BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan terpenting

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA (Bandung: Tarsito, 2006),

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BANGUN RUANG SISI DATAR ANALISIS KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada pokok bahasan segiempat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STORYTELLING PAV. Sebuah penuturan yang menjelaskan sebuah peristiwa (fiksi & non fiksi)

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai kebersamaan ( commonnees). 1

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Bertanya

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. formal yang mumi, matematika adalah sains yang memanipulasi simbol,

Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW)

BAB I PENDAHULUAN. lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 03FIKOM. Ruang Lingkup Komunikasi. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai guru,sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

Transkripsi:

167 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Kemampuan komunikasi matematis terdiri dari tiga kata yaitu kemampuan, komunikasi dan matematis. Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI, 2003), kemampuan adalah kesanggupan, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita yang dilakukan oleh dua orang tau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dan matematis adalah hal yang bersangkutan dengan matematika atau bersifat matematika. Jadi, kemampuan komunikasi matematis adalah kesanggupan seseorang dalam menyampaikan pesan sehingga pesan tersebut dapat dipahami dan pesan tersebut bersifat matematika atau bersangkutan dengan matematika. Secara umum komunikasi (Susanto, 2013) dapat diartikan sebagai suatu cara menyampaikan pesan ke penerima pesan untuk memberitahu suatu pendapat atau perilaku baik secara konvensional atau tidak konvensional. Secara konvensional yaitu dalam bentuk lisan dan secara tidak konvensional melalui media, seperti : koran, majalah, dll. Makna lain dari komunikasi sendiri adalah berbagi, bertukar pendapat atau ide dan gagsaan, perasaan, informasi dan sebagainya. 6

Everett M Rogers (Majid, 2013), mendefinisikan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pengalihan ide dari sumber kepada penerima dengan maksud mengubah tingkah lakunya. Dalam penyampaian ide tersebut, proses pengalihan infomasi seseorang tersebut dengan yang lainnya berbeda-beda. Penyampaian ide tersebut dapat dinyatakan secara jelas, maupun implisit dengan simbol-simbol, notasi-notasi ataupun lambang-lambang yang memerlukan interprestasi yang lebih dalam. Komunikasi matematis adalah suatu proses penting untuk mempelajari matematika karena melalui komunikasi siswa dapat memperjelas, memperluas dan memahami ide-ide matematis (Ontario Ministry of Education, 2010).Sejalan dengan yang diungkapkan Yudhanegara dan Lestari (2015: 83) kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan suatu gagasan/ide matematis, baik secara lisan maupun tulisan serta dalam memahami dan menerima gagasan/ide matematis orang lain dilakukan secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk memperkuat pemahaman. Kegiatan-kegiatan dalam proses berkomunikasi hendaknya perlu diperhatikan sehingga siswa dapat secara optimal mengembangkan kemampuan komunikasi matematis. Apek penting tersebut yaitu koneksi, represntasi, membaca, menulis, mendengar. Susanto (2013) menuturkan lebih lanjut kelima aspek tersebut dalam komunikasi yaitu:

a. Representasi (representing) adalah suatu bentuk transformasi dari suatu gagasan atau dalam penyelesaian masalah dari suatu bagan, grafik atau tabel kedalam simbol atau kata-kata. b. Mendengar (listening), siswa dapat menangkap maksud serta mampu memberikan respon apabila ia mendengar secara seksama ide-ide yang diutarakan oleh temannya. c. Membaca (reading), merupakan sebuah kemampuan yang kompleks, dimana didalamnya terdapat aspek mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, menganalisis, mngorganisasikan, dan akhirnya menjelaskan atri yang terkandung dari apa yang ia baca. d. Diskusi (discussing), merupakan kegiatan bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi merupakan langkah lebih lanjut dari membaca dan mendengar. Siswa akan mampu berdiskusi menyampaikan ide-idenya ataupun mengevaluasi hasil ide dari temannya dengan baik apabila ia telah mampu membaca dan mendengar sebagai prasyarat diskusi. e. Menulis (writing) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengungkapkan dan merefleksikan ide ataupun ide ataupun gagasan yang dituangkan melalui tulisan. Menurut Umar (2012) upaya yang dapat dilakukan agar kemampuan komunikasi matematis siswa dapat berkembang, yaitu : (a) pemberian sebuah soal yang berbentuk open-ended task, dengan menggunakan tipe soal seperti ini memungkinkan siswa untuk menunjukan proses dan

mejelaskan alasan pengerjaannya (Cai,1996), (b) melalui model pembelajaran cooperative learning, (Nodding dalam Baroody, 1993; Artzt, 1996), (c) dan melalui penggunaan metode proyek (Wanda, 1997). Beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide dan pemahaman matematika secara tulisan maupun lisan menggunakan bilangan, simbol, gambar, maupun grafik serta kemampuan siswa dalam memberikan suatu argumentasi untuk memecahkan masalah secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk memperkuat pemahaman. Guna mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa, perlu adanya indikator untuk mengukurnya. Sesuai dengan definisi kemampuan komuikasi matematis, maka indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menyatakan simbol, benda nyata, gambar, maupun grafik kedalam ide matematika. b. Menyatakan dan mengilustrasikan dari ide matematika kedalam bentuk simbol, benda nyata, gambar, maupun grafik. c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 2. Model Kooperatif Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Model kooperratif tipe Structured Numbered Heads (SNH) adalah suatu pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok

untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan/tugas yang diberikan guru kepada siswa secara terstruktur. Dalam SNH, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam hubungan dengan rekan-rekan kelompoknya. Model kooperatif SNH ini turunan atau modifikasi dari model kooperatif tipe NHT(Numbered Head Together) yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan(Lie, 2008:60). Menurut Lie (2008:60) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur yaitu: a. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor. b. Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas masing-masing sesuai nomornya. Misalnya, siswa denagn nomor 1 bertugas membacakan soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal dan siswa dengan nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil dari kerja kelompoknya. c. Jika diperlukan, untuk soal-soal yang lebih sulit, guru juga bisa mengadakan kerjasama antar kelompok. Siswa bisa keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama kelompok yang lain yang bernomor sama untuk saling membantu atau mencocokan hasil kerja mereka. Model pembelajaran SNH merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan membagi peran siswa dalam

kelompok menjadi tiga peran, yaitu pencatat, pemecah masalah, dan penyampai hasil diskusi. Tipe ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam penugasan materi, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya masing-masing. Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe SNH sebagai berikut (Huda, 2013): a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa dengan karakteristik heterogen. b. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor urut. c. Guru menjelaskan peraturan dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam mengerjakan tugas berdasarkan nomor urutnya. Misalnya, siswa nomor urut 1 bertugas membacakan soal dengan benar dan mengumpulkan data dan mengumpulkan data yang ada kaitanya dengan penyelesaian soal, siswa nomor urut 2 bertugas mencari penyelesaian soal, dan siswa dengan nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. d. Guru membagikan tugas kelompok kepada setiap kelompok. e. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan dari kelompok lain. Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian Structured Numbered Heads adalah tipe pembelajaran yang membagi peran siswa dalam kelompok belajar dengan memberikan penugasan tugas pada setiap nomor yang didapatkan siswa, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4 orang siswa secara heterogen. b. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor urut. c. Guru menjelaskan peraturan dalam proses berdiskusi. Dalam mengerjakan tugas berdasarkan nomor urutnya. Misalnya, siswa nomor urut 1 bertugas membacakan soal dengan benar dan mengumpulkan data yang ada kaitanya dengan penyelesaian soal, siswa nomor urut 2 bertugas mencari penyelesaian soal, dan siswa dengan nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. d. Pemberian LKK (Lembar kerja kelompok) kepada setiap kelompok. e. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain yang tidak presentasi memberikan tanggapan. 3. Model Lasswell Communication Menurut Per (2009) model Lasswell Communication merupakan model yang cukup tua dan salah satu model yang dianggap sebagai salah satu model komunikasi yang paling awal dan paling berpengaruh tandas Shoemaker,dkk(Wenxiu, 2015). Namun, walaupun model ini sudah cukup tua model ini diakui cukup baik. Model Lasswell lebih difokuskan pada apa yang dikomunikasikan dan pada proses komunikasi. Menurut Lasswell (Lasswell,1948) cara yang terbaik dalam menerangkan proses komunikasi melalui menjawab pernyataan: Who, Says What, In Which Channel, To Whom, and Whit What Effect.

Analsis dari kelima unsur Lasswel tersebut adalah : a. Who? (siapa/sumber) Sumber atau komunikator adalah pelaku untama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi. Model komunikasi ini dalam proses pembelajaran who? (siapa?) disini adalah guru. b. Says what?(pesan) Apa yang akan disampaikan/ dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud dari sumber. Maksudnya aadalah materi yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik. c. In which channel? (saluran/media) Media/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan (penerima). In whit channel disini adalah media yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. d. To whom? (untuk siapa/penerima) Orang/kelompok yang menerima pesan dari sumber. Peserta didiklah yang berperan sebagai penerima pesan.

e. With what effect?(dampak/efek) Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan dll. With what effect yaitu pengaruh yang ditimbulkan oleh guru kepada peserta didik setelah menyampaikan materi yang disampaikan. Yaitu dengan mengevaluasi hasil belajar yang telah disampaikan dengan pemberian soal kuis. Sedangkan menurut Per (2009) unsur-unsur pada model Lasswell sebagai berikut : Tabel 2.1 Unsur-Unsur Model Lasswell Menurut Per(2009) Who? Says what? In the what channel? To Whom? With effect? what Communicator Messages Channel Receiver Effect Berikut penjelasan unsur-unsur dari tabel diatas : Tabel 2.2 Penjelasan Unsur-Unsur Lasswell Menurut Per(2009) Komponen Arti Siapa Komunikator atau pengirim atau sumber pesan Mengatakan apa Isi dari pesan Dimanakah saluran Media yang digunakan untuk mengkomunikasikan Kepada siapa Penerima pesan atau penonton Dengan efek apa Umpan dari penerima ke pengirim.

4. Model Kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) dengan strategi Lasswell Communication Structured Numbered Heads (SNH) merupakan model kooperatif yang dimodifikasi dari Numbered Head Together (NHT). Dalam SNH, siswa dituntut untuk belajar melaksanakan tanggungjawab pribadinya dalam hubungan dengan rekan-rekan kelompoknya (Lie, 2008: 60). Sejalan dengan yang diungkapkan Jannah, dkk (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran SNH merupakan suatu model pembelajaran yang membuat siswa tidak hanya bergantung dengan teman kelompok dalam meyelesaikan tugasnya. Model kooperatif tipe SNH strategi Lasswell Communication merupakan model pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah SNH dengan dikombinasi menggunakan unsur-unsur dari Lasswell Communication, adapun tahap-tahap SNH strategi Lasswell Communication adalah sebagai berikut : a. Guru melakukan apersepsi. b. Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari. c. Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dengan aturan siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut 1-4. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangakai. Misalnya: siswa nomor satu bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan

dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. d. Guru membagikan alat peraga dan LKK (Lembar Kerja Kelompok) pada setiap kelompok. e. Siswa mendiskusikan LKK yang telah disediakan pada kelompok kecilnya. f. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. g. Perwakilan dari beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan bagi kelompok yang tidak presentasi memberikan pertanyaan atau pendapat terhadap kelompok pemresentasi. Aturan dalam mempresentasikan adalah memanggil nomor. Siswa dengan nomor yang bersangkutan melapokan hasil diskusi. h. Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan memberikan penguatan atas jawaban siswa. i. Siswa membuat kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri. j. Guru memberikan sebuah kuis kepada siswa untuk mengetahui dampak/efek dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Perbedaan yang terlihat dari pembelajaran SNH dengan SNH berstrategi Lasswell Communication adalah adanya kegiatan guru menyampaikan pokok bahasan yang dipelajari, penyediaan alat peraga, guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka, siswa membuat kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri dan pemberikan sebuah kuis kepada siswa untuk mengetahui dampak/efek dari pembelajaran yang sudah dilakukan. B. Penelitian Relevan 1. Berdasasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khoidah (2013), siswa sebelum terkena tindakan hanya 14,7% yang mempunyai keberanian presentasi didepan kelas. Namun, ketika peneliti menerapkan model Lasswel siswa berangsur-angsur mengalami kenaikan. Berdasarkan tindakan siklus I, siswa yangberani presentasi di depan kelas sebanyak 50% dan pada siklus ke II, siswa yang berani presentasi didepan kelas sebanyak 76,47%. Presentasi didepan kelas merupakan bagian dari indikator kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shalikhah (2015) bahwa model SNH dengan pendekatan saintifik memberikan prestasi belajar lebih baik dari pada model NHT maupun model klasikal dengan pendekatan saintifik. 3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suhaedi (2012), bahwa dengan mengaitkan permasalahan suatu kejadian atau peristiwa nyata akan membuat siswa dapat melatih kemampuan komunikasinya. Hal ini karena permasalahan nyata membuat siswa terbiasa untuk bebas berpikir dan berani berpendapat, sehingga siswa dapat berdiskusi dan melakukan refleksi serta dapat memperbaiki pemahaman yang dimilikinya.

4. Penelitian ini dilakukan oleh Husna, dkk (2013), bahwa secara sigifikan kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan model TPS lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran konvensional, ditinjau dari keseluruhan siswa dan peringkat siswa. 5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darkasyi, dkk(2014) bahwa, peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan penerapan pendekatan quantum learing lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Pembelajaran ini memungkinkan terjadinya interaksi positif berupa pertanyaan-pertanyaan pemicu bagi tumbuhnya kemauan dan kemampuan berkomunikasi siswa sehingga memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan baik. C. Kerangka Pikir Model kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) adalah tipe pembelajaran yang membagi peran siswa dalam kelompok belajar dengan memberikan penugasan tugas pada setiap nomor yang didapatkan siswa. Strategi Lasswell Communication merupakan strategi yang memuat lima unsur yaitu Who, Says What, In Which Channel, To Whom, and With What Effect. Penerapan SNH akan lebih baik jika dibantu dengan Lasswel dan diyakini perpaduan antara pebelajaran kooperatif dengan kelima unsur tersebut dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa. Yang pertama, SNH adalah pembelajaran kooperatif dengan pembentukan kelompok kecil dan kegiatan berdiskusi serta presentasi pada

model ini dapat menjadikan siswa secara aktif memberikan gagasan-gagasan yang dimiliki siswa. Model SNH adalah model yang menuntut setiap anggota kelompok bekerja dan menjadikan kegiatan perkelompokan berjalan dengan baik tanpa ada satu pun yang pasif. Siswa dapat berinteraksi satu sama lain karena terjadi kegiatan mendengarkan, berdiskusi dan menulis. Kegiatan mendengar terjadi ketika salah satu siswa bertugas membaca soal dengan benar dan pada saat proses berkelompok. Berdiskusi terjadi ketika siswa mendiskusikan dari hasil penugasan masing-masing siswa dan menulis adalah bagian dimana siswa bertugas mencatat hasil kerja kelompok. Menulis juga dilakukan setelah diskusi besar yaitu siswa membuat kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri karena terdapatnya unsur Lasswel yaitu whit what effect. Kedua, pemberian tugas secara kelompok (LKK) dan media atau alat peraga yang akan digunakan pada proses pembelajaran. Penggunaan alat peraga diharapkan bisa menjadi sarana pendukung untuk mempermudah siswa dalam menyelesaiakan soal-soal yang terdapat pada LKK. Soal LKK yang digunakan adalah soal berbentuk uraian. Media/alat peraga diharapkan membantu menjembatani atau untuk memodelkan dari benda nyata kedalam bahasa, simbol, ide atau model matematika. Soal uraian dan penggunaan proyek merupakan bagian dari upaya yang dapat dilakukan agar kemampuan komunikasi matematis siswa dapat berkembang. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika merupakan salah suatu penerapan dari materi. Ketika siswa menggunakan

alat peraga, siswa akan lebih mudah menyelesaiakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Alat peraga merupakan contoh yang nyata, dan merupakan gambaran dari bentuk yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, ketika siswa dihadapkan pada soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa akan lebih mudah memahaminya dan menyelesaikannya dengan baik. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan strategi Lasswell Communication yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kemampuan komunikasi matematis siswa. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan dan kerangka pikir yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan strategi Lasswell Communication dikatakan berpengaruh jika, lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.