAH DAN KANOPI TERTUTUPDI HUTAN PPKA BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Riko Pandu Wijaya 2, Putri Diana1, Septiana Anggraeni 2, Efah Kusyaifah 2, dan Nurul Amalia 2 1 Prodi Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Indonesia. 2 Prodi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Indonesia. Email: rikopanduwijaya@gmail.com Abstract Tropical forest vegetation varies with vegetation structure and branched characteristics was very complex, created gaps with some variation.gaps can form physical environment affect the performance of motion, flight and thermoregulation of insects. The purpose of this study was to determine the behavioral response of butterflies to patch influenced by canopy coverin a tropical rain forest rain. The study was conducted on 20-22 June 2013, in 6 pairs of patch on the vegetation canopy gaps and closed canopy PPKA Bodogol, Sukabumi, West Java. Behavioral observations used focal animal sampling technique and analyzed by Manova Test. Results showed that the location and species in both patch significantly affect the behavior of butterflies. Key words: behavioural respons, butterfly, canopy gaps, closed canopy Pendahuluan Tanah merupakan salah satu media tanam yang mendukung pertanian karena tanah sebagai Hutan hujan tropis merupakan salah satu vegetasi yang memiliki keanekaragaman tanaman dan hewan yang tinggi, dibandingkan dengan vegetasi yang lain (Hammer, 2003). Hutan hujan tropis tersebar di beberapa wilayah dunia, salah satunya Asia Tenggara, yang meliputi Indonesia. Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol merupakan hutan hujan tropis yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango, dengan ketinggian 800 mdpl (Ruslan, 2011), serta memiliki intensitas curah hujan 3000-4000 mm per tahun (Syamsudin, 2000). Kawasan hutan PPKA Bodogol masuk dalam tipe vegetasi sub montana, tipe vegetasi disini didominasi oleh pohon Africa, Damar, Puspa dan Rasamala (Helmi et al., 2009). Vegetasi hutan tropis sangat beragam dengan struktur vegetasi dan karakteristik percabangan yang sangat kompleks. Kondisi tersebut dapat menciptakan suatu ruang yang memiliki celah-celah yang bervariasi. Secara ekologi, celah celah di hutan tropis memiliki fungsi sebagai media yang memungkinkan radiasi sinar matahari masuk ke dalam lantai hutan dengan demikian, kanopi bercelah dapat membentuk karakter fisik lingkungan yang khusus dibandingkan ruang dengan kanopi yang rapat. Kondisi fisik lingkungan tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan serangga yang berada di lantai hutan, dan juga mempengaruhi performa pergerakan, terbang 19

dan juga termoregulasi bagi serangga (Schowalter, 2011). Perilaku didefinisikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh organisme untuk mengatur dan berinteraksi dengan seluruh kondisi lingkungan ditempat tinggalnya (Matthew,2010). Perilaku pada serangga, terutama kupu kupu, diketahui merupakan salah satu aktivitas yang mencerminkan respons terhadap karakteristik lingkungan di habitatnya. Keanekaragaman spesies serangga merepresentasikan kesepadanan antar variasi berbagai adaptasi terhadap variabel kondisi lingkungan (Schowalter, 2011). Maka bisa dikatakan bahwa aktivitas kupu kupu merupakan respon perilaku untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon perilaku kupu kupu terhadap ruang ruang dalam hutan hujan tropis yang dipengaruhi oleh tutupan kanopinya. Metode Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 20-22 Juni 2013, di 6 pasang ruang pada vegetasi dengan kanopi bercelah dan dengan kanopi tertutup.ppka Bodogol, Sukabumi, JawaBarat. Pemilihan ruang dilakukan secara random di berbagai jalur yang tersedia. Ruang ruang ini kemudian dibedakan menjadi dua karakteristik, yaitu: yang memiliki celah pada kanopi dan kanopi tertutup. Pada daerah yang memiliki kanopi bercelah, cahaya yang masuk akan menjadi pembatas sampling, sedangkan pada kanopi tertutup garis khayal dibuat sebagai pembatas lokasi sampling kupukupu. Pengamatan dimulai dari pukul 08.00-14.00 WIB secara bersamaan dikedua lokasi dengan membagi tim menjadi dua kelompok dari setiap lokasi. Data yang dicatat adalah data jenis kupu-kupu, jumlah setiap jenis kupukupu dan perilaku dari kupu-kupu yang berada di dalam lokasi pengamatan. Pengamatan perilaku menggunakan teknik Focal Animal Sampling, yaitu dengan mengamati secara fokus satu individu yang dijadikan sebagai subjek pengamatan. Pengamatan dilakukan ketika cuaca cerah dan dihentikan bila cuaca mendung. Data yang diperoleh akan diuji dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon yang digunakan untuk mengukur struktur komunitas di kedua tempat (Cain et al., 2008), sedangkan perbedaan perilaku di kedua lokasi dan hubungannya dengan karakter fisik masing-masing lokasi dianalisis dengan Uji Manova. Tabel 1. Struktur komunitas kupu-kupu di kedua tempat Kanopi bercelah Kanopi tertutup Family Total Spesies Total Individu Family Total Spesies Total Individu Papilionidae 5 7 Papilionidae 2 5 Nymphalidae 24 65 Nymphalidae 12 44 Pieridae 6 16 Pieridae 4 10 Hesperiidae 3 3 Lycaenidae 3 5 Lycaenidae 3 12 TOTAL 41 103 TOTAL 21 64 Indeks Keanekaragaman : H =3,42 Indeks Keanekaragaman : H = 2,69 Hasil Berdasarkan pengambilan sampel yang dilakukan selama 4 hari di 6 pasang ruang pada vegetasi dengan kanopi bercelahdan dengan kanopi tertutup. Total 167 individu dari 46 spesies yang berasal dari 5 famili diperoleh dari kedua ruang tersebut (Tabel 1). Pada ruang yang memiliki celah pada kanopi diperoleh indeks keanekaragaman yang lebih 20

tinggi (H = 3,42), dibandingkan dengan ruang yang kanopinya tertutup (H =2,69). Kelompok famili Nymphalidae merupakan komunitas tertinggi yang ditemukan, dan Hesperidae merupakan famili yang paling sedikit ditemukan. Dari semua spesies yang diamati hanya spesies yang berada pada kedua tempat saja yang selanjutnya dianalisis lebih lanjut dengan UJI MANOVA, sedangkan jenis-jenis yang hanya ditemukan pada satu lokasi dikeluarkan dari analisis untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan analisis data. Terdapat16 spesies dari 5 famili kupu-kupu yang menggunakan kedua tempat tersebut sebagai respon perilaku terhadap kedua ruang tersebut (Tabel 2.) Tabel 2. Spesies Kupu-kupu yang dijadikan sampel respon perilaku No Famili Spesies No Famili Spesies 1 Nymphalidae Erites argentina 9 Nymphalidae Neptis sp. 2 Eurema sp. 10 Parantica aspasia 3 Faunins canens 11 Ypthima nigricans 4 Lethe confusa 12 Tanaecia iapis 5 Lycanidae 13 Papilionidae Papilio sp. 6 Mycalesis horsfieldi 14 Troides sp. 7 M. moorei 15 Lycanidae Zeltus amasa 8 Neorina chrisna 16 Pieridae Delias sp. Berdasarkan analisis multivariat ANOVA (Tabel 3.) menunjukan bahwa lokasi secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku kupu-kupu. Begitu pula dengan spesies yang diketahui berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kupu-kupu. Ini artinya perilaku tidak hanya ditentukan oleh lokasi kanopi saja, tetapi juga tiap spesies memiliki pola perilaku yang berbeda terhadap ruang berkanopi. Kemudian untuk pengujian secara parsial (Tabel 4),lokasi dan spesies secara signifikan mempengaruhi perilaku basking dan restingkupu-kupu. Bila variabel lokasi dan spesies digabungkan maka, variabel akan secara signifikan mempengaruhi perilaku resting (p-value = 0,001), touring (p-value = 0.014) dan patroling (p-value = 0,13). Tabel 3. Hasil Uji MANOVA dengan berbagai pengujian Effect F Sig. Lokasi Pillai's Trace 2.528a.018 Wilks' Lambda 2.528a.018 Hotelling's Trace 2.528a.018 Roy's Largest Root 2.528a.018 Spesies Pillai's Trace 1.270.042 Wilks' Lambda 1.364.013 Hotelling's Trace 1.468.003 Roy's Largest Root 6.054b.000 lokasi * Spesies Pillai's Trace 1.432.004 Wilks' Lambda 1.507.001 Hotelling's Trace 1.578.000 Roy's Largest Root 4.739b.000 Perilaku basking dan resting merupakan perilaku yang menunjukkan pengaruh yang tinggi pada berbagai lokasi dan perbedaan spesies (Tabel 4). Hal ini berkaitan dengan termoregulasi tubuh pada kupu-kupu. Ketika suhu menjadi sangat rendah atau dangat tinggi akan membuat respon kupu-kupu menjadi inaktif. Perilaku basking dengan membentangkan sayap agar dapat menerima panas cahaya matahari secara maksimal menjadi kegiatan penting bagi 21

Tabel 4.Pengaruh Lokasi dan spesies terhadap perilaku. Tanda * menunjukan nilai yang signifikan Source Dependent Variable Df Mean Square F Sig. Lokasi Basking 1 167.919 7.899.006* Feeding 1.374.156.693 Resting 1 378.647 9.278.003* Patroling 1.549.049.824 Touring 1 2.659.585.446 Mating 1.708.300.584 Agonistic 1.108.039.844 Spesies Basking 15 38.396 1.806.040* Feeding 15.563.235.999 Resting 15 177.849 4.358.000* Patroling 15 17.343 1.561.093 Touring 15 6.274 1.380.166 Mating 15 1.217.516.928 Agonistic 15 2.348.840.632 lokasi * Spesies Basking 15 36.527 1.718.054 Feeding 15.563.235.999 Resting 15 108.328 2.654.001* Patroling 15 23.201 2.088.014* Touring 15 9.623 2.116.013* Mating 15 1.212.514.930 Agonistic 15 3.788 1.356.178 kupu-kupu. Basking juga menjadi menjadi suatu kegiatan bagi kupu-kupu jantan sebelum melakukan pencarian kupukupu betina (Hirota, 2000). Hal ini dilakukan ketika suhu lingkungan sedang rendah, ketika suhu sudah meningkat, kupu-kupu jantan menyelesaikan kegiatan basking dan mulai mencari kupu-kupu betina. Selain itu karena sumber makanan dan keberadaan predator, kupu-kupu juga tersebar berdasarkan kondisi lingkungan yang sesuai (Schowalter, 2011). struktur komunitas kupu-kupu di hutan hujan tropis Bodogol memiliki indeks keanekaragaman spesies yang lebih tinggi pada ruang kanopi bercelah dibandingkan ruang pada kanopi tertutup. Kehadiran kupu-kupu yang lebih banyak didapatkan di ruang kanopi bercelah menunjukan bahwa kupukupu lebih memilih karakteristik yang dimiliki ruang tersebut untuk melakukan berbagai aktifitasnya. Kupu-kupu, serupa dengan serangga lainnya, merupakan hewan heterotermic yang berarti memerlukan panas untuk mengatur suhu tubuh yang diperoleh dari suhu lingkungnnya, sehingga menyebabkan laju aktivitas metabolisme tubuhnya akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu lingkungan (Schowalter, 2011). Oleh karena itu, kupu-kupu akan menunjukan perilaku yang bervariasi sebagai respon terhadap kondisi lingkungannya. Kesimpulan Struktur kanopi bercelah dan kanopi tertutup mempengaruhi perilaku kupu-kupu. Terutama pada perilaku basking dan resting. Daftar Pustaka Brown, James H., dan Lomolina, Mark V (1998) Biogeography. 2nd edition. Sinauer Cain, Michael L., Bowman, William D., Hacker, Sally D (2008) Ecology. Sinauer 22

Hamer, K. C., Hill, J.K,. Benedick, S., Mustaffa, S., Sherratt, T.N., Maryati, M., dan K, Chevy V (2003) Ecology Of Butterflies In Natural And Selectively Logged Forests Of Northern Borneo: The Importance Of Habitat Heterogeneity. Journal Of Applied Ecology 40, 150 162 Helmi, Nelva., Kartawinata, Kuswata., Samsoedin, Ismayadi (2009) An Undescribed Lowland Natural Forest At Bodogol, The Gunung Gede Pangrango National Park, Cibodas Biosphere Reserve, West Jawa, Indonesia. Reinwardtia. Vol 13, Part 1, Pp: 33 44 Hirota, Tadao., Obara, Yoshiaki (2000) The Influence of Air Temperature and Sunlight Intensity on Mate-Locating Behavior of Pieris rapae crucivora. Zoological Science.17: 1081 1087. Martin, Stella (No Year) Tropical Fact sheet.butterfly and moth colour. Wet Tropics Management Authority and the Queensland Environmental Protection Agency. Matthews, Robert W., Matthews, Janice R. (2010). Insect Behavior. 2nd Edition. Springer Science+Business Media Pryke, James S., Vrdoljak, Sven M., Grant, Paul B. C., and Samways, Michael J. (2012). Butterfly Behavioural Responses To Natural Bornean Tropical Rain-Forest Canopy Gaps. Journal of Tropical Ecology. 28:45 54. Ruslan, Hasni. 2011. Community of Superfamily Papilionoidea Butterflies at Nature Educational Conservation Centre Bodogol, Sukabumi, West Java. IPB. Syamsudin, Mochamad (2000) Komposisi Dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Pada Daerah Tepi Kawasan TNGGP, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB (Tidak Dipublikasikan) Schowalter, Timothy D., (2006). Insect Ecology. An Ecosystem Approach 2nd edition. Elsevier 23