BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

dokumen-dokumen yang mirip
pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. secara keuangan. Sedangkan bagi Pemerintah, pajak merupakan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. berusaha melakukan pembangunan disegala bidang dengan melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar dibandingkan penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha dan perdagangan dihadapkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara Republik Indonesia antara lain berasal dari pajak.

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

Abstrak. Kata-kata kunci: PPh Pasal 21, gross up, PPh terutang. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang...1

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1999 Indonesia mulai menggalami krisis global disegala

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan sampai saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. lain pajak merupakan biaya bagi perusahaan karena beban pajak akan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

Setyo Pramono, Syafi i, Arief Rahman Prodi Akuntansi, Universitas Bhayangkara Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memerlukan sumber daya alami, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara (pemerintah) baik secara rutin

ABSTRAK. Kata kunci : Alternatif Kebijakan PPh Pasal 21, Pajak Penghasilan Terutang. Universitas Kristen Maranatha

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terus menerus dilakukan secara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pajak memiliki peranan yang sangat penting. Pajak merupakan sumber

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA FISKAL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Riyanto Utomo, Nur Rahmi Zuliyanti ABSTRAK

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pemungutan tetapi hanya merupakan pemberian sukarela

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. menerus dikeluarkan oleh pemerintah demi tercipta kesejahteraan rakyatnya. Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan Negara dari perpajakan dalam APBN selalu meningkat, misalkan dalam

ANALISIS PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DALAM MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA CV. ZANUR LINAS MANDIRI GORONTALO

ANALISIS PERBANDINGAN TAKE HOME PAY KARYAWAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TUNJANGAN PAJAK PADA CV IMAYA CONSULTING ENGINEERS

M. TAHIR MATTATA STIE-YPUP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Judul : Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Pegawai Tetap dengan Menerapkan Metode Gross-Up sebagai Upaya Perencanaan Pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Pendapatan dari penerimaan pajak yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

PERHITUNGAN PPH 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA JAKARTA KOJA. : Rezha Riski Ria NPM : Program Studi : DIII Manajemen Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan penting bagi negara untuk terus

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan tax planning PPh pasal 21 yang dilakukan oleh PT.

PERBANDINGAN PERHITUNGAN ANTARA METODE PPH PASAL 21 YANG DITANGGUNG PERUSAHAAN DENGAN METODE GROSS UP PADA PT EXZONE MEDIA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama perusahaan profit eriented adalah. meningkat untuk setiap periode, dimana hal ini dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peraturan dan ketetapan, baik itu perubahan dari peraturan yang

Judul : Evaluasi Kewajiban Perpajakan Pasal 21 PT ABC Studi Kasus di Kantor Sopindo Consulting Nama : Juniar Tigva Boru NIM : ABSTRAK

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini adalah berasal dari sektor perpajakan.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning) atas Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap PT RSA dalam Meminimalkan Pajak Penghasilan Badan

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. azas azasnya, jenis atau macam macam pajak yang berlaku di negaranya,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. cara hidup (fungsi mengatur/regulatory). Sedangkan bagi perusahaan,

ANALISIS PENERAPAN METODE GROSS-UP DALAM. PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KARYAWAN TETAP KANTOR PDAM KABUPATEN KEBUMEN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena pajak merupakan salah sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar terwujudnya Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material dan spiritual, yang dapat diwujudkan melalui pembangunan nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Menurut Mardiasmo (2007; 1) Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) secara langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Sedangkan menurut Waluyo (2011; 2) Pajak merupakan iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat 1

2 ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhu-bungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak pribadi maupun badan. Sedangkan penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah yang bersumber dari pajak yang diberikan oleh wajib pajak pribadi maupun badan. Salah satu diantara jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak penghasilan yang berlaku bagi pegawai/karyawan adalah pajak penghasilan (PPh) pasal 21. PPh pasal 21 merupakan pajak terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban wajib pajak untuk membayarnya. Penghasilan yang dimaksud berupa gaji, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

3 Undang-undang pajak penghasilan telah menetapkan sistem pemungutan pajak penghasilan secara self assessment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Mangonting (2003; 9) menyatakan bahwa banyak orang baik secara pribadi maupun kelompok merasa enggan untuk membayar pajak. Keengganan ini bisa jadi disebabkan karena tidak adanya kontra prestasi langsung yang diberikan akibat pembayaran tersebut, bisa juga karena pajak itu oleh mereka dianggap sebagai beban sehingga ada usaha-usaha untuk menguranginya. Untuk perusahaan besar, mengatur jumlah pajak seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena ada aliran kas (cash flow) yang nantinya dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan lainnya, dalam artian untuk pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan langsung dengan kegiatan pokok perusahaan. Dalam UU Nomor 36 Tahun 2008 terdapat beberapa perubahan yang menyangkut Pajak Penghasilan pasal 21. Perubahan tersebut adalah berupa besarnya pengurangan penghasilan bruto yang diperolehkan, besarnya pengenaan pajak dan besarnya tarif pajak, dan perubahan yang terbaru besarnya penghasilan tidak kena pajak yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dan diubah dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. (Sumber: kemenkeu) Mulai 1 Januari 2015, Wajib Pajak Orang Pribadi akan mendapatkan kenaikan

4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar 48% atau setara dengan Rp11.700.000,- menjadi Rp36.000.000,- setahun, dari sebelumnya sebesar Rp24.300.000,- dan diundangkan tanggal 29 juni 2015. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Besarnya PTKP Sebelumnya dengan yang Berlaku Saat Ini PTKP Sebelumnya Sekarang Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 24.300.000,- Rp 36.000.000,- Tambahan untuk WP Kawin Rp 2.025.000,- Rp 3.000.000,- Tambahan untuk Tanggungan Rp 2.025.000,- Rp 3.000.000,- Tambahan Apabila Penghasilan Istri digabung dengan Suami Rp 24.300.000,- Rp 36.000.000,- Sumber: Pajak.go.id (2015) Peningkatan PTKP ini mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2015 sehingga akan menimbulkan konsekuensi sebagai berikut, Penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Juli s.d. Desember 2015 dihitung dengan menggunakan PTKP baru, SPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari s.d. Juni 2015 yang telah dilaporkan dengan menggunakan PTKP lama, harus dilakukan pembetulan dengan menggunakan PTKP baru. (Sumber: Pajak.go.id) Kenaikan PTKP ini tentu berdampak tidak hanya pada penerimaan pajak itu sendiri tetapi juga pada perekonomian secara luas. Adanya perubahan tersebut dimungkinkan terjadi penurunan atau kenaikan pajak terutang, sehingga perlu

5 diperhitungkan timbulnya perubahan beban perusahaan, apabila pajak tersebut ditanggung oleh perusahaan.(yusuf, Casmadi, dan Indrawati; 2013) Menurut Cao and Xiaohui (2009) menyatakan bahwa Pajak Penghasilan perusahaan menempati status yang sangat penting dalam membayar pajak perusahaan, dan memiliki ruang besar untuk perencanaan pajak. Perencanaan pajak untuk pendapatan biasanya lebih sulit daripada perencanaan pajak untuk pemotongan, terutama dengan pajak capital gain, secara praktis tidak mungkin untuk mengubah pendapatan wajib pajak menjadi pendapatan bebas pajak (Robert; 1996). Menurut Zain (2007; 87) perencanaan Pajak Penghasilan karyawan dapat dilakukan dengan memaksimalkan pengurang-pengurang (maximizing deduction), ialah pengalihan pemberian dalam bentuk natura ke bentuk tunjangan-tunjangan yang dapat dikurangkan sebagai biaya sesuai prinsip dapat dipajaki (taxable) dan dapat dikurangkan (deductible) yang dianut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut Noor, syazwani, and Mastuki (2010) menyatakan sebagian besar perusahaan melakukan perencanaan pajak dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan mereka karena mereka merasa beban pajak penghasilan yang besar akan mengurangi keuntungan mereka. Dalam praktek bisnis umumnya perusahaan mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban, sehingga berusaha meminimalkan beban untuk mengoptimalkan laba. Biaya dan laba selalu berbanding terbalik, semakin tinggi biaya maka akan semakin rendah laba yang diperoleh. Demikian sebaliknya semakin rendah biaya

6 maka akan semakin tinggi keuntungan yang didapatkan. Oleh karena itu umumnya pihak manajemen merasa wajib untuk menekan biaya seoptimal mungkin, termasuk dalam pembayaran pajak. Hal ini menjadi faktor pendorong bagi pihak manajemen untuk memahami segala konsekuensi fiskal dari setiap transaksi maupun setiap keputusan bisnis dan manajerialnya, apabila mereka bermaksud untuk memaksimumkan keuntungan yang dapat diraih oleh pihak perusahaan. Keuntungan tersebut, harus diperoleh dengan mematuhi perundang-undangan perpajakan baik pajak pusat maupun daerah. Sebagai wajib pajak, setiap perusahaan harus mematuhi dan melaksanakan kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Alternatif upaya dalam penghematan pajak yang harus dibayar oleh perusahaan, dilakukan dengan memanfaatkan pemahaman mendalam mengenai peraturan-peraturan perpajakan yang ada, melakukan kajian, analisis, maupun perencanaan mengenai setiap kegiatan yang menyebabkan konsekuensi fiskal dalam perusahaan. Hal ini sering disebut sebagai Perencanaan Pajak atau tax planning. Perencanaan Pajak dilakukan dengan harapan memperoleh penghematan pada pajak, sehingga perusahaan mengalami peningkatan laba bersih setelah pajak. Peluang melakukan penghematan pada Pajak Penghasilan yang dikenakan pada laba perusahaan atau PPh pasal 25 salah satunya dapat dilakukan pada biaya-biaya yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan di antaranya adalah pada PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh karyawan.

7 Zain (2007; 53) mengungkapkan ada 3 (tiga) metode yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam menerapkan pemungutan PPh pasal 21 karyawan. Metode pertama, besarnya PPh pasal 21 dapat dipotong langsung dari gaji yang diterima oleh karyawan. Sedangkan metode kedua yang dapat diterapkan adalah dengan memberikan tunjangan tambahan yang berupa Tunjangan Pajak. Sedangkan metode yang ketiga adalah dengan memberikan tambahan pada penghasilan bruto karyawan sebesar pajak yang harus ditanggung karyawan, hingga akan menambah Penghasilan Kena Pajak (PKP) karyawan, sehingga PPh pasal 21 menjadi lebih besar, metode ini sering dikenal dengan sebulan metode Gross Up. PT Dwi Eltis Konsultan adalah perusahaan yang bergerak dibidang konsultan Kontruksi. Kewajiban perpajakan PT Dwi Eltis Konsultan antara lain adalah berkaitan dengan pajak penghasilan baik perorangan maupun badan. Sesuai dengan PER- 31/PJ/2009 Pasal 3 huruf amengenai Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau Pajak PPh Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi bahwa pegawai adalah orang pribadi yang merupakan salah satu penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26. Perhitungan PPh 21 karyawan PT Dwi Eltis Konsultan menggunakan metode net, cara ini sangat menguntungkan bagi karyawan karena mengakibatkan take home pay yang diterima karyawan akan lebih besar, tetapi bagi perusahaan cara ini kurang menguntungkan karena biaya PPh 21 yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak bisa diakui dalam fiskal dan harus di koreksi positif. Oleh karena itu strategi perpajakan menjadi mutlak untuk mencapai laba perusahaan yang

8 optimal, strategi dan perencanaan yang baik dan benar tentu saja harus legal, akan mampu mendorong perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain (Hidayat dan Edi; 2006). Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengambil judul Analisis PPh Pasal 21 Sebelum Dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Tekait Kebijakan Pajak Pegawai Pada PT Dwi Eltis Konsultan. 1.2 Identifikasi Masalah Masalah dalam hal ini kebijakan pajak pegawai pada PT Dwi Eltis Konsultan. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015. 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang PPh terutang antara perhitungan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015. 3. Bagaimana kebijakan perusahaan dalam terkait PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015.

9 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis mengenai Analisis PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Tekait Kebijakan Pajak Pegawai Pada PT Dwi Eltis Konsultan. Sedangkan tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perhitungan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Terkait Kebijakan Pajak Pegawai Pada PT Dwi Eltis Konsultan. 2. Untuk mengetahui signifikan tidaknya perbedaan tentang PPh terutang antara perhitungan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015. 3. Untuk mengetahui kebijakan perusahaan dalam menanggung beban PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015. 1.4 Manfaat Penelitian lain : Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan mempunyai kegunaan antara

10 1.4.1 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis Laporan skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang perbedaan perhitungan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Terkait Kebijakan Pajak Pegawai Pada PT Dwi Eltis Konsultan. 2. Bagi Peneliti Lain Laporan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi serta dapat pula dijadikan referensi sebagai bahan acuan tambahan dalam penelitian sejenis. 1.4.2 Kegunaan Praktis Laporan skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sejauhmana perbedaan perhitungan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Dwi Eltis Konsultan Jl. Wastukencana No. 5H bandung 40117 pada tanggal 24 Februari 2016.