BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari suatu masyarakat yang beraneka ragam, mulai dari keorganisasian

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.

BAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pariwisata. Peran masyarakat lokal dalam hubungannya dengan citra sebuah destinasi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Kekayaan itu menyebar ke seluruh daerah termasuk Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa pendapat yang mengartikan pendapatan yaitu, Sukirno (2006)

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai sumber daya perairan umum cukup luas, baik perairan laut

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

UPAYA PENYULUH KABUPATEN BEKASI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN. berupa laut. Dengan perairan laut seluas total 5,8 juta Km2, Indonesia menyimpan

BAB I PENDAHULUAN. juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Sejarah pembangunan di wilayah pedesaan di Indonesia memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya menjadi nelayan. Walaupun mata pencarian orang-orang desa di pesisir beragam, namun sebagian besar nelayan dan kegiatan nelayan menjadi sumber penghasilan utama masyarakat desa pesisir. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan wilayah laut. Pada dasanya daerah pesisir merupakan daerah dengan sumber daya alam yang sangat beragam karena letaknya yang memiliki wilayah darat dan laut. Hal ini menyebabkan masyarakat yang tinggal di daerah ini dapat memilih pekerjaan di wilayah darat sebagai petani maupun di wilayah laut sebagai nelayan. Misalnya di Desa Haranggaol. Desa Haranggaol merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun, provinsi Sumatera Utara. Desa ini termasuk sebagai daerah pesisir karena letaknya yang berada di pinggiran danau toba. Sesuai dengan keberadaannya masyarakat di desa ini mayoritas bekerja sebagai pembudidaya ikan (keramba) dan hal ini sudah berlangsung sangat lama, bahkan desa ini dikenal dari sektor perikanannya. Namun seiring dengan 1

2 perubahan kepemimpinan dan otonomi daerah setempat, desa Haranggaol juga mulai dicanangkan untuk dilakukannya perubahan. Salah satu perubahan yang sangat mencolok adalah perubahan daerah pesisir ini menjadi daerah pariwisata khususnya pada bagian pantainya. Hal ini pun menjadi dilema tersendiri bagi masyarakat setempat. Bagaimana tidak, pembangunan pariwisata yang dicanangkan membuat adanya kebijakan baru bahwa setiap masyarakat yang memiliki tambak ikan (keramba) tidak dapat melanjutkan mata pencahariannya karena pemerintahan setempat menganggap keramba tersebut dapat mencemari daerah pantai dan merusak ekosistem danau. Pembangunan kawasan pesisir merupakan suatu proses perubahan pada berbagai aspek khususnya pada penelitian ini di pedesaan. Perubahan tersebut tidak hanya berupa mekanisasi atau teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan sosial, yang mencakup perubahan bentuk, ciri, struktur dan kemampuan sistem kegiatan dalam menggairahkan, menumbuhkan dan mengembangkan perekonomian masyarakat di pedesaan. Oleh karena itu, proses pembangunan kawasan pesisir dapat dikatakan sebagai proses transformasi pedesaan. Proses ini menyentuh seluruh lapisan masyarakat di penjuru desa. Sama halnya dengan kawasan pesisir Haranggaol, pembangunan yang dicanangkan telah merubah kehidupan perekonomian dan sosial masyarakat setempatnya. Hanya saja dalam hal ini pembangunan yang seharusnya mengembangkan perekonomian justru memberikan dampak negatif yakni dengan terjadinya penurunan perekonomian dikalangan masyarakat.

3 Perubahan yang terjadi pada masyarakat Haranggaol merupakan akibat dari masuknya sektor pariwisata ke wilayah pesisirnya sehingga masyarakat pesisir Haranggaol kehilangan mata pencahariannya. Sebenarnya pariwisata bukanlah fenomena baru. Pariwisata sudah ada sejak dimulainya peradaban manusia. Mengingat pariwisata merupakan suatu kegiatan yang mengharuskan adanya pergerakan atau ditandai dengan adanya perjalanan. Menurut Ramadani (2012), menyatakan bahwa pengembangan pariwisata di suatu daerah akan berdampak pada perubahan struktur ekonomi masyarakat khususnya mata pencaharian masyarakat yang ditimbulkan dari adanya peluang usaha sektor tersebut dan sektor lainnya. Masuknya sektor pariwisata membawa perubahan yang besar pada kehidupan masyarakat Haranggaol. Salah satunya adalah pada sistem mata pencahariannya. Pada awalnya masyarakat Haranggaol berprofesi sebagai nelayan namun kini masyarakat Haranggaol sudah beralih profesi. Hal ini tidak lain karena lahan perikanan yang awalnya digunakan nelayan kini di bersihkan. Daerah pesisir di Haranggaol tidak lagi dapat dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai tempat tambak ikan. Oleh karena itu masyarakat mencari mata pencaharian lain. Adapun mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat Haranggaol diantaranya sebagai pedagang, buruh dan petani ladang. Namun dari jenis mata pencaharian tersebut, petani ladang adalah jenis mata pencaharian yang paling banyak dilakukan masyarakat Haranggaol setelah kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan.

4 Peralihan mata pencaharian dari nelayan menjadi petani ladang merupakan akibat dari aturan baru sistem pemerintahan yang tidak mengizinkan masyarakat Haranggaol menggunakan daerah pesisir pantai sebagai lahan tambak ikan. Meskipun pada awalnya kebijakan tersebut mendapat respon negatif dari masyarakat Haranggaol, Masyarakat tidak setuju dengan kebijakan yang dianggap dibuat secara sepihak oleh pemerintahan. Masyarakat juga melakukan aksi protes, Namun usaha masyarakat tersebut tidak mendapat respon dari pihak pemerintahan setempat. Oleh karena itu, mau tidak mau masyarakat pun memilih untuk merelakan pekerjaan yang sudah lama menjadi mata pencaharian utama bagi kehidupan masyarakat Haranggaol. Adapun alasan masyarakat Haranggaol memilih menjadi petani ladang adalah karena pada dasarnya letaknya yang berada di antara pegunungan sehingga hal ini dimamfaatkan oleh masyarakat untuk membuka lahan pertanian. Selain itu masyarakat Haranggaol menyadari tidak ada pekerjaan lain yang dapat dilakukan, hal ini dikarenakan letak daerah yang diapit oleh gunung dan danau membuat masyarakat Haranggaol hanya bergantung pada alam. Di daerah Haranggaol ini tidak terdapat pabrik maupun perusahaan- perusahaan swasta sehingga alternatif yang dapat dilakukan masyarakatnya setelah meninggalkan profesi awalnya sebagai nelayan adalah bertani. Masyarakat juga menyadari kurangnya kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki tentang pariwisata sehingga menjadikan masyarakat Haranggaol tidak berpartisipasi dalam perubahan sektor pariwisata tersebut.

5 Peralihan mata pencaharian yang terjadi memberikan dampak besar terhadap kelangsungan hidup masyarakat Haranggaol. Seperti dalam kehidupan sosial, hubungan sosial terhadap keluarga dan masyarakat semakin melemah, hal ini disebabkan oleh tidak adanya waktu untuk saling berkumpul antar masyarakat karena masyarakat desa Haranggaol sekarang sibuk merawat dan menjaga tanamannya dari hama hewan perusak. Berbeda ketika menjadi nelayan budidaya ikan, masyarakat Haranggaol hanya perlu memberi makan ikan pada pagi dan sore hari sehingga masyarakat memiliki waktu untuk sekedar berkumpul maupun bertegur sapa dengan masyarakat lainnya. Selain itu, peralihan mata pencaharian ini juga berdampak terhadap sikap mental dan gaya hidup masyarakat di Desa tersebut, Seperti yang diungkapkan Dwi Sulistiyono (2015) pada awalnya masyarakat nelayan memiliki pola pikir nelayan dengan konsep hidup royal, bergaya hidup konsumtif, boros dan suka berfoya-foya. Sedangkan masyarakat petani memiliki pola pikir petani dengan konsep hidup hemat dan irit. Pada awalnya masyarakat desa Haranggaol, juga memiliki pola pikir nelayan namun sekarang pola pikir tersebut berubah menjadi pola pikir petani. Hal ini merupakan akibat dari semakin rendahnya pendapatan yang diperoleh masyarakat setelah menjadi petani. Perbedaan pendapatan yang diperoleh masyarakat ketika masih menjadi nelayan dan setelah menjadi petani dikarenakan tingginya gagal panen dalam bidang pertanian dibandingkan dengan ketika masyarakat menjadi nelayan. Sebagai petani pemula masyarakat Haranggaol masih tergolong petani kecil karena lahan pertaniannya masih terbatas. Selain itu jenis tanah bebatuan

6 menyebabkan tidak semua jenis tanaman dapat ditanam sehingga kebanyakan dari masyarakatnya lebih memilih menanam tanaman bawang, dan penanamannya pun masih dalam skala kecil. Hal ini menyebabkan para petani di Haranggaol tidak mampu untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga, karena untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga dibutuhkan biaya yang cukup besar. Sejalan dengan hal diatas dapat dikatakan bahwa, pembangunan daerah pesisir Haranggaol sebagai daerah pariwisata baru menyebabkan terjadi peralihan sistem mata pencaharian pada masyarakat khususnya masyarakat nelayan menjadi petani ladang yang mengakibatkan menurunnya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat Haranggaol dituntut untuk beradaptasi terkait peralihan mata pencaharian dari nelayan menjadi petani ladang sehingga keluarga petani kecil di Haranggaol dapat mempertahankan maupun meningkatkan kesejahteraan hidup nya. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peralihan Sistem Mata Pencaharian Hidup Masyarakat Nelayan Menjadi Petani Ladang di Desa Haranggaol, Kabupaten Simalungun.

7 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalah dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut: 1. Peralihan sistem mata pencaharian hidup masyarakat di Desa Haranggaol Kabupaten Simalungun 2. Kehidupan masyarakat sebelum terjadinya peralihan sistem mata pencaharian hidup di Desa Haranggaol Kabupaten Simalungun 3. Kehidupan masyarakat setelah mengalami peralihan sistem mata pencaharian hidup di Desa Haranggaol Kabupaten Simalungun 4. Strategi masyarakat terkait peralihan sistem mata pencaharian di Desa Haranggaol Kabupaten Simalungun 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di paparkan diatas, maka masalah penelitian dapat dibatasi yakni pada Peralihan Sistem Mata Pencaharian Hidup Masyarakat Nelayan Menjadi Petani Ladang di Desa Haranggaol, Kabupaten Simalungun. 1.4 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa yang menyebabkan terjadinya peralihan sistem mata pencaharian Nelayan menjadi petani ladang? 2. Apa alasan masyarakat nelayan beralih menjadi petani ladang? 3. Bagaimana strategi peralihan nelayan menjadi petani ladang?

8 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya peralihan sistem mata pencaharian nelayan menjadi petani ladang. 2. Untuk mengetahui alasan masyarakat nelayan beralih menjadi petani ladang. 3. Untuk mengetahui strategi peralihan nelayan menjadi petani ladang. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Sebagai bahan pendukung penelitian penelitian yang sudah ada sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Untuk menambah wawasan/ pengetahuan peneliti tentang peralihan sistem mata pencaharian hidup masyarakat. 2. Secara praktis Untuk memberikan pemahaman masyarakat tentang peralihan sistem mata pencaharian hidup, khususnya pada masyarakat Haranggaol.