BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kerja serta kemampuan lainnya pada suatu perusahaan. Sama seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sedangkan yang lain adalah lembaga keuangan non-bank (LKBB). Bank

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yaitu yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB 5 PENUTUP. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

menjalankan usahanya berdasarkan prinsip kepercayaan. Di dalam menjalankan fungsi-fungsi bank, bank dituntut untuk berada dalam kondisi yang sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSETS, NET

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. perbankan tidak sedikit pula bank yang tutup akibat kondisi krisis ekonomi. memberikan jasanya dalam bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. beban dan sangat menyusahkan, sebaliknya bank bank lain bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

Analisis Kinerja PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL dan Metode RGEC

Nama : Deni Aulia NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE., MM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit macet yang cukup besar, dan sampai saat ini belum terselesaikan oleh badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) maupun oleh bank pemberi kredit, sehingga membawa dampak terhadap kerugian negara dan rakyat yang cukup besar. Rendahnya kemampuan manajemen risiko merupakan salah satu kelemahan yang teridentifikasi dari krisis perbankan 1997/1998, selain masalah permodalan dan good corporate governance. Jasa perkreditan sebagai produk usaha perbankan merupakan salah satu penyumbang pendapatan terbesar Bank dibanding beberapa produk jasa perbankan lainnya. (Wilopo, 2000). Krisis yang terjadi dalam industri perbankan perlu diantisipasi serta dipulihkan, terutama untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat baik terhadap bank sebagai sebuah perusahaan atau sistem perbankan secara keseluruhan. Dengan kata lain bagaimanapun proses nasionalisasi dilakukan dan berapapun dana yang dikeluarkan untuk penyelamatan atau rekapitalisasi perbankan, hal tersebut tidak akan ada manfaatnya tanpa adanya kepercayaan dan dukungan dari masyarakat. Dalam situasi seperti itu, masyarakat akan menjadi lebih jeli untuk menilai kondisi suatu bank bahkan sistem perbankan secara keseluruhan.

Upaya untuk menghadapi kondisi seperti yang digambarkan di atas mengharuskan setiap perusahaan perbankan mengambil langkah antisipatif. Perusahaan perbankan dituntut menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini menurun. Dampak krisis tidak hanya dirasakan oleh bank-bank umum tetapi dirasakan juga oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR sebagai salah satu dari dua jenis bank yang ada di Indonesia seperti yang dimaksudkan dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang keberadaannya diharapkan mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil baik di pedesaan ataupun di perkotaan. Melalui seminar restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank antara lain: (1) semakin meningkatnya kredit bermasalah, (2) dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran, (3) semakin menurunnya permodalan bank-bank, (4) banyak bank-bank tidak mampu melunasi kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah, serta (5) manajemen tidak profesional (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Langkah strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja bank adalah dengan cara memperbaiki kinerja bank. Kinerja yang baik suatu bank diharapkan mampu meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri

atau sistem perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain kinerja bank dapat pula dijadikan sebagai tolak ukur kesehatan bank tersebut. Secara intuituf dapat dikatakan bahwa bank yang sehat akan mendapat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat serta akan terhindar dari kondisi bermasalah. Menyadari pentingnya kesehatan suatu bank bagi nasabah, maka dirasa perlu untuk melakukan pemeliharaan kesehatan bank yang antara lain mencakup pemeliharaan likuiditas sehingga dapat memenuhi kewajiban pada nasabah yang menarik simpanannya sewaktu-waktu. Arti penting itu ditunjukkan oleh berbagai evaluasi pengukuran atau penelitian yang dilakukan oleh majalah khusus perbankan maupun penelitian ilmiah akademis. Pada umumnya penelitian mengacu pada variabel CAMEL yang diproksikan dalam berbagai rasio keuangan perbankan. Hasil penilaian kinerja sebuah bank yang diukur dengan menggunakan alat analisis CAMEL dapat dimanfaatkan secara langsung baik oleh pemilik modal, pengelola ataupun masyarakat. Hasil penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik modal dalam menanamkan modalnya dan dapat dijadikan informasi penting bagi pengelola dalam menyusun langkah-langkah operasional pengembangan usahanya. Bagi masyarakat, informasi tentang kinerja bank dapat menjadi acuan dalam memilih perusahaan perbankan untuk memenuhi kebutuhan akan jasa keuangan. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai menggunakan beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang sering dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank, seperti

penelitian untuk evaluasi dan pemeringkatan kesehatan bank yang dilakukan oleh Majalah Perbankan Investor (Edisi 101, 27 Mei 7 Juni 2004) menggunakan variabel, CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, Rasio Tabungan, Rasio Pendapatan Bunga dan Pendapatan Non Bunga Bersih, Pertumbuhan Laba, Pertumbuhan Kredit, dan Rasio Utilisasi Kredit. Analisis rasio keuangan memungkinkan pihak manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan dapat membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Untuk memahami informasi tentang laporan keuangan, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah dan pemakai laporan keuangan lain dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan termasuk bank perkreditan rakyat (BPR). Penilaian kinerja perusahaan umumnya menggunakan 5 (lima) aspek penilaian, yaitu Capital, Assets Quality, Management, Earnings, dan Liquidity (CAMEL). Lima aspek CAMEL tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan (Machfoedz, 1994).

Segala kriteria penilaian kinerja keuangan bank yang berpegang pada prinsip prudential banking, pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan bank. Pendekatan kualitatif tersebut dilakukan dengan penilaian terhadap perhitungan rasio keuangan. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kinerja keuangan bank yang bersangkutan (Nasser, 2003). Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam memperoleh laba adalah Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia (BI) No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio Return on Assets (ROA) dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Alasan dipilihnya Return on Assets (ROA) karena selain merupakan ukuran kinerja keuangan (profitabilitas) bank, ratio ini sekaligus merupakan indikator efisiensi manajerial bank yang mengindikasikan kemampuan manajemen dalam mengelola aset untuk memperoleh keuntungan (Kuncoro, 2002). Sedangkan Return on Equity hanya menggambarkan kemampuan manajemen dalam mengelola modal untuk memperoleh keuntungan. Sesuai dengan standar yang ditentukan Bank Indonesia (BI) bahwa unsur kecukupan modal (CAR) minimum hanya 8% yang mengindikasikan bahwa unsur pendanaan pada perbankan lebih banyak dari pihak lain (dana dari bank lain dan dana dari pihak ketiga bukan bank). Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa cakupan Return on Assets (ROA) lebih luas cakupannya jika dibandingkan dengan Return on Equity (ROE). Semakin besar Return on Assets (ROA) menunjukkan kinerja perbankan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Menurut Ang (1997), Return

on Assets (ROA) dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain laba bersih setelah pajak, modal sendiri bank dan rasio-rasio perbankan. Kinerja keuangan bank dapat dinilai dari rasio keuangan bank seperti rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP). Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban deposan dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditasnya. Rasio Non Performing Loan (NPL) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Rasio Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan laba/rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya seluruh atau sebagian aktiva produktif. Rasio Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Besarnya rata-rata keenam variabel independen (CAR, BOPO, LDR, NPL, PPAP dan KAP dan variabel dependen (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat di

Wilayah Kabupaten Deli Serdang selama periode tahun 2007 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut ini: Tabel 1.1. Rata-rata dari CAR, BOPO, LDR, NPL, PPAP, KAP dan ROA Pada Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah Kabupaten Deli Serdang Periode 2007 sampai 2010 Variabel Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Total Rata-rata CAR 22,84% 22,72% 21,32% 15,21% 20,52% BOPO 103,12% 85,58% 80,91% 83,98% 88,39% LDR 77,00% 73,67% 82,15% 82,21% 78,76% NPL 5,03% 4,88% 9,73% 4,26% 5,98% PPAP 5,24% 1,55% 1,71% 1,94% 2,61% KAP 10,24% 4,41% 3,79% 6,18% 6,16% ROA 1,93% 3,28% 3,29% 3,85% 3,09% Sumber : Laporan Publikasi Bank Indonesia Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa CAR, BOPO, PPAP, KAP pada tahun 2007-2010 menunjukkan penurunan setiap tahunnya, sedangkan ROA mengalami peningkatan selama tahun 2007-2010. Kondisi tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara CAR dan ROA, antara BOPO dan ROA, antara PPAP dan ROA, antara KAP dan ROA sehingga fakta sementara ini perlu dilakukan penelitian lanjutan. Sedangkan LDR, NPL pada tahun 2007-2010 menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Kondisi tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara LDR dan ROA, begitu juga antara NPL dan ROA sehingga fakta sementara ini perlu dilakukan penelitian lanjutan. Penelitian tentang Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, Non Performing Loan (NPL), Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Return on Assets (ROA) telah dilakukan oleh Azwir (2006).

Memperhatikan adanya keterbatasan penelitian sebelumnya berkaitan dengan variabel independen yang diteliti yaitu rasio kualitas aktiva produktif, maka perlu dilakukan penambahan variabel independen dalam penelitian ini berupa rasio kualitas aktiva produktif. Penelitian terdahulu belum pernah dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat yang berada di Wilayah Kabupaten Deli Serdang. Data Empiris yang akan diolah pada periode 2007 sampai dengan 2010 belum pernah dilakukan pada penelitian terdahulu. Alasan dipilihnya tempat penelitian Bank Perkreditan Rakyat di Wilayah Kabupaten Deli Serdang bahwa BPR yang ada di Sumatera Utara yang terbesar jumlahnya berada di Wilayah Kabupaten Deli Serdang sebanyak 19 BPR. Data ini diperoleh dari Laporan Publikasi Bank Indonesia per Desember 2010. Bank Perkreditan Rakyat juga merupakan jenis bank yang diakui oleh Bank Indonesia dan berfungsi sebagai lembaga keuangan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil baik di pedesaan ataupun di perkotaan. Jumlah penyaluran kredit Mikro Kecil dan Menengah oleh Bank Umum per Desember 2010 adalah sebesar Rp 892.938 milyar dan jumlah kredit Mikro Kecil dan Menengah yang disalurkan oleh BPR per Desember 2010 adalah sebesar Rp 33.844 milyar (data terlampir). Berdasarkan sektor perekonomian, penyaluran kredit yang disalurkan oleh BPR di dominasi oleh sektor bukan lapangan usaha lainnya dan sektor perdagangan besar dan eceran yaitu masing-masing sebesar Rp 11.341 milyar dan Rp 10.342 milyar (data terlampir). Tingkat suku bunga pada BPR berdasarkan sektor ekonomi rata-rata antara 25,28 % sampai dengan 38,29 % per tahun (data terlampir). Jika dibandingkan

dengan suku bunga pada Bank Umum, suku bunga pada BPR relatif lebih tinggi. Namun demikian masyarakat tetap tertarik pada BPR karena proses pemberian kredit pada BPR lebih cepat dan persyaratan kredit yang lebih mudah jika dibandingan dengan Bank Umum. Kinerja BPR dibandingkan dengan kinerja Bank Umum jika dilihat dari sisi ROA lebih tinggi (data terlampir). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Return on Assets (ROA) secara simultan dan parsial pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Wilayah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 sampai dengan 2010? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian sebagai berikut: Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Return on Assets (ROA) baik secara simultan dan parsial pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Wilayah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 sampai dengan 2010.

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi pengambil keputusan atau pihak manajemen Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengelolaan/penempatan dana dalam rangka meningkatkan Return on Assets (ROA). 2. Bagi Sekolah Pascasarjana, khususnya Program Magister Ilmu Akuntansi untuk menambah hasil penelitian yang berkaitan dengan Return on Assets (ROA) pada perbankan. 3. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai pembanding hasil riset penelitian yang berkaitan dengan Return on Assets (ROA) pada perbankan. 4. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan prediksi Return on Assets (ROA) melalui rasio keuangan. 1.5. Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Azwir (2006) yang menganalisis pengaruh kecukupan modal, efisiensi, likuiditas, NPL, dan PPAP terhadap ROA pada Lembaga Perbankan yang listed di BEJ periode 2001-2004. Dalam penelitian Azwir (2006), kecukupan modal diproksikan melalui Capital Adequacy Ratio (CAR), efisiensi diproksikan melalui Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), likuiditas diproksikan melalui Loan to Deposit Ratio (LDR). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penambahan variabel independen, periode waktu penelitian, dan tempat penelitian.

Variabel independen pada penelitian Azwir (2006) yaitu CAR, BOPO, LDR, NPL, dan PPAP, sedangkan dalam penelitian ini ada penambahan variabel independen yaitu Kualitas Aktiva Produktif (KAP). Penambahan variabel ini dilakukan berdasarkan keterbatasan penelitian Azwir (2006). Periode waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 sampai dengan 2010 dan tempat penelitian dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Wilayah Kabupaten Deli Serdang.