menilai kondisi kehidupannya saat ini dengan melihat jarak antara posisi kehidupannya saat ini dengan kehidupan yang diinginkan. Dalam hal ini bisa di

dokumen-dokumen yang mirip
lain, tiap-tiap manusia memiliki definisi mereka masing-masing mengenai kualitas hidup. Pernyataan Liu ini juga mengindikasikan bahwa kualitas hidup a

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

PERAN SPIRITUALITAS DAN KEPUASAN HIDUP TERHADAP KUALITAS HIDUP PADA WIRAUSAHAWAN MUDA

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nisa Fadilah, 2014 Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

population Council mengemukakan jumlah kasus aborsi di Indonesia pada berarti terjadi sekitar 18 aborsi per 100 kehamilan.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. semua untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita. WHO (World Health Organization) tahun 2008, menyebut sebanyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Novianti, 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sampling selama kegiatan IPE berjalan dari bulan Juni 2015 Desember Tabel 1. Karakteristik responden penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran sudah menjadi masalah klasik dan seakan-akan tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. persalinan (WHO, 2008) merupakan periode penting bagi ibu dan bayi baru lahir

FIKOM KEWIRAUSAHAAN I. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan i. HARTRI PUTRANTO,SE.MM HP :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kebutuhan manusia dari kebutuhan yang bersifat paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. peningkatan pesat. Arus globalisasi yang berkembang dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti menginginkan kualitas hidup yang baik dan memiliki standar tersendiri mengenai kualitas hidup, begitu pun dengan wirausahawan. Hal ini diperkuat oleh Ruggeri (2011) yang mengemukakan bahwa kualitas hidup yang baik merupakan hal yang didambakan oleh setiap orang, namun tidak terdapat t satu definisi kualitas hidup yang dapat diterima secara universal. Secara awam individu memberikan gambaran kualitas hidup yang berkaitan dengan pencapaian aian kehidupan yang ideal atau sesuai dengan yang diinginkan (Kahneman, 2009). Dengan kata lain tidak terdapat definisi yang pasti yang dapat menjelaskan pengertian dan batasan dari kualitas hidup, artinya setiap orang memiliki pengertian masing-masing mengenai hal tersebut. Menurut World Health Organization Quality of Life (1994) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Bila dikaitkan dengan definisi yang dikemukakan oleh O Connor (2003), dalam mempersepsi posisi kehidupannya saat ini, individu melihat seberapa jauh perbedaan antara kondisi kehidupan saat ini dengan kondisi kehidupan yang diinginkan oleh individu. Jadi, individu 1

menilai kondisi kehidupannya saat ini dengan melihat jarak antara posisi kehidupannya saat ini dengan kehidupan yang diinginkan. Dalam hal ini bisa dilihat bahwa kualitas hidup mencakup semua aspek kehidupan, di mana kualitas hidup memiliki konsep yang sangat luas yang dipengaruhi oleh kondisi fisik, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Power, 2013). Selain dipengaruhi oleh faktor budaya, harapan, tujuan dan standar, kualitas hidup juga dipengaruhi oleh beberapa faktor demografis seperti gender/ jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, dan hubungan dengan orang lain (Liao, Fu & Yi, 2006). Secara garis besar, kualitas hidup meliputi empat domain yang terdiri dari domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan (WHO, 1994). Berdasarkan definisi subjektif yang diperoleh melalui hasil wawancara mengenai nai kualitas hidup, bahwa kualitas hidup yang baik merupakan suatu keadaan di mana kebutuhan dasar individu tersebut terpenuhi, memiliki hubungan serta mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan, dan adanya hubungan spiritual yang baik dengan pencipta. Wawancara tersebut dilakukan dengan subjek bernama Ashadi (35 tahun) yang merupakan seorang wirausaha di Tangerang, wawancara berlangsung pada hari Minggu, 27 Desember 2015. Subjek mendefinisikan kualitas hidup yang baik sebagai berikut: Kualitas hidup yang baik itu dimana kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan terpenuhi.. tapi ada yang tidak kalah penting lagi dari itu yaitu adanya kehangatan serta dukungan moril dari keluarga, serta adanya hubungan spiritual yang baik kepada Sang Pencipta.. 2

Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Irmawati (32 tahun) yang merupakan seorang pengusaha online shop, kualitas hidup yang baik didefenisikan dengan menekankan pada kemampuan berinteraksi dengan Tuhan sebagai berikut:.. kalo berbicara soal kualitas hidup, sebenarnya agak susah sih didefenisikan karena standar orang pasti beda-beda ya dan tergantung kehidupan pribadinya. Tapi baiklah saya akan coba defenisikan berdasarkan pengalaman hidup saya ya dan berdasarkan status saya sebagai seorang ibu. Kualitas hidup bagi saya menyangkut masalah mental, intelektual, dan bagaimana berinteraksi dengan Tuhan, dirinya sendiri, dan dengan lingkungannya Berinteraksi dengan Tuhan bagi saya ini yang terpenting karena kalo kita bisa berinteraksi dengan baik kepada Tuhan, maka kita pun bisa berinteraksi baik dengan diri sendiri dan orang lain, serta alam sekitar atau lingkungan Penelitian pernah dilakukan oleh Baker (2003) memaparkan bahwa spiritualitas memberikan kontribusi terhadap kualitas hidup. Berdasarkan hasil penelitian ian yang dilakukan, maka pengalaman yang diperoleh sepanjang hidup seseorang akan mempengaruhi kualitas hidup, pengalaman tersebut juga menjadi dasar dalam memaknai peluang yang diperoleh dalam hidupnya sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dan pencapaian keselarasan hidup. Individu yang semakin menua akan cenderung lebih mementingkan urusan spiritualitas mereka (Taylor, dkk., 2007). Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Young (2012) yang menunjukkan bahwa efek positif dari spiritualitas dapat meningkatkan kualitas hidup, karena dengan mendekatkan diri kepada Tuhan maka akan mengurangi stres yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari, penelitian ini dilakukan pada individu dengan gangguan mental. 3

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang berfokus pada individu dengan gangguan mental, salah satu tujuan penelitian ini akan mengkaji pengaruh spiritualitas terhadap kualitas hidup pada wirausahawan muda, yang notabene individu normal. Spiritualitas berbeda dengan agama, spiritualitas merupakan konsep yang lebih luas yang bersifat universal dan pribadi sedangkan agama merupakan bagian dari spiritualitas yang terkait dengan budaya dan masyarakat (McEwen, 2014). Individu dikatakan memiliki spiritualitas yang baik jika individu tersebut memiliki harapan penuh, optimis, dan berfikir positif (Roper, 2012). Menurut Delaney (2005) spiritualitas adalah fenomena multidimensi yang menghasilkan pengalaman universal, bagian konstruk sosial dan perkembangan individu sepanjang hidup. Spiritualitas seseorang tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor demografis diantaranya tahap perkembangan individu, budaya, keluarga, agama, dan pengalaman hidup yang dialami seseorang (Taylor, 2007). Untuk memperjelas batasan spiritualitas, maka dibuat beberapa dimensi yang dapat menjelaskan spiritualitas tersebut, yang terdiri dari penemuan makna dalam diri, hubungan integral dengan orang lain dan lingkungan, serta hubungan integral dengan Tuhan sebagai pencipta. Dengan berwirausaha, dapat membantu meningkatkan kepuasan dan kualitas hidup serta membantu meningkatkan perekonomian negara, karena semakin banyak orang yang mampu berwirausaha akan menyebabkan naiknya pendapatan negara (Kasali, 2010). Sebuah penelitian sebelumnya yang merupakan sebuah tesis Program Magister Manajemen menunjukkan bahwa kepuasan hidup berwirausaha memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas hidup 4

wirausahawan (Suyatini, 2004). Kepuasan hidup sebagai tingkatan perilaku individu terhadap kualitas hidup mereka yang dapat disamakan dengan kebahagiaan (Pavot & Diener, 2008). Menurut Diener (1984) mengatakan bahwa kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa individu yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi adalah individu yang memiliki tujuan penting dalam hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan tersebut (Diener, 1984). Dengan kata lain, individu dengan kepuasan an hidup yang tinggi merasa bahwa hidup mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi individu bersangkutan. Menurut Iverson & Maguire (2008) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan an hidup seseorang yaitu berkaitan dengan pekerjaan, pribadi, lingkungan, dan masyarakat. Hubungan antara kepuasan kerja dan kepuasan hidup adalah penting karena kepuasan dalam bekerja menjadi salah satu faktor penyebab terwujudnya udnya kepuasan hidup seseorang (Heuwel, 2007). Untuk mempertegas batasan kepuasan hidup maka kepuasan hidup terdiri atas lima aspek yaitu keinginan untuk mengubah hidup, perasaan puas terhadap kehidupan masa sekarang, masa lalu, dan masa yang akan datang, serta bagaimana penilaian orang lain terhadap individu yang bersangkutan (Diener, 1984). Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang berkeinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya sendiri (Suharyadi, 2007). Berdasarkan hasil penelitian bahwa seorang wirausahan pada 5

umumnya memiliki karakteristik tertentu meliputi kemampuan berinovasi, rasa percaya diri, keberanian mengambil resiko, dan kebutuhan akan keberhasilan (Finnie & La Portie, 2007). Penelitian lainnya dari Kuratko, dkk., (2007) juga menemukan bahwa wirausahawan mendapatkan kepuasan lebih dari usahanya sendiri dibandingkan saat mereka masih menerima gaji/upah dari orang lain. Kepuasan dari usaha yang mereka jalankan menurut penelitian Heuwel, dkk., (2007) akan berpengaruh terhadap kepuasan hidup seseorang. Dengan berwirausaha, maka peluang untuk membuktikan kemampuan diri, menggunakan keahliannya dalam bekerja, serta mendapatkan pengakuan publik bila mampu mengelola usahanya dengan baik. Menurut penelitian Finnie & La Portie (2007), kebutuhan akan keberhasilan mendorong seseorang untuk mencari peluang berwirausaha dengan harapan dapat memperoleh kepuasan yang lebih besar dalam bekerja. Tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas hidup yang baik juga menjadi tujuan utama bagi para wirausahawan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dash & Kaur (2012) di Orisa, India menemukan bahwa dari pencapaian yang diperoleh dari berwirausaha tersebut, dapat menimbulkan kepuasan tersendiri terhadap hidupnya, disamping itu dengan adanya kepuasan hidup yang diperoleh juga tidak lepas dari keseimbangan spiritualitas yang dimiliki, di mana hal tersebut memberikan kontribusi yang berarti terhadap kualitas hidup. Dalam literatur-literatur yang ada lebih banyak membahas tentang kualitas hidup (quality of life) pada individu dengan gangguan mental atau penyakit kronis dibanding kualitas hidup (quality of life) pada individu normal. Salah satunya 6

seperti penelitian yang berfokus pada kesehatan mental oleh Villa, dkk. (2008) bahwa kualitas hidup individu tidak lepas dari masalah emosional dan kesehatan mental. Di sisi lain, Kasali (2010) berpendapat bahwa Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2020-2030, sehingga usia produktif menjadi sorotan untuk dikaji lebih lanjut. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di India pada pengusaha besar dan beragama Hindu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena peneliti i ingin mengetahui bagaimana spiritualitas dan kepuasan hidup mempengaruhi kualitas hidup individu yang menekuni Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia. Di samping itu, peneliti juga tertarik meneliti ini karena berbeda dengan India yang masyarakatnya beragama Hindu, Indonesia merupakan negara dengan multiagama di mana hal ini akan berpengaruh terhadap spiritualitasnya. Sejauh ini juga, peneliti belum menemukan penelitian mengenai kualitas hidup pada individu yang tidak mengalami gangguan mental ataupun menderita penyakit kronis di Indonesia yang dikaitkan dengan spiritualitas dan life satisfaction. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, maka masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh spiritualitas terhadap quality of life pada wirausahawan muda? 7

2. Bagaimana pengaruh life satisfaction terhadap quality of life pada wirausahawan muda? 3. Bagaimana pengaruh spiritualitas dan life satisfaction terhadap quality of life (kualitas hidup) pada wirausahawan muda 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh spiritualitas terhadap quality of life pada wirausahawan muda. 2. Untuk mengetahui pengaruh life satisfaction terhadap quality of life pada wirausahawan muda. 3. Untuk mengetahui pengaruh spiritualitas dan life satisfaction terhadap quality of life (kualitas hidup) pada wirausahawan muda. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat secara teoritis, maupun secara praktis yaitu: 1.4.1 Aspek Teoritis Penelitian ini dapat digunakan untuk memahami latar belakang peningkatan kualitas hidup. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi literatur bagi para wirausahawan dewasa awal untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang berkaitan dengan spiritualitas dan life satisfaction. 8

1.4.2 Aspek Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya wirausahawan muda untuk menyiapkan kehidupan yang lebih baik menuju kualitas hidup yang baik pula dengan memperhatikan aspek spiritualitas dan life satisfaction. Kegiatan penulisan ini dapat memperluas wawasan peneliti tentang konsep-konsep penelitian dan mengembangkan kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat diperkuliahan. Serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya. 9