Menyoal Etika Bisnis Buku Pelajaran. Oleh Khaerudin Kurniawan

dokumen-dokumen yang mirip
Penulis, pengarang, penerjemah, penyadur, penyuting, pengilustrasi, mampu mengembangkan buku sebanyak-banyaknya dan sebagus-bagusnya.

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

PETUNJUK TEKNIS OLIMPIADE SAINS NASIONAL SEKOLAH DASAR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DRAF PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR xxx TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PETUNJUK PELAKSANAAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN 2016

Buku dan Proses Mencerdaskan Bangsa

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siti Saadah Mulyani, 2013

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. public goods and services disebut governance (pemerintahan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah belum

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

PEDOMAN PENGAJUAN USULAN AKREDITASI JURNAL ILMIAH TAHUN 2000

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN BAB I PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

Olimpiade Sains Nasional

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMP DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan oleh pemerintah terus

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) adalah jenjang kedua dari

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan pada perguruan tinggi yang selalu berhasil memenuhi kuota

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

BAB II PENERBITAN DAN PENDISTRIBUSIAN BUKU SEKOLAH DASAR (SD) Sedangkan menurut Jacob, sebagaimana dikutip oleh Sofia Mansoor

Karya kreatif, inovatif dalam membuka peluang usaha 2 Materi kegiatan Semua bidang ilmu atau yang relevan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini, menuntut

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil

MEMBERDAYAKAN GURU DALAM MENULIS AKADEMIK (Academic Writing)

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

NOMOR : % TAHUN 2017

PEDOMAN BIDIK MISI PROGRAM BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN TAHUN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

CERDAS, TERAMPIL, KREATIF, dan KOMPETITIF untuk MERAIH PRESTASI TERBAIK

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

GERAKAN NASIONAL PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI ( GNPK ) PUSAT PRESS RELEASE PELAKSANAAN PEMETAAN KORUPSI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam usaha pembangunan diberbagai. bidang jelas diperlukan stimulasi dan pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No

BAGAIMANA MENGEFEKTIFKAN UJIAN NASIONAL? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika &

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

No.1678, 2014 KEMENDIKBUD. Kelulusan. Peserta Didik. Satuan Pendidikan. Ujian Sekolah. Madrasah. Kesetaraan Ujian Nasional. Kriteria.

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN APRESIASI GURU PAI DAN PENGAWAS PAI TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, temuan, dan pembahasan, diperoleh

2017, No diatur secara komprehensif sehingga perlu pengaturan perbukuan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, h

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN OPERASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUKU YANG DIGUNAKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

JADUAL PELAKSANAAN DAN RINCIAN BIAYA PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan, dengan tahapan

Transkripsi:

Menyoal Etika Bisnis Buku Pelajaran Oleh Khaerudin Kurniawan Secara realitas, perkembangan industri perbukuan di Indonesia tidak sebanding dengan populasi penduduk, yang berjumlah sekitar 210 juta jiwa. Setiap tahun, produksi buku di Indonesia hanya sekitar 3.500 judul dengan tiras kurang lebih 4.000--5.000 eksemplar setiap judulnya. Tampaknya, industri perbukuan kita belum memadai dan tidak seimbang dengan jumlah pembaca, apalagi jumlah penduduk Indonesia yang demikian besar itu. Sungguh hal ini menjadi fenomena yang tragis. Akibat krisis ekonomi berkepanjangan sekarang ini, 80% penerbit anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tidak lagi memproduksi buku baru. Mereka tidak sanggup untuk menerbitkan buku baru karena tingginya biaya produksi. Selain harga kertas yang melambung tinggi, biaya-biaya lain seperti harga tinta, ongkos cetak juga melangit. Karena biaya untuk mencetak buku baru naik sampai 300%, mereka menyiasatinya dengan menerbitkan bukubuku lama yang laris di pasaran atau buku pelajaran sekolah yang pangsa pasarnya cukup besar dan menjanjikan. Buku Pelajaran Harus diakui dengan jujur bahwa bisnis buku pelajaran sekolah merupakan bidang usaha yang sangat menggiurkan. Pemerintah sendiri sampai saat ini tampaknya belum mampu menyediakan jumlah buku pelajaran (buku teks) untuk satu murid satu buku, kecuali untuk lima mata pelajaran di sekolah dasar dan mata pelajaran pokok di sekolah lanjutan tingkat pertama. Padahal, untuk menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (yang direncanakan tuntas pada tahun 2008) diperlukan jatah satu buku untuk setiap murid untuk setiap mata pelajaran. Dari sekitar 550 penerbit yang ada sekarang, sebagian besar penerbit menjadikan buku pelajaran sekolah sebagai tulang punggung bisnisnya. Hanya sebagian kecil penerbit yang menjadikan buku-buku umum sebagai andalan bisnisnya. Itu pun umumnya adalah penerbit-penerbit yang sudah mapan. Adanya privatisasi dan semangat otonomi daerah, pengadaan buku pelajaran sekolah dengan melibatkan pemerintah daerah dan penerbit swasta merupakan angin segar. Hal ini 1

dapat dijadikan peluang sekaligus tantangan bagi para penerbit untuk menerbitkan bukubuku pelajaran sekolah. Beberapa waktu lalu (1996 2000), pemerintah telah menenderkan pengadaan buku pelajaran sekolah sampai dengan jenjang SMP. Untuk proses penyeleksian, Departemen Pendidikan Nasional melalui Pusat Perbukuan telah membentuk Panitia Nasional Penilaian Buku Pelajaran (PNPBP) yang terdiri atas berbagai unsur, seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dari Menengah, guru, dosen, para pakar bidang studi dan bidang pendidikan, dan departemen lain yang terkait (Pusat Bahasa dan Pusat Penilaian Pendidikan). PNPBP yang dikoordinasikan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas telah melakukan penilaian terhadap buku-buku yang disusun untuk dijadikan buku pelajaran yang disusun oleh penerbit swasta dan mendapat persetujuan Dinas Pendidikan masing-masing daerah (kabupaten/kota), sesuai dengan dana yang tersedia di masing-masing daerah tersebut. Proses pangadaan buku seperti itu memungkinkan buku pelajaran untuk satu provinsi/kabupaten/kota dengan provinsi/kabupaten/kota lainnya bisa berbeda-beda. Misalnya, buku pelajaran untuk provinsi DKI Jakarta menggunakan buku pelajaran A; sementara provinsi Kalimantan Barat menggunakan buku pelajaran B. Namun, bobot dan materi buku yang lolos uji itu memiliki kualitas yang relatif sama karena Pusat Perbukuan telah mengeluarkan rambu-rambu/pedoman yang dapat dijadikan sebagai pegangan oleh para penulis, penerbit, dan daerah yang memberikan rekomendasi itu. Di satu sisi, pemerintah mencoba mencukupi kebutuhan buku pelajaran, tetapi di sisi lain pendistribusiannya pun belum merata. Kekurangan buku pelajaran sebagian sudah ditanggulangi oleh penerbit swasta, yang diberi kesempatan untuk menerbitkan buku-buku penunjang. Substansi isinya tidak jauh berbeda dengan isi buku pelajaran terbitan pemerintah. Namun, banyak sekolah yang menggunakan buku terbitan swasta sebagai buku pokok atau pengganti dengan berbagai alasan. Di beberapa daerah tertentu, misalnya, di Jawa Barat, sudah ada kesepakatan para guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) membuat sendiri buku pegangan murid, dilengkapi dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Bahkan, dalam musyawarah kepala sekolah juga sudah sama-sama dibentuk Tim Penyusun Buku Pegangan Siswa untuk tiap mata pelajaran. 2

Beberapa Kelemahan Selama ini pemerintah masih menilai dan memandang bahwa kualitas buku terbitan swasta kurang baik. Hal ini terbukti dari hasil penilaian buku pelajaran sekolah yang hanya rata-rata mencapai 50% dari judul yang ditawarkan oleh penerbit swasta yang memenuhi syarat untuk digunakan di sekolah. Laporan survei buku yang dilakukan oleh Philip dan Cohen di Sumatra dan Kalimantan Barat menyebutkan, materi buku terbitan swasta tidak jarang diangkat dari bahan yang tercantum dalam kurikulum tanpa pengolahan yang berarti, sehingga kualitas isi, bahasa, dan tata letaknya masih diragukan. Bahkan, ditemukan pula, isi buku terbitan swasta merupakan "kutipan" atau " rakitan" dari buku pelajaran yang disusun oleh pemerintah. Kelemahan buku terbitan swasta menurut penilaian pemerintah terdapat pada: (1) materi, menyangkut kebenaran, sistematika, etika dan tata krama penulisan, dan penyajiannya; (2) penggunaan bahasa, menyangkut struktur kalimat, bentuk dan pilihan kata (diksi), dan ejaan; (3) keamanan, tidak sejalan dengan etika yang berlaku serta mempertentangkan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan); dan (4) fisik, grafika, perwajahan, kualitas cetak, perampungan, ilustrasi, dan perancangan sampul. Kendati menurut penilaian pemerintah masih terdapat kelemahan pada buku-buku yang diterbitkan swasta, namun Pusat Perbukuan menaruh perhatian dan harapan bahwa mutu buku terbitan swasta akan terus meningkat. Apalagi penerbitan buku pelajaran kini diserahkan kepada swasta dan Pemda. Sementara Pusat Perbukuan hanya memberikan ramburambu saja sebagai acuannya. Bahkan, sejak tahun 1996, penerbitan buku pelajaran sekolah yang ditangani sendiri oleh pemerintah sudah ditenderkan kepada penerbit swasta melalui prosedur penilaian tertentu. Dalam pengadaan buku pelajaran sekolah itu sudah disosialisasikan agar penerbit swasta menyusun buku yang lebih baik untuk mengikuti tender. Misalnya, ada 10 buku yang lolos uji sesuai dengan kriteria penilaian, maka 10 buku itulah yang akan ditenderkan. Prosedur penilaian oleh PNPBP dilakukan dengan menggunakan kriteria kelulusan tinggi. Hanya buku yang mendapat nilai minimal 80 yang akan direkomendasikan. Etika Bisnis Buku Pada awalnya, proyek/tender buku pelajaran sekolah ini mempunyai visi dan misi yang baik dan ideal. Setiap penerbit swasta dipacu, ditantang, sekaligus diberi peluang untuk 3

menulis buku sesuai dengan standar penilaian yang telah ditentukan. Namun, dalam praktiknya terdapat oknum-oknum yang melanggar etika bisnis buku pelajaran yang cenderung mengabaikan misi pendidikan itu sendiri. Hal ini berlangsung tidak hanya pada tahap pemasaran, tetapi sebetulnya sudah dimulai pada saat suatu buku dinilai oleh Pusat Perbukuan dan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Untuk meloloskan buku-buku terbitan swasta dari penilaian tim Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, mereka harus mengeluarkan antara Rp 200.000,00 sampai Rp 500.000,00 per judul buku. Bahkan ada penerbit buku swasta yang menyisipkan selembar Rp 50.000,00 pada setiap buku yang dikirimkan untuk dinilai. Sungguh tragis dan memprihatinkan melihat kondisi praktik dan etika bisnis perbukuan di tanah air kita itu. Bahkan proyek perbukuan sekolah lanjutan tingkat pertama yang dibiayai Bank Dunia sekalipun, tidak sama sekali bersih dari masalah uang. Praktik-praktik bisnis buku semacam kolusi, korupsi, nepotisme (KKN), dan kongkalikong untuk meloloskan buku-buku proyek Bank Dunia pun masih bisa ditemukan. Sekalipun hal ini dibantah oleh Kepala Pusat Perbukuan sendiri, namun dalam kenyataan di lapangan masih juga ditemukan praktik kotor yang tidak menjunjung tinggi etika dan moral bisnis perbukuan. Sebagai contoh adalah kasus pengadaan buku bahasa Inggris yang banyak mengandung kesalahan, namun bisa lolos dan dibeli satu juta eksemplar. Hal ini mengindikasikan begitu berperannya uang dalam penentuan pemenang tender pengadaan buku itu. Atas terjadinya kesalahan ini negara menderita kerugian sebesar Rp 2.456.991.728,00. Peluang dan Tantangan Jumlah siswa sekolah dasar di Indonesia saat ini sekitar 29 juta orang. Sekitar 5,5 juta orang duduk di SMP, dan sekitar 4 juta orang duduk di bangku SMA/SMK. Di setiap sekolah dasar, setiap buku pelajaran diterbitkan ke dalam tiga jilid, dengan harga rata-rata per buku Rp 5.000,00 maka potensi pasarnya sekitar Rp 142,5 miliar. Dengan visi optimistik tersebut, masih banyak peluang yang dapat ditembus oleh penerbit. Pertama, pengadaan buku pelajaran sekolah ini akan terus berlangsung, bahkan sekarang ini masyarakat banyak yang mengeluh karena setiap semester harus ganti buku. Oleh karena itu, bisnis buku pelajaran sekolah masih terbuka peluang bagi penerbit swasta untuk berkiprah lebih lanjut. Kedua, yang dicakup dalam proyek pengadaan buku pelajaran baru 4

terbatas pada buku SD dan SMP. Di luar itu, buku-buku untuk SMA, SMK, Madrasah Aliyah, dan Perguruan Tinggi masih merupakan pangsa pasar yang relatif terbuka. Ketiga, jumlah enrollment pada semua jenis dan jenjang pandidikan akan terus meningkat, yang berarti kebutuhan buku akan terus meningkat pula. Keempat, masih tersedia peluang untuk buku bacaan dari sekitar 9 sampai 11 juta per tahun menjadi sekitar 18 juta. Kelima, adanya proyek tender pengadaan buku pelajaran sekolah yang melibatkan swasta, di samping memberikan peluang kepada penerbit dan pemerintah daerah, sekaligus memberikan tantangan kepada industri perbukuan di pelosok tanah air untuk bisa berkompetisi dalam gelanggang internasional. Sebab, pada dasarnya buku yang dinilai bukan hanya dari penerbit di dalam negeri melainkan juga penerbit dari luar negeri. Semangat pasar bebas di kawasan ASEAN, di kawasan Asia-Pasifik (2010) dan perdagangan bebas dunia (2020) rupanya sudah mulai merambah industri perbukuan. Oleh karena itu, praktik industri perbukuan kita perlu dibarengi dengan etika dan moral bisnis yang sehat, dinamis, dan kompetitif.*** Penulis, penilai buku pelajaran, pendidik guru pada FPBS Universitas Pendidikan Indonesia 5