Komite Advokasi Nasional & Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
Pembangunan Integritas Bisnis

Oleh: Dr. Muhammad Kadafi, S.H., M.H. (Ketua KADIN Lampung)

High Level Commitment and Dialogue Penerapan Antikorupsi Pada Dunia Bisnis. Agus Rahardjo. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun *)

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Struktur Organisasi pada Direktorat Operasi Sumber Daya terdiri atas:

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 27 TAHUN 2014

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

PERAN KADIN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI ANTI KORUPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB III PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RANHAM

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KELOMPOK KERJA PENINGKATAN EKSPOR,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

2016, No Kehutanan tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

M E M U T U S K A N :

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Sumber Daya Alam. Satuan Tugas. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

Komitmen Pencegahan Korupsi dan Membangun Budaya Antikorupsi Terkait Praktik Bisnis

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

Transkripsi:

BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi

KATA PENGANTAR Korupsi yang masih marak terjadi di Indonesia, selain melibatkan mereka yang bertugas di instansi pemerintahan, ternyata juga melibatkan pengusaha atau orang-orang yang bergerak di bisnis swasta. Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi menjadikan sektor swasta sebagai salah satu fokus area kerja. Dalam mendukung pencegahan korupsi di sektor swasta, Direktorat Dikyanmas menyiapkan buku panduan kegiatan Komite Advokasi Nasional dan Daerah dalam rangka Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta. Dengan adanya buku ini diharapkan menjadi arahan untuk regulator, asosiasi dan pelaku usaha dalam melaksanakan dan berpartisipasi dalam program Komite Advokasi Nasional dan Daerah sehingga terbangunnya bisnis berintegritas, seiring dengan penurunan angka korupsi di Indonesia secara umum dan lingkungan swasta pada khususnya. Ide dasar pembentukan komite advokasi adalah perlunya wadah dialog antara pemerintah dan pelaku usaha (bisnis) dalam bentuk Dialog Publik Privat (Public Private Dialogue) dalam membahas isu-isu strategis yang terkait dengan upaya pencegahan korupsi yang menghasilkan solusi bersama dan melaksanakan inisiatif sesuai dengan ranahnya masing-masing. Dengan demikian, pencegahan korupsi dapat dilakukan secara simultan dan komprehensif melalui pendekatan kolaboratif partisipatif. Semoga buku panduan ini bermanfaat dalam pencegahan korupsi guna meningkatkan integritas bisnis di kalangan swasta (business integrity). Jakarta, Agustus 2017 Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Sujanarko 2

DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar isi... BAB 1: KOMITE ADVOKASI 2 3 4 Statistik Tindak Pidana Korupsi... Skema Dialog Publik Privat.. Mengapa Komite Advokasi diperlukan? Prinsip Pembentukan & Dasar Hukum Cetak Biru Pencegahan... Prinsip Pembentukan... BAB 2: KOMITE ADVOKASI NASIONAL (KAN) Susunan Komite... Alur Kerja Komite... Sumber Daya.... Bentuk Kegiatan...... Anti-Corruption Working Group.. Knowledge Sharing...... Ahli Pembangun Integritas.... Sosialisasi Regulasi..... Laporan & Tindak Lanjut.. BAB 3: KOMITE ADVOKASI DAERAH (KAD) Susunan Komite.. Alur Kerja Komite.. Sumber Daya... Bentuk Kegiatan..... Anti-Corruption Working Group... Knowledge Sharing...... Ahli Pembangun Integritas..... Sosialisasi Regulasi..... Laporan & Tindak Lanjut. BAB 4: GERAKAN PROFIT Sekilas Gerakan PROFIT.. 9 Inisiatif Antikorupsi... 5 6 6 7 8 9 10 11 13 14 14 15 17 19 21 23 24 25 26 27 27 28 30 32 34 36 37 38 39 3

Bagian 1 Komite Advokasi 4

Statistik Tindak Pidana Korupsi KOMITE ADVOKASI Diagram Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Instansi Tahun 2014 Mei 2017 Tabel Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Profesi/Jabatan Tahun 2014 Mei 2017 80% * kasus korupsi yang diungkap melibatkan sektor swasta & sektor publik/instansi pemerintah. Modusnya antara lain: SUAP-MENYUAP, dan GRATIFIKASI untuk mempengaruhi kebijakan penyelenggara negara atau pegawai negeri. * Laporan Tahunan KPK Tahun 2016 5

KOMITE ADVOKASI Skema Dialog Publik Privat Pemerintah (Publik) Pelaku Usaha (Privat) Dialog Publik-Privat Upaya Bersama Peran Wewenang Inisiatif Strategi Mengapa Komite Advokasi diperlukan? Perlunya wadah dialog antara pemerintah dan pelaku usaha (bisnis) dalam bentuk Dialog Publik- Privat (Public-Private Dialogue) Membahas isu-isu strategis yang terkait dengan upaya pencegahan korupsi Pencegahan korupsi dapat dilakukan secara simultan dan komprehensif melalui pendekatan kolaboratif partisipatif. 6

KOMITE ADVOKASI Prinsip Pembentukan dan Dasar Hukum UNDANG-UNDANG NO 30 TAHUN 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi PASAL 6 HURUF D Melakukan tindakan - tindakan pencegahan tindak pidana korupsi Salah satu bentuk pencegahan korupsi adalah dengan meminta rekomendasi atau masukan dari para pemangku kepentingan melalui Komite Advokasi dengan adil dan transparan yang dapat diterapkan secara efektif di Indonesia Keikutsertaan dalam komite bersifat sukarela dengan semangat pemberantasan korupsi bersama demi membangun lingkungan bisnis yang berintegritas Komite tidak diperbolehkan membahas subyek yang hanya menguntungkan pihak tertentu dan tidak berhubungan dengan upaya pencegahan korupsi di Indonesia. 7

KOMITE ADVOKASI 8

KOMITE ADVOKASI KOMITE ADVOKASI (ADVISORY COMMITTEE) NASIONAL (NATIONAL ADVISORY COMMITTEE) DAERAH (REGIONAL ADVISORY COMMITTEE) Komite Advokasi Nasional KPK fokus pada beberapa sektor strategis, antara lain: minyak dan gas (migas), infrastruktur, kesehatan, pangan dan kehutanan. Komite Advokasi Nasional melibatkan regulator yang terdiri dari kementerian teknis dan lembaga, kamar dagang, dan pelaku usaha di sektor terkait. Komite Advokasi Daerah Dilaksanakan di ibukota provinsi dengan fokus membahas mengenai kendala proses bisnis yang terjadi di daerah tersebut dalam rangka pembangunan bisnis berintegritas. Komite Advokasi Daerah melibatkan regulator yang terdiri dari pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), kamar dagang daerah, dan pelaku usaha di sektor terkait. 9

Bagian 2 Komite Advokasi Nasional 10

SUSUNAN KOMITE ANGGOTA KOMITE, terdiri dari perwakilan asosiasi bisnis akademisi KOMITE ADVOKASI NASIONAL regulator kamar dagang LSM SEKRETARIAT KOMITE Perwakilan beberapa anggota komite yang dipilih untuk mengatur teknis pelaksanaan kegiatan komite ANTI-CORRUPTION WORKING GROUP (ACWG) Regulator, perusahaan, anggota asosiasi bisnis, akademisi, lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan rencana aksi yang dibahas Mengawasi progres pencapaian rencana aksi & mengadvokasi usulan yang dihasilkan pada forum ACWG 11

KOMITE ADVOKASI NASIONAL SUSUNAN KOMITE Komite Advokasi Nasional terdiri dari ketua, wakil ketua dan anggota komite yang mewakili para pemangku kepentingan terkait; Ketua komite secara kolektif kolegial dapat ditunjuk oleh KPK (identifikasi kandidat); Anggota merupakan perwakilan pemangku kepentingan yang ditunjuk; Jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan komite; Komite dapat membentuk sub komite sesuai dengan subyek atau rencana aksi yang dibahas; Komite dapat didukung oleh sekretariat komite jika diperlukan; 12

ALUR KERJA KOMITE Anggota Komite Regulator Asosiasi Bisnis Kamar Dagang Akademisi LSM LSM Komunikasi Koordinasi KOMITE ADVOKASI NASIONAL Peserta/ observer Peserta Perusahaan ACWG Berbasis pada sektoral Peserta Regulator Follow up Follow up Rekomendasi Follow up Monitoring Kamar Dagang Fasilitasi Supervisi Koordinasi 5 SEKTOR PRIORITAS KPK MIGAS INFRASTRUKTUR PANGAN KESEHATAN KEHUTANAN 13

KOMITE ADVOKASI NASIONAL SUMBER DAYA KPK menyediakan dukungan sumber daya dalam pelaksanaan tugas Komite dengan sistem sharing cost untuk biaya penyelenggaraan kegiatan (rapat, diskusi, dll). BENTUK KEGIATAN Anti-Corruption Working Group Forum kelompok kerja antikorupsi dengan membahas isu strategis menghasilkan rekomendasi Knowledge Sharing Pertukaran pengetahuan dan pengalaman mengenai bisnis berintegritas serta nilai antikorupsi Sosialisasi Profesi API Pembentukan Ahli Pembangun Integritas (API) dalam rangka peningkatan kapasitas Sosialisasi Regulasi Sosialisasi regulasi bersama Kamar Dagang terkait dengan korporasi dan pelayanan publik 14

ANTI-CORRUPTION WORKING GROUP 1 KOMITE ADVOKASI NASIONAL Definisi kegiatan Komite Advokasi Nasional (KAN) membentuk forum kelompok kerja antikorupsi (Anti-Corruption Working Group / ACWG). Tujuan Forum ACWG bertujuan untuk membahas rencana aksi atas kendala yang sudah ditetapkan oleh KAN sebagai prioritas sebagai dasar penyusunan rekomendasi dalam rangka pembangunan bisnis berintegritas. Pesan Utama Kegiatan Aksi kolaborasi semua pemangku kepentingan baik regulator, pelaku usaha maupun aparat penegak hukum (APH) Target Kegiatan Dihasilkannya rekomendasi terkait rencana aksi yang telah disepakati oleh KAN. Bentuk Pesan / Komunikasi Diskusi melalui forum pertemuan formal, milis (mailing list), dan Whatsapp Group. Teknis Pelaksanaan Kegiatan 1. Dalam forum KAN ditetapkan susunan komite yang terdiri dari unsur regulator/pemerintah, kamar dagang, dan asosiasi bisnis sesuai sektor dibantu oleh sekretariat komite untuk membantu pelaksanaan ACWG. 2. Untuk melaksanakan ACWG, KAN menentukan peserta, waktu dan tempat pelaksanaan dibantu oleh sekretariat komite yang bertugas mengundang peserta. 15

KOMITE ADVOKASI NASIONAL DISKUSI DAN KOMUNIKASI Sasaran kegiatan; 1 Regulator, perusahaan, akademisi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) terkait dengan rencana aksi yang dibahas. Pelaksanaan KAN/ACWG 1. Kamar dagang pusat atau asosiasi bisnis menyampaikan permasalahan kepada KPK dan/atau regulator (kementerian teknis / lembaga) terkait untuk dibahas lebih lanjut dalam forum ACWG. 2. Maksimal peserta yang diundang dalam forum ACWG sebanyak empat puluh (40) orang demi efektivitas diskusi. 3. Berdasarkan permasalahan poin nomor 1 di atas, regulator (kementerian teknis / lembaga) terkait yang hadir menentukan regulator lain yang perlu diikutsertakan dalam forum ACWG berikutnya. 4. Pada forum ACWG berikutnya, para anggota menentukan beberapa prioritas rencana aksi yang akan diselesaikan. 5. Bilamana proses penentuan rencana aksi belum tercapai, maka dapat dilanjutkan pada forum ACWG berikutnya. 6. Pemilihan rencana aksi dapat dipilih berdasarkan suara terbanyak. 7. Komite menyampaikan rekomendasi atas subyek yang dibahas setiap tahunnya kepada KPK dan/atau kementerian teknis terkait. 8. KPK sebagai oversight party akan mengawasi progres pencapaian rencana aksi dan mengadvokasi usulan yang dihasilkan pada forum ACWG. Kriteria Evaluasi Kegiatan; 1. Partisipasi kehadiran pemangku kepentingan pada ACWG; 2. Jumlah rencana aksi yang yang dihasilkan di dalam ACWG; 3. Pelaksanaan ACWG sesuai dengan perencanaan. 16

KNOWLEDGE SHARING 2 KOMITE ADVOKASI NASIONAL Definisi kegiatan; Merupakan kegiatan pertukaran pengetahuan dan pengalaman mengenai bisnis berintegritas serta nilai antikorupsi antar perorangan maupun organisasi. Tujuan Kegiatan; 1. Memberikan nilai tambah dan membangun reputasi bagi organisasi yang melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi. 2. Memicu interaksi dengan organisasi lain yang dapat memberikan umpan balik, menyarankan perubahan dan membagikan contoh praktik yang terbaik. Pesan Utama Kegiatan Knowledge sharing / pertukaran pengetahuan terkait bisnis berintegritas serta program antikorupsi internal yang dapat memotivasi organisasi lain dan membentuk lingkungan bisnis yang bersih tanpa korupsi. Target Kegiatan Terjadinya pertukaran pengetahuan terkait bisnis berintegritas dan program antikorupsi internal yang berjalan di organisasi dengan harapan adanya perbaikan di organisasi masing masing. 17

KOMITE ADVOKASI NASIONAL Sasaran Kegiatan Para pelaku usaha dan regulator, terutama yang berkaitan dengan dunia bisnis Bentuk Pesan / Komunikasi Presentasi di konferensi antikorupsi dan bisnis; Siaran pers; Diskusi dengan wartawan; Sosialisasi; Pelatihan pada mitra kerja; Forum diskusi kelompok kerja, ataupun asosiasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan 1. Bergabung dan aktif dalam komunitas atau asosiasi bisnis guna mendapatkan informasi terkait kegiatan pertukaran pengetahuan dan pengalaman terutama mengenai antikorupsi; 2. Menjalin hubungan baik dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder); 3. Anggota Komite Advokasi Nasional menentukan dan mengundang stakeholders yang akan menjadi peserta kegiatan terkait pertukaran pengetahuan dan pengalaman. 4. Kegiatan pertukaran pengetahuan bisa disisipkan dalam satu pertemuan atau agenda Komite Advokasi, 5. Mengundang KPK untuk melakukan sosialisasi khusus atau tambahan. Kriteria Evaluasi Kegiatan 1. Jumlah orang maupun organisasi yang hadir dalam kegiatan terkait pertukaran pengetahuan dan pengalaman; 2. Jumlah pemberitaan (artikel, update di media sosial, dsb.) terkait kegiatan pertukaran pengetahuan dan pengalaman. 18

3 SOSIALISASI PROFESI API KOMITE ADVOKASI NASIONAL Definisi Kegiatan Merupakan kegiatan sosialisasi atas profesi Ahli Pembangun Integritas (API) yang sedang dalam proses penyusunan sertifikasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) oleh KPK. Tujuan Kegiatan Memberikan informasi kepada pemerintah, pelaku usaha, serta pemangku kepentingan lainnya mengenai tujuan dan proses sertifikasi Ahli Pembangun Integritas. Pesan Utama Kegiatan Ahli Pembangun Integritas menjadi urgensi kebutuhan di setiap organisasi yang memiliki misi antikorupsi. Dengan kompetensi yang dimiliki Ahli Pembangun Integritas diharapkan korupsi dalam jenjang manapun bisa dicegah. Target Kegiatan Tersosialisasikannya profesi Ahli Pembangun Integritas Sasaran Kegiatan Pemerintah, pelaku usaha, serta pemangku kepentingan lainnya. Bentuk Pesan / Komunikasi Sosialisasi; Presentasi di konferensi antikorupsi dan bisnis; Forum diskusi kelompok kerja ataupun asosiasi; Materi tayang 19

KOMITE ADVOKASI NASIONAL AHLI PEMBANGUN INTEGRITAS Personil bersertifikat yang berkompeten membangun sistem integritas yang berstandar nasional dalam upaya pemberantasan korupsi pada instansi pemerintah, pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya, dengan fungsi utama: Membangun tata nilai Membangun kesadaran Meningkatkan kapasitas sistem integritas secara berkelanjutan Melakukan penilaian Memantau system integritas di lembaga KOMPETENSI DASAR Memahami Sepuluh (10) Modul Integritas Bisnis yang disiapkan oleh KPK dan memahami pula Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak Pidana oleh Korporasi. SERTIFIKASI AHLI PEMBANGUN INTEGRITAS Melakukan pendaftaran ke lembaga sertifikasi yang telah ditetapkan oleh KPK Mengikuti pelatihan Ahli Pembangun Integritas (API) dan mengikuti ujian sertifikasi Menjalankan fungsi API sebagai agen gerakan PROFIT di internal perusahaan 20

4 SOSIALISASI REGULASI KOMITE ADVOKASI NASIONAL Definisi Kegiatan Regulasi-regulasi terkait dengan korporasi dan pelayanan publik juga dapat disosialisasikan lewat Komite Advokasi, antara lain: Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi; Panduan Sistem Pencegahan Korupsi yang Memadai bagi Korporasi merujuk Pasal 4 ayat 2 (c) Perma tersebut, Strategi komunikasi untuk implementasi gerakan PROFIT bagi dunia usaha dan layanan publik, SNI ISO 37001 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Tujuan Kegiatan 1. Sosialisasi ini bertujuan agar pelaku usaha dan regulator memahami berbagai peraturan yang berkaitan dengan pencegahan korupsi di sektor usaha. 2. Selanjutnya pelaku usaha / perusahaan dapat mengimplementasikan sistem pencegahan korupsi yang memadai dalam menjalankan bisnisnya mengacu kepada peraturan tersebut. Pesan Utama Kegiatan Sistem pencegahan korupsi yang memadai dibutuhkan bagi pelaku usaha, dalam rangka membangun lingkungan bisnis yang berintegritas. Regulasi-regulasi yang ada, dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dalam menyusun sistem pencegahan tersebut sehingga para pelaku usaha dapat menciptakan nuansa usaha yang kompetitif, namun tetap bersih. 21

KOMITE ADVOKASI NASIONAL Target kegiatan; Para pelaku usaha dan regulator, terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik Bentuk Pesan / Komunikasi Sosialisasi dan diskusi; Materi tayang; Media lain (cetak maupun elektronik). Teknis Pelaksanaan Kegiatan 1. Anggota Komite Advokasi menentukan dan mengundang stakeholders yang akan menjadi peserta sosialisasi. 2. Kegiatan bisa disisipkan dalam satu pertemuan Komite Advokasi, atau 3. Mengundang KPK untuk melakukan sosialisasi khusus. Referensi Peraturan Terkait 1. Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi; 2. Panduan Sistem Pencegahan Korupsi yang Memadai bagi Korporasi; 3. Strategi Komunikasi Gerakan PROFIT; 4. SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Kriteria Evaluasi Kegiatan 1. Jumlah perusahaan yang mengikuti sosialisasi; 2. Jumlah perusahaan yang berkomitmen untuk melaksanakan regulasi yang disosialisasikan. 22

LAPORAN DAN TINDAK LANJUT KOMITE ADVOKASI NASIONAL Rekomendasi kepada pihak regulator dapat ditujukan kepada kementerian dan lembaga teknis terkait maupun presiden Komite menyampaikan rekomendasi yang telah disusun kepada para pihak yang dituju baik regulator maupun asosiasi bisnis dengan supervisi oleh KPK. Rekomendasi dari Komite Advokasi Nasional atas subyek yang dibahas setiap tahunnya dapat disampaikan dalam forum konferensi international yang diselenggarakan oleh KPK International Business Integrity Conference (IBIC) Dihadiri oleh pimpinan negara, Diisi dengan materi materi menarik mengenai pembangunan bisnis berintegritas dan antikorupsi Dihadiri oleh berbagai profesi dan latar belakang bisnis. 23

Bagian 3 Komite Advokasi Daerah 24

SUSUNAN KOMITE KOMITE ADVOKASI DAERAH Catatan: Komite Advokasi Daerah terdiri dari ketua, wakil ketua dan anggota yang mewakili para pemangku kepentingan yang terkait; Ketua komite secara kolektif kolegial dapat ditunjuk oleh KPK (identifikasi kandidat); Jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan; Komite dapat membentuk sub komite sesuai dengan subyek rencana aksi yang dibahas; Komite dapat didukung oleh sekretariat komite jika diperlukan; Semua anggota diminta untuk terlibat secara sukarela. 25

KOMITE ADVOKASI DAERAH ALUR KERJA KOMITE Peserta/ observer Peserta LSM Regulator, Asosiasi Bisnis, Kamar Dagang, Akademisi, CSO Komite Advokasi Daerah Berbasis pada industri dominan atau keunikan daerah Peserta Perusahaan Regulator Follow up Follow up Rekomendasi Follow up Monitoring Kamar Dagang Daerah Fasilitasi Supervisi Koordinasi ANGGOTA KOMITE REGULATOR ASOSIASI BISNIS KAMAR DAGANG AKADEMISI LSM 26

SUMBER DAYA Anggota komite bertanggung jawab untuk membiayai pengeluarannya sendiri (swadana) untuk kegiatan/ aktifitas yang berhubungan dengan partisipasi mereka di dalam Komite. KOMITE ADVOKASI DAERAH KPK dapat menyediakan dukungan sumber daya dengan memenuhi undangan kegiatan Komite Advokasi Daerah. BENTUK KEGIATAN Anti-Corruption Working Group Knowledge Sharing Forum kelompok kerja antikorupsi dengan membahas isu strategis menghasilkan rekomendasi Pertukaran pengetahuan dan pengalaman mengenai bisnis berintegritas serta nilai antikorupsi Sosialisasi Profesi API Pembentukan Ahli Pembangun Integritas (API) dalam rangka peningkatan kapasitas Sosialisasi Regulasi Sosialisasi regulasi bersama Kamar Dagang terkait dengan korporasi dan pelayanan publik 27

KOMITE ADVOKASI DAERAH DISKUSI DAN KOMUNIKASI 1 Definisi kegiatan; Komite Advokasi Daerah (KAD) membentuk forum kelompok kerja antikorupsi (Anti-Corruption Working Group / ACWG). Tujuan Forum kelompok kerja antikorupsi bertujuan untuk membahas rencana aksi yang sudah ditetapkan oleh KAD untuk menghasilkan rekomendasi. Pesan Utama Kegiatan Aksi kolaborasi semua pemangku kepentingan Target Kegiatan Dihasilkannya rekomendasi terkait rencana aksi yang telah disepakati oleh KAD. Bentuk Pesan / Komunikasi Diskusi melalui forum pertemuan formal, milis (mailing list), dan Whatsapp Group. Teknis Pelaksanaan Kegiatan 1. Dalam forum KAD ditetapkan Susunan Komite yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah baik Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kamar Dagang Daerah, Asosiasi sesuai sektor dibantu oleh sekretariat komite untuk membantu pelaksanaan ACWG 2. Untuk melaksanakan ACWG, KAD menentukan peserta, waktu dan tempat pelaksanaan dibantu oleh sekretariat komite yang bertugas mengundang peserta 28

KOMITE ADVOKASI DAERAH Pelaksanaan KAD/ACWG 1. Kamar dagang daerah atau asosiasi bisnis daerah menyampaikan permasalahan kepada KPK dan/atau Pemerintah Daerah baik Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk dibahas lebih lanjut dalam rapat kerja Anti-Corruption Working Group (ACWG). 2. Maksimal peserta yang diundang dalam forum ACWG sebanyak empat puluh (40) orang demi efektivitas diskusi. 3. Berdasarkan permasalahan point nomor 1 di atas, Pemerintah Daerah (Gub/Wagub/Sekda) melakukan identifikasi permasalahan mengenai dinas-dinas yang terkait dengan permasalahan tersebut untuk selanjutnya dilibatkan didalam pertemuan ACWG berikutnya. 4. Pertemuan ACWG berikutnya melibatkan kamar dagang daerah dan dinas terkait untuk membahas permasalahan 5. Bilamana proses penentuan rencana aksi belum tercapai, maka dapat dilanjutkan pada forum ACWG berikutnya 6. Pemilihan rencana aksi dapat dipilih berdasarkan suara terbanyak 7. Komite menyampaikan rekomendasi atas subyek yang dibahas kepada KPK dan/atau Kepala Daerah; 8. KPK sebagai oversight party akan mengawasi progress pencapaian rencana aksi dan mengadvokasi usulan yang dihasilkan pada forum ACWG Kriteria Evaluasi Kegiatan 1. Partisipasi kehadiran pemangku kepentingan pada ACWG 2. Jumlah Rencana Aksi yang dihasilkan di dalam ACWG 3. Pelaksanaan ACWG sesuai dengan perencanaan 29

KOMITE ADVOKASI DAERAH KNOWLEDGE SHARING 2 Definisi kegiatan; Merupakan kegiatan pertukaran pengetahuan dan pengalaman mengenai bisnis berintegritas serta nilai antikorupsi antar perorangan maupun organisasi. Tujuan Kegiatan; 1. Memberikan nilai tambah dan membangun reputasi bagi organisasi yang melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi. 2. Memicu interaksi dengan organisasi lain yang dapat memberikan umpan balik, menyarankan perubahan dan membagikan contoh praktik yang terbaik. Pesan Utama Kegiatan Knowledge sharing / pertukaran pengetahuan terkait bisnis berintegritas serta program antikorupsi internal yang dapat memotivasi organisasi lain dan membentuk lingkungan bisnis yang bersih tanpa korupsi. Target Kegiatan Terjadinya pertukaran pengetahuan terkait bisnis berintegritas dan program antikorupsi internal yang berjalan di organisasi dengan harapan adanya perbaikan di organisasi masing masing. 30

Sasaran kegiatan; Para pelaku usaha dan regulator, terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik Bentuk Pesan / Komunikasi Presentasi di konferensi antikorupsi dan bisnis; Siaran pers; Diskusi dengan wartawan; Sosialisasi; Pelatihan pada mitra kerja; Forum diskusi kelompok kerja, ataupun asosiasi KOMITE ADVOKASI DAERAH Teknis Pelaksanaan Kegiatan 1. Bergabung dan aktif dalam komunitas atau asosiasi bisnis guna mendapatkan informasi terkait kegiatan pertukaran pengetahuan dan pengalaman terutama mengenai antikorupsi; 2. Menjalin hubungan baik dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder); 3. Anggota Komite Advokasi Daerah menentukan dan mengundang stakeholders yang akan menjadi peserta kegiatan terkait pertukaran pengetahuan dan pengalaman. 4. Kegiatan pertukaran pengetahuan bisa disisipkan dalam satu pertemuan atau agenda Komite Advokasi, 5. Mengundang KPK untuk melakukan sosialisasi khusus atau tambahan. Kriteria Evaluasi Kegiatan 1. Jumlah orang maupun organisasi yang hadir dalam kegiatan terkait pertukaran pengetahuan dan pengalaman; 2. Jumlah pemberitaan (artikel, update di media sosial, dsb.) terkait kegiatan pertukaran pengetahuan dan pengalaman. 31

KOMITE ADVOKASI DAERAH 3 AHLI PEMBANGUN INTEGRITAS Definisi Kegiatan Merupakan kegiatan sosialisasi atas profesi Ahli Pembangun Integritas (API) yang sedang dalam proses penyusunan sertifikasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) oleh KPK. Tujuan Kegiatan Memberikan informasi kepada pemerintah, pelaku usaha, serta pemangku kepentingan lainnya mengenai tujuan dan proses sertifikasi Ahli Pembangun Integritas. Pesan Utama Kegiatan Ahli Pembangun Integritas menjadi urgensi kebutuhan di setiap organisasi yang memiliki misi antikorupsi. Dengan kompetensi yang dimiliki Ahli Pembangun Integritas diharapkan korupsi dalam jenjang manapun bisa dicegah. Target Kegiatan Tersosialisasikannya profesi Ahli Pembangun Integritas Sasaran Kegiatan Pemerintah, pelaku usaha, serta pemangku kepentingan lainnya. Bentuk Pesan / Komunikasi Sosialisasi; Presentasi di konferensi antikorupsi dan bisnis; Forum diskusi kelompok kerja ataupun asosiasi; Materi tayang 32

AHLI PEMBANGUN INTEGRITAS Personil bersertifikat yang berkompeten membangun sistem integritas yang berstandar nasional dalam upaya pemberantasan korupsi pada instansi pemerintah, pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya, dengan fungsi utama: Membangun tata nilai Membangun kesadaran Meningkatkan kapasitas sistem integritas secara berkelanjutan Melakukan penilaian Memantau system integritas di lembaga KOMPETENSI DASAR KOMITE ADVOKASI DAERAH Memahami Sepuluh (10) Modul Integritas Bisnis yang disiapkan oleh KPK dan memahami pula Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak Pidana oleh Korporasi. SERTIFIKASI AHLI PEMBANGUN INTEGRITAS Melakukan pendaftaran ke lembaga sertifikasi yang telah ditetapkan oleh KPK Mengikuti pelatihan Ahli Pembangun Integritas (API) dan mengikuti ujian sertifikasi Menjalankan fungsi API sebagai agen gerakan PROFIT di internal perusahaan 33

KOMITE ADVOKASI DAERAH 4 SOSIALISASI REGULASI Definisi Kegiatan Regulasi-regulasi terkait dengan korporasi dan pelayanan publik juga dapat disosialisasikan lewat Komite Advokasi, antara lain: Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi; Panduan Sistem Pencegahan Korupsi yang Memadai bagi Korporasi merujuk Pasal 4 ayat 2 (c) Perma tersebut, Strategi komunikasi untuk implementasi gerakan PROFIT bagi dunia usaha dan layanan publik, SNI ISO 37001 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Tujuan Kegiatan 1. Sosialisasi ini bertujuan agar pelaku usaha dan regulator memahami berbagai peraturan yang berkaitan dengan pencegahan korupsi di sektor usaha. 2. Selanjutnya pelaku usaha / perusahaan dapat mengimplementasikan sistem pencegahan korupsi yang memadai dalam menjalankan bisnisnya mengacu kepada peraturan tersebut. Pesan Utama Kegiatan Sistem pencegahan korupsi yang memadai dibutuhkan bagi pelaku usaha, dalam rangka membangun lingkungan bisnis yang berintegritas. Regulasi-regulasi yang ada, dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dalam menyusun sistem pencegahan tersebut sehingga para pelaku usaha dapat menciptakan nuansa usaha yang kompetitif, namun tetap bersih. 34

Target kegiatan; Para pelaku usaha dan regulator, terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik Bentuk Pesan / Komunikasi Sosialisasi dan diskusi; Materi tayang; Media lain (cetak maupun elektronik). KOMITE ADVOKASI DAERAH Teknis Pelaksanaan Kegiatan 1. Anggota Komite Advokasi menentukan dan mengundang stakeholders yang akan menjadi peserta sosialisasi. 2. Kegiatan bisa disisipkan dalam satu pertemuan Komite Advokasi, atau 3. Mengundang KPK untuk melakukan sosialisasi khusus. Referensi Peraturan Terkait 1. Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi; 2. Panduan Sistem Pencegahan Korupsi yang Memadai bagi Korporasi; 3. Strategi Komunikasi Gerakan PROFIT; 4. SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Kriteria Evaluasi Kegiatan 1. Jumlah perusahaan yang mengikuti sosialisasi; 2. Jumlah perusahaan yang berkomitmen untuk melaksanakan regulasi yang disosialisasikan. 35

KOMITE ADVOKASI DAERAH LAPORAN DAN TINDAK LANJUT Komite menyampaikan rekomendasi yang telah disusun kepada para pihak yang dituju baik regulator maupun asosiasi bisnis dengan supervisi oleh KPK. Rekomendasi kepada pihak regulator dapat ditujukan kepada Kepala Daerah baik Gubernur, Bupati maupun Walikota Rekomendasi dari Komite Advokasi Daerah atas subyek yang dibahas setiap tahunnya dapat disampaikan dalam forum konferensi international yang diselenggarakan oleh KPK International Business Integrity Conference (IBIC) Dihadiri oleh pimpinan negara, Diisi dengan materi materi menarik mengenai pembangunan bisnis berintegritas dan antikorupsi Dihadiri oleh berbagai profesi dan latar belakang bisnis. 36

Bagian 4 Gerakan PROFIT 37

GERAKAN PROFIT GERAKAN PROFIT Gerakan Profesional Berintegritas (PROFIT) merupakan inisiatif dari KPK dalam pembangunan bisnis berintegritas dan komitmen antikorupsi di dunia bisnis. Komitmen antikorupsi di dunia bisnis dilakukan melalui kolaborasi multisektoral yang melibatkan pelaku usaha, instansi pemerintah, dan aparat penegak hukum. Gerakan PROFIT menekankan pentingnya aksi bersama / collective action, dimana untuk membuat perubahan dan menanamkan integritas dalam iklim bisnis Indonesia, perusahaan tidak bisa berjalan dan berusaha menjadi bersih sendirian tetapi membutuhkan aksi kolaboratif. Oleh sebab itu, bersih bersama menjadi penting untuk menetapkan level of playing field di suatu industri. Tujuan akhir dari gerakan PROFIT adalah menciptakan iklim dunia usaha yang sehat dan bersih untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat luas, dengan demikian para stakeholder yang tergabung dalam Gerakan PROFIT secara tidak langsung ikut memiliki peran dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 38

BISNIS BERINTEGRITAS Terdapat sembilan inisiatif antikorupsi yang harus dijalankan bagi pelaku usaha dalam pembangunan bisnis berintegritas. GERAKAN PROFIT PROGRAM PEMBANGUNAN BISNIS BERINTEGRITAS MELALUI 01 03 Membangun agen antikorupsi Membangun kebijakan antikorupsi Komitmen membangun aksi kolaborasi memberantas korupsi 02 39

Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan KPK