BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan telah membuat Jutaan rakyat tidak bisa mengenyam pendidikan

Mengapa PKH Diperlukan? PKH dimaksudkan untuk merunkan jumlah masyarakat miskin melalui bantuan dana tunai bersyarat.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan.

Pertanyaan Untuk Kepala Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial. khusus nya Dinas Sosial terhadap masalah kemiskinan?

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)- PERENCANAAN (2018)

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

B A L A N G A N GGULANGAN KEMISKINAN BALANGAN, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

INOVASI / PEMANFAATAN

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAPERMAS KOTA SALATIGA TAHUN 2017

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

MEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: EVIEN NUR MAULIDA VIDIANA A

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks karenanya meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tapi hingga kini faktanya masih banyak rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk mencari solusi yang relevan dalam pemecahan masalah kemiskinan, perlu dipahami sebab musabab dan menelusuri akar permasalahan kemiskinan itu. Adapun kriteria RTSM dari BPS (Depkominfo, 2008:8) adalah sebagai berikut : 1. Luas bangunan tempat tinggal ukuranny 2. Jenis lantai tempat tinggalnya terbuat dari tanah, bambu atau kayu 3. Bangunan rumah menggunakan dinding bambu, rumbia atau kayu berkualitas rendah 4. Fasilitas jamban tidak ada, kalaupun ada digunakan bersama dengan keluarga lain 5. Fasilitas air minum dan masak dari mata air tak terlindungi seperti air sungai, air danau atau air hujan 6. Sumber penerangan bukan listrik 7. Dalam seminggu tidak pernah mengkonsumsi daging atau susu 8. Hanya mampu membeli satu setelan pakaian dalam setahun

9. Tidak mampu membayar obat anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas atau Poliklinik 10. Pekerjaan tetap kepala keluarga sebagai petani dengan lahan setengah hektar, buruh tani, kuli bangunan, tukang kayu atau tukang becak, pemulung 11. Pekerjaan lain dengan penghasilan maksimum Rp. 600.000,- perbulan 12. Pendidikan tertinggi kepala keluarga tidak lebih dari Sekolah Dasar 13. Tidak memiliki harta senilai Rp. 500.000 seperti bangunan, perhiasan, ternak atau kredit barang. Kemiskinan merupakan kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Suharyanto, dalam Syahwie, 2011). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 mencapai 28,07 juta atau 11,37% dari total penduduk di Indonesia. Kemiskinan ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan gizi. Beban kemiskinan sangat dirasakan oleh kelompokkelompok tertentu seperti perempuan dan anak-anak yang berakibat pada terancamnya masa depan mereka. Secara umum, kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan dan diperlukan strategi penanganan yang tepat sasaran, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Menurut pandangan umum dimensi pendidikan yang rendah dan dimensi rendahnya mutu kesehatan masyarakat dilihat sebagai alasan mendasar mengapa terjadinya kemiskinan. 2

Selama beberapa dekade, upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan penyedian kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir melalui sistem kredit, pembangunan prasarana dan pendampingan, penyuluhan sanitasi dan sebagainya. Dari serangkaian cara dan strategi penanggulangan kemiskinan tersebut, semua berorientasi pada material, sehingga keberlanjutan sangat bergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Di samping itu, tidak adanya tatanan pemerintah yang demokratis menyebabkan rendahnya aksestabilitas dan inisiatif masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan dengan cara mereka sendiri. Upaya pengetasan kemiskinan kini semakin mendesak kembali untuk dikaji ulang. Klaim pemerintah tentang Wajib Belajar 9 tahun yang sudah tuntas seakan bertabrakan dengan fakta sebenarnya. Masih banyak anak usia jenjang pendidikan dasar yang kesulitan mengakses pendidikan. Dengan kondisi demikian, maka negara berkewajiban melakukan upaya pengetasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena masyarakat miskin merupakan tanggung jawab negara Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 Pasal 34 ayat 1 yang berbunyi, Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara dan ayat 2 yang berbunyi Negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat manusia. Dalam melaksanakan kewajiban negara tersebut, maka Pemerintah Indonesia harus memberikan perhatiannya secara serius dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan perlu membuat suatu kebijakan atau program nasional yang berkaitan dengan pertumbuhan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. 3

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial bagi keluarga rumah tangga sangat miskin (RTSM), pemerintah mengeluarkan sebuah Program Keluarga Harapan (PKH) yaitu sebuah bantuan bersyarat sebagai jaminan sosial untuk mengakses kesehatan dan pendidikan yang mencakup kesehatan balita dan ibu hamil serta pendidikan bagi anak usia pendidikan dasar. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan di Indonesia diharapkan akan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga. PKH serupa dengan program di negara lain yang dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Program diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. Di Indonesia, PKH sudah berjalan sejak 2007, menurut Mensos cukup berhasil dilihat dari tingkat partisipasi anak usia sekolah yang pergi ke sekolah terus meningkat, begitu juga dengan partisipasi ibu hamil yang memeriksakan kandungannya sehingga berdampak pada menurunnya angka kematian ibu dan anak. Merujuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004, PKH menjadi model jaminan yang unik, berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan lainnya karena PKH merupakan bantuan sosial bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan, dalam pelaksanaan kegiatannya RTSM di dampingi oleh pendamping sosial dan apabila melanggar komitmen dikenakan sanksi. PKH bernuansa 4

pemberdayaan yakni menguatkan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) agar mampu keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong anak-anak sekolah. Dalam pemberdayaan PKH terdapat dua komponen yang menjadi fokus dalam program ini yaitu pendidikan dan kesehatan, namun dalam bahasan ini penulis membatasi hanya pada Program Keluarga Harapan di bidang kesehatan. Tujuan utama PKH Kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan). 1 Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat mencantumkan bahwa seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Jamkesmas dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Bagi Peserta PKH yang tidak mempunyai kartu Jamkesmas, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menunjukkan kartu PKH asli dan menyerahkan foto copy kartu PKH karena peserta PKH secara tidak langsung merupakan peserta Jamkesmas, sehingga memiliki hak yang sama dengan peserta Jamkesmas lain dibidang kesehatan. Kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi warga rumah tangga sangat miskin (RTSM). 1 Fidyatun, Erna. 2012. Evaluasi Program Keluarga Harapan. Diakses Tanggal 19 Januari 2014 5

Program Keluarga Harapan di Bidang kesehatan ini sangat besar manfaatnya, pihak yang tidak memahami dan tidak bertindak konsisten dengan kenyataan bahwa sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh mutu gizi, kesehatan, dan pendidikan di usia dini dan di masa pertumbuhan anak. Kesehatan terintegrasi dengan berbagai sektor, karena kesehatan tidak akan lepas dari keadaan sosial masyarakat, terutama dalam hal perekonomian. Status ekonomi menjadi tonggak utama yang menyokong kesehatan itu sendiri, karena itu dalam upaya peningkatan status kesehatan sangat diperlukan adanya kerjasama yang berkesinambungan, baik dalam pelaksanaan maupun dalam hal pengawasan. 2 Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu Program yang terintegrasi antara kesehatan dengan sosial. PKH memberikan bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Peserta PKH adalah masyarakat yang masuk ke dalam kriteria miskin yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan memiliki tanggungan ibu hamil, bayi usia di bawah 5 tahun di dalam satu rumah tangga sangat miskin (RTSM). Program ini dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. PKH dirancang untuk membantu penduduk miskin kluster pertama yakni Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran. Dalam jangka pendek PKH akan memberikan income effect kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk jangka panjang, program ini akan memutus 2 Fidyatun, Erna. 2012. Evaluasi Program Keluarga Harapan. Diakses Tanggal 19 Januari 2014 6

rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas kesehatan atau nutrisi, pendidikan, dan kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect). Dengan adanya PKH diharapkan RTSM memiliki akses yang lebih baik untuk memanfaatkan pelayanan sosial dasar, yaitu kesehatan, pangan dan gizi termasuk menghilangkan kesenjangan sosial, ketidakberdayaan dan keterasingan sosial yang selama ini melekat pada diri warga miskin. Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Struktur organisasi PKH terdiri dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Pusat, Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kabupaten/kota, dan Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan. UPPKH Kecamatan melaporkan setiap bulan kepada UPPKH Kabupaten/kota, yang nantinya akan dilaporkan kepada UPPKH Pusat yang berada di Jakarta. 3 PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, aktor utamanya adalah dari Dinas Sosial, kemudian dibantu oleh BPS, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, PT. Pos Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informasi, Kantor PKH kecamatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Masyarakat. Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara program yang mengintervensi sisi pelayaanan (supply) dan Rumah Tangga Sangat Miskin (demand) dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi 3 Sukoco,Dwi Heru. 2007. Mari Kita Mengenal PKH. Diakses tanggal 19 Januari 2014 7

antar sektor, koordinasi antar tingkat pemerintahan, serta antar pemangku kepentingan (stakeholder). Kota Bandar Lampung melaksanakan PKH kepada untuk mengurangi tingkat kemiskinan serta meningkatkan kesejateraan keluarga, yang salah satunya dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama dalam bahasan ini adalah bidang kesehatan. BPS pada tahun 2013 jumlah rumah tangga sangat miskin (RTSM) calon peserta PKH sebanyak 9.257 dan berkurang menjadi 6.912 setelah dilakukan validasi. Peserta PKH di bidang kesehatan antaralain ibu hamil berjumlah 227 orang, jumlah bayi dan balita berjumlah 3905 sisanya peserta PKH di bidang pendidikan. PKH bidang kesehatan merupakan program yang melibatkan Dinsos dan Dinkes. Pelaksanaan lapangan program ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) yang terdiri dari empat operator, satu orang petugas administrasi, satu orang petugas entry data, satu orang petugas pengaduan masyarakat dan 27 pendamping yang tersebar di 13 Kecamatan di Kota Bandar Lampung. Sumber dana PKH berasal dari APBN dan APBD untuk operasional manajemen guna kelancaran pelaksanaan di Kabupaten/kota. APBN digunakan untuk bantuan kepada peserta dan gaji dari operator dan pendamping PKH. APBD Kabupaten digunakan untuk operasional PKH seperti rakor, rapat evaluasi, kebutuhan lapangan seperti ATK, dan lainlain. Pencairan dana dilakukan melalui PT. Pos setiap 3 bulan. Untuk pembiayaan pelayanan bidang kesehatan dari peserta PKH, klaim dimasukkan kedalam pembiayaan Jamkesmas, karena peserta PKH secara tidak langsung merupakan peserta Jamkesmas, sehingga memiliki hak yang sama dengan peserta Jamkesmas lain dibidang kesehatan. 8

Program Keluarga Harapan (PKH) memberikan dampak positif kepada masyarakat Kota Bandar Lampung. Program ini meningkatkan akses kesehatan bagi peserta dan memiliki cara yang berbeda dengan bantuan tunai lainnya atau program jaminan lainnya, karena peserta PKH memiliki kewajiban-kewajiban bidang kesehatan yang dibebankan kepada peserta dan harus dijalankan sebagai syarat. Program Keluarga Harapan (PKH) ini memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan program bantuan sosial lainnya, karena program ini memiliki kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta PKH dan peserta juga didampingi oleh pendamping, sehingga peserta PKH dapat terpantau dengan baik melalui pendamping disetiap wilayah. Hal ini menjadi tantangan utama pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin. Akan tetapi dalam observasi ditemukan beberapa permasalahan dalam pelaksanaan PKH yaitu; 1. Kurangnya Koordinasi dengan RTSM penerima PKH, hal ini terlihat dari banyaknya warga yang tidak mematuhi komitmen, sehingga dijatuhkan sanksi berupa pemotongan uang bantuan. 2. Sosialisasi kepada peserta PKH di bidang kesehatan dirasakan tidak maksimal karena rendahnya pengetahuan dan tingkat kesadaran RTSM terhadap pentingnya kesehatan ibu hamil, bayi dan balita. Uang yang didapat dari program ini bertujuan untuk membiayai ibu hamil, bayi dan balita untuk memeriksakan kesehatan secara berkala ke Posyandu, tetapi masih ada warga yang menggunakan uang bantuan untuk kepentingan lain seperti membeli mainan anak atau membayar hutang piutang. 9

Berdasarkan permasalahan dalam pelaksanaan PKH di Kota Bandar Lampung, tentu harus mampu di jawab oleh pihak terkait dalam hal ini khususnya para pendamping PKH dengan upaya yang ditekankan pada adanya penjelasan-penjelasan secara menyeluruh. Sehingga berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan 1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan suatu masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat: 1. Manfaat Praktis : Untuk memberi masukan, bahan refrensi, serta sebagai sumber informasi awal bagi peneliti-peneliti lain yang tertarik terhadap Implementasi 10

Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan. 2. Manfaat Akademis : Untuk mengembangkan kajian-kajian dan penelitian dalam bidang Ilmu Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan. 11