BABI PENDAHULUAN. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan. usaha Lerperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang 'maju, adil dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar melakukan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai penggerak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Indonesia saat ini telah memporak porandakan

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Masodah,SE.,MMSi

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu lembaga keuangan non Bank yang cukup

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. menentu menyebabkan banyak perusahaan tiba-tiba mengalami. ketatnya persaingan adalah PT. Pegadaian (Persero) Tbk. PT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menandakan Koperasi di Indonesia sudah berkembang dan mengalami

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. juga bisa membantu membuka lapangan pekerjaan. Di Indonesia, koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS SEBAGAI ALAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN (Studi Kasus KPRI SMP N 7 Skh )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.

BAB I PENDAHULUAN. menampung para pemilik usaha kecil menengah dan memiliki peran penting

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan koperasi di Indonesia dalam Perekonomian Nasional berperan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP KINERJA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) X BANDUNG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia.

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1 telah digariskan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan

I. PENDAHULUAN. menampakan wujud dan peranannya. Sampai kini sektor swasta masih. mendominasi sektor perekonomian di Indonesia dan sektor koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat demi peningkatan perekonomian di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dipahami dengan cara yang berbeda-beda, tetapi secara umum

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi ekonomi terdapat unsur-unsur usaha koperasi. perkoperasian menegaskan bahwa: Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional, karena UMKM mampu menyerap

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar kepada pihak swasta untuk terbentuknya koperasi-koperasi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI MAHASISWA UMS DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam

III. METODE KAJIAN 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. ke bidang finansial, dan bank sebagai wujud objektivitas usaha yang

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan perekonomian saat ini, dimana tingkat minat

BAGIAN III PERMODALAN

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. koperasi memperlihatkan bahwa keberadaan koperasi tidak saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha Lerperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang 'maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam tatanan perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan, maka peran koperasi sangatlah penting dalam menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Di dalam kehidupan seperti ini koperasi seharusnya ' memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas untuk kepentingan ekonomi rakyat sehingga koperasi mampu berperan sebagai soko guru perekonomian nasional. Pembangunan koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berpe1an dalam perekonomian nasional. Pengembangannya diarahkan koperasi benarbenar menerapkan prinsip koperasi dan prinsip usaha ekonomi. Koperasi akan merupakan organisasi ekonomi yang mantap, demokrasi, otonom, partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar koperasi menjalankan kegiatan usaha dan komponen utama dalam kehidupan ekonomi rakyat. Pasal 44 Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian menyatakan bahwa koperasi dapat menghimpun

dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota dan calon anggota koperasi yang beranggotakan koperasi lain dan anggotanya. Ketentuan tersebut menjadi dasar dan kekuatan hukum bagi koperasi untuk melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam baik sebagai salah satu atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi. Atas dasar itu maka pelaksanaan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi tersebut hams diatur secara khusus sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perbankan dan Undangundang Perkoperasian. Peraturan tersebut dimaksudkan agar di satu pihak tidak bertentangan dan untuk mempertegas kedudukan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) pada koperasi yang bersangkutan sebagai koperasi atau unit usaha koperasi yang memiliki ciri bentuk dan sistematis tersendiri. Kegiatan usaha simpan pinjam ini sangat dibutuhkan oleh para anggota koperasi dan banyak manfaat yang diperolehnya dalam rangka meningkatkan modal usaha. para anggotanya. Hal itu terlihat akan kenyataan bahwa koperasi yang sudah berjalan pada umumnya juga melaksanakan usaha simpan pinjam. Sehubungan dengan hal tersebut dalam Peraturan Pemerintah dimuat ketentuan dengan tujuan agar kegiatan simpan pinjam oleh koperasi darat beijalan dan berkembang secara jelas, teratur, tangguh, dan mandiri. Faktor permodalan bagi usaha anggota dan usaha koperasi sangat menentukan kelangsungan hidup koperasi dan usaha anggota yang bersangkutan. Sebagai penghimpun dana masyarakat walaupun dalam lingkup yang terbatas, kegiatan usaha simpan pinjam memiliki karakter khas, yaitu merupakan usaha yang didasarkan pada kepercayaan dan banyak mengandung resiko. Oleh karena itu, pengelolaan hams dilakukan secara profesional dan 2

ditangani oleh pengelola yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus, dengan dibantu oleh sistem pengawasan internal yang ketat. Di dalam rangka itulah, maka disamping koperasi sendiri hams melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha simpan pin jam terse but, pemerintah juga perlu melakukan pembinaan dan pengawasan. Pengawasan dilakukan untuk menghindarkan terjadinya penyimpangan yang dampaknya sangat merugikan anggota dan hilangnya kepercayaan anggota. Untuk me.1capai keuntungan usaha yang maksimal, koperasi harus dapat juga mencari pinjaman modal kerja yang bersumber dari anggota, bank maupun lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlalll. Tata hubungan antara koperasi dengan badan usaha lainnya merupakan faktor yang penting dalam rangka mewujudkan sistem perekonomian nasional yang berdasarkan demokrasi ekonomi. Di dalam hubungan ini kerjasama tersebut haruslah ' merupakan hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan. Ketentuan ini mempertegas komitmen pemerintah dalam upaya memberdayakan permodalan koperasi dalam mengembangkan lembaga keuangan koperasl mengingat bahwa permodalan rr.erupakan salah satu sumber kekuatan bagi pengembangan usaha koperasi. Terdapat beberapa kriter.ia atau alat ukur kinerja usaha koperasi yang umum digunakan antara lain likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan rentabilitas atau profitabilitas. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Pieter Leunupun (Tahun 2002) tentang profit margin, investment turnover dan equity multiplier. Sedangkan fenomena-fenomena permasalahan yang kemungkinan akan terjadi adalah banyaknya pinjaman yang pengembaliannya kurang lancar, jumlah 3

cadangan beresiko yang dianggarkan oleh koperasi sangat kurang dan rendahnya rentabilitas yang ada dalam koperasi, hal ini juga pernah diungkapkan oleh Suhendar Sulaeman (Jurnal Ekonomi & Bisnis No.2, Jilid 9, Tahun 2004, hal 77) tentang perkembangan KSP dan USP. Selain itu dalam Jurnal Koperasi dan UMKM (Edisi IX/ Nopember 2008) membahas persoalan likuiditas yang menggelayuti kebanyakan koperasi. Dalam kondisi seperti saat ini dimana likuiditas dialami oleh cukup banyak koperasi, dana pemerintah menjadi andalan agar kegiatan simpan pinjam yang berlangsung di Tanah Air dapat terus menjalankan roda bisnis mereka sekaligus menghidupi warga masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. Kendala lain yang dihadapi oleh KSP adalah pinjaman macet yang disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang dibahas dalam Materi Rapat Penilaian Kesehatan dalam, rangka peningkatan dan pengembangan jaringan kerjasama usaha koperasi yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Pasuruan pada tanggal15 dan 29 Agustus 2008. Di dalam menentukan maupun memilih standar ratio barn suatu koperasi tergantung dan berdasarkan berbagai alternatif, antara lain c~tatan kondisi keuangan dan hasil operasional pada tahun-tahun yang lampau. Rasio dari perusahaan!koperasi sejenis berdasarkan laporan yang dianggarkan dibudgetkan dan lain sebagainya. Standar ratio ini dimaksudkan angka-angka dalam analisa laporan keuangan yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dari pos-pos yang dianalisis pada laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur pada pos-pos laporan keuangan tersebut berbentuk angka-angka matematis yang sederhana baik berupa angka 4

biasa maupun prosentase. Hasil ini secara individual kecil sekali artinya, kecuali bila dibandingkan der..gan standar ratio yang layak dijadikan pembanding atau sudah umum dipakai. Bila tidak ada standar umum yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran ratio itu menunjukkan kondisi perusahaan/koperasi yang maju atau mundur. Semakin meningkatnya kompleksitas dan profil risiko dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP)-Koperasi istilah generiknya (Koperasi Jasa Keuangan), maka perlu diidentifikasi pennasalahan yang timbul dari operasional usaha jasa keuangan Koperasi Jasa Keuangan. Hasil akhir penilaian kondisi Koperasi Jasa Keuangan dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Bagi pemerintah sebagai pembina dan pengawas dalam hal ini Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pan Dinas yang membidangi koperasi di daerah dapat digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pembinaan dan pengawasan. Salah satu kegiatan usaha Koperasi Jasa Keuangan adalah menghimpun dana masyarakat, tentunya membawa konsekuensi bahwa pengeiolaan Koperasi Jasa Keuangan harus ditangw.i secara sehat dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian (Prudent). Untuk menjaga tingkat kepercayaan publik (public trnst) kepada Koperasi Jasa Keuangan dari salah urns atau kemungkinan terjadinya penyimpangan yang mungkin terjadi, maka dalam Anggaran Dasar Koperasi Jasa Keuangan disebutkan bahwa pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban melakukan pemantauan dengan menerapkan suatu Sistim Pengendalian Intern (SPI) yang hams dilaksanakan oleh Koperasi 5

Jasa Keuangan sendiri secara teratur, dan dilakukan penilaian kesehatan yang bertujuan sebagai berikut: 1. Menjaga dan meningkatkan kepercayaan dari masyarakat 2. Mengetahui posisi hasillprestasi kinerja 3. Mengetahui harta kekayaan Koperasi Jasa Keuangan dan penabung 4. Mengetahui tingkat kepatuhan Koperasi Jasa Keuangan pada peraturan yang berlaku 5. Mengetahui bussines plan jasa keuangan yang akan dikelolanya. Pelaksanaan penilaian kesehatan Koperasi Jasa Keuangan merupakan suatu sistem yang ampuh dalam penilaian kineija, sehingga dapat diterima oleh industri lembaga keuangan untuk menaruh kepercayaan pada Kopemsi Jasa Keuangan. Penilaian dilakukan secara intensif jika ada kebutuhan untuk }llenentukan koperasi teladan, koperasi unggulan. Program dana bergulir, dan program-program lainnya, bukan dititik beratkan pada suatu sistem bahwa lembaga keuangan harus dinilai kesehatannya secara rutin sehingga dengan diketahui tingkat kesehatan dari keuangan, suatu Koperasi Jasa Keuangan yang akan meyakinkan para kreditur atau investor termasuk masyarakat. Implementasi dari sanksi-sanksi atas pelaksanaan penilaian Koperasi Jasa Keuangan masih terbatas pada himbauan yang dikemas dengan kata pembinaan bukan dengan pengawasan. Padahal lembaga keuangan yang merupakan lembaga intermediasi untuk menampung dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat perlu adanya trust dan keyakinan dari masyarakat, meialui penilaian kesehatan yang obyektif dilakukan dengan akurat akan menjadi pedoman bagi semua pihak untuk melakukan kemitraan dengan 6

Koperasi Jasa Keuangan. Ada 5 (lima) aspek yang menjadi tolak ukur di dalam pelaksanaan penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yaitu: permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. penilaian dengan menggunakan sistem nilai kredit atau Reward System yang dinyatakan dalam angka dengan nilai kredit 0 sampai dengan 100. Dasar penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. 3. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 194/KEPIMEN/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pin jam. Perhitungan dan penilaian kesehatan koperasi dilaksanakan oleh aparat Kementrian Negara Koperasi dan UKM, dengan obyek atau sasaran penilaian koperasi jasa keuangan yang telah memenuhi kualifikasi setagai berikut: 1. Telah berbadan hukum 2. Telah beroperasi 2 (dua) tahun dan telah RAT 2 (dua) tahun berturut-turut 3. Modal sendiri minimal Rp. 15.000.000,-. Pelaksanaan penilaian kesehatan tersebut berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak sebagai berikut: 1. Anggota koperasi sebagai pemilik 2. Pengelola koperasi jasa keuangan 7

3. Pengurus koperasi 4. Pengawas koperasi 5. Penggunajasa koperasi dan jasa keuangan (penyimpan dan peminjam) 6. Pemerintah sebagai pembina dan pengawas. Berdasarkan basil penilaian terhadap 5 (lima) komponen diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam yang dibagi dalam 4 ( empat) go Iongan yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat, dan Tidak Sehat. Penetapan predikat tingkat kesehatan KSP/USP tersebut adalah sebagai berikut: Skor. 81-100 66-80 51-65 0-50 Predikat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain: 1. Apakah analisis penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang meliputi aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas dapat memenuhi standar predikat kesehatan koperasi? 8

2. Apakah kendala-kendala yang di.hadapi oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP), sehingga kurang memenuhi Standar Kesehatan Koperasi? C. Tujuan Penelitian bertujuan: Sesuai dengan perumusan masalah yang disajikan, maka penelitian 1. Menganalisis <ian menguji secara empiris masalah kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kabupaten Pasuruan. 2. Menjelaskan bukti-bukti empiris tentang kendala-kendala yang dihadapi sehingga Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dapat memenuhi Standar Kesehatan Koperasi. D. Manfaat Penelitian Apabila tujuan penelitian ini dapat digunakan, maka penelitian ini akan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Akuntansi Koperasi termasuk Analisa Laporan Keuangan di dalamnya. 2. Bagi obyek penelitian dapat menambah wawasan di bidang perkoperasian khususnya berkaitan dengan pengaruh penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) terhadap perkembangan koperasi. 3. Bagi penelitian lanjutan dengan memperluas variabel atau menambahkan variabel yang sudah ada sebagai referensi. 9

E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis tentang penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pin jam (KSP) di Kabupaten Pasuruan Tahun Buku 2007, dengan harapan dari hasil akhir penilaian kondisi Koperasi Simpan Pinjam!KSP (Koperasi Jasa Keuangan) dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Dasar penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pin jam adalah: 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. 3. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 194/KEP/MEN/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pin jam. 4. Laporan Keuangan Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Pasuruan tahun buku 2007. 5. Dokumen-dokumen perhitungan analisa rasio keuangan Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Pasuruan. 10