BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN JIWA : PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL SEMBADRA RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan.kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya. memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

PENGARUH GUIDED IMAGERY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOAFEKTIF DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. cukup besar (Kulik & Mahler et al, 1989; dalam DiMatteo,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan berbahagia mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Ciri-ciri sehat jiwa antara lain menyadari kemampuan dirinya, mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar, dapat berperan serta dalam lingkungan hidupnya, menerima baik yang ada pada dirinya dan mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain (Wirawan, 2007). Pada kondisi tertentu (misalnya : kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, gagal dalam sekolah serta perceraian) seseorang tidak dapat menghadapi stress secara wajar sehingga sering berlanjut pada gangguan jiwa, jika koping yang digunakan untuk mengatasi stress tidak adaptif. Angka kejadian berbagai gangguan jiwa mulai dari ringan sampai berat di Asia Selatan dan Timur kurang lebih 25 %, dalam kondisi normal angka bunuh diri diperkirakan berkisar antara 8-50 per 100 ribu orang, tetapi dengan kesulitan ekonomi angka ini akan meningkat 2 sampai 3 kali lebih tinggi (Hidayat, 2005). Menurut Azwar (1995, dalam Dinata (2007)) angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan, secara global, dari sekira 450 juta orang yang mengalami gangguan jiwa, sekitar 1

2 satu juta orang di antaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya. Bunuh diri merupakan bagian dari fenomena kehidupan, yang mungkin sudah ada sejak mulainya peradaban manusia, banyak alasan penderita gangguan jiwa, khususnya gangguan jiwa melakukan bunuh diri antara lain: putus asa karena tidak kuat menahan stres kehidupan ekonomi maupun pribadi, pandangan atau keyakinan agama yang kurang, dari segi budaya dan kehormatan (hara-kiri), segi psikodinamik (latar belakang kepribadian), dari aspek biologis (peran serotonine), dan genetik (contohnya bunuh diri yang terjadi pada empat generasi keluarga Hemingway) (Wibisono, 2003). Menurut Suart dan Laraia (1998, dalam Rasmun (2001)) seseorang yang menderita gangguan jiwa sering kali mengalami perubahan (gangguan) dalam stres dan adaptasi. Timbulnya penyakit skizofrenia dapat didukung adanya faktor predisposisi seperti : faktor biologis, psikologis dan sosiokultural. Adanya faktor pendukung tersebut dapat menimbulkan skizofrenia jika seseorang mengalami stressor yang berlebihan baik pada sifat, asal, waktu dan jumlah stressor. Seseorang akan menderita gangguan jiwa (skizofrenia), jika tidak mempunyai penilaian terhadap stressor. Penilaian seseorang terhadap stressor dapat dilihat dari segi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan social. Adanya penilaian terhadap stressor yang kurang baik akan dapat menentukan sumber koping-koping yang digunakan adalah destruktif atau mal adaptif. Jika seseorang selama menghadapi stressor mempunyai kemampuan personal yang baik, mempunyai dukungan

3 sosial yang baik, aset materi dan keyakinan yang baik maka akan membantu orang tersebut dalam mengatasi stressor sehingga mekanisme koping yang digunakan adalah konstruktif atau adaptif. Menurut DepKes (2006) World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 873.000 orang melakukan bunuh diri tiap tahun, dan lebih dari 90 % kasus bunuh diri berhubungan dengan gangguan jiwa seperti depresi, gangguan jiwa dan ketergantungan alkohol. Oleh Karena itu melakukan upaya penanganan gangguan jiwa secara efektif akan dapat mengurangi angka bunuh diri di seluruh dunia. Menurut Maramis (2005, dalam Messwati (2006)) terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan orang melakukan bunuh diri, di antaranya ialah menderita gangguan jiwa, kondisi ekonomi, pendidikan, kesehatan yang buruk, peristiwa-peristiwa yang menyebabkan stres, dan depresi. Penderita gangguan jiwa meningkatkan risiko 10 kali lipat untuk melakukan bunuh diri, dan gangguan jiwa yang paling sering melakukan bunuh diri adalah pasien dengan depresi dan gangguan jiwa (Messwati, 2006). Pasien skizofrenia yang mengalami depresi dapat melakukan bunuh diri atau percobaan bunuh diri jika mengalami tekanan ekonomi, harapan terhadap penyakit yang rendah, pengalaman yang tidak menyenangkan. Menurut Stuart dan Laraia (1998, dalam Mustikasari (2006)) bahwa lebih dari 90 % individu yang mengalami gangguan jiwa melakukan bunuh diri tiap menit dan gangguan jiwa yang paling sering berhubungan dengan risiko bunuh diri adalah gangguan jiwa. Sedangkan menurut Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (1995, dalam Mustikasari (2006)) bahwa

4 185 dari 1000 anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa dengan angka bunuh diri 1,6 sampai dengan 1,8 per 100.000 penduduk. Menurut Westa (1996) dalam Mustikasari (2006) bahwa percobaan bunuh diri di Unit Gawat Darurat RS Sanglah Bali terbanyak adalah dilakukan penderita gangguan jiwa pada dewasa muda, wanita dan alat yang digunakan untuk usaha bunuh diri diantaranya zat pembasmi serangga (Mustikasari, 2006). Menurut Willour (2005, dalam Kompas (2007)) ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan orang melakukan bunuh diri, di antaranya adalah menderita gangguan jiwa, kondisi ekonomi, pendidikan, kesehatan yang buruk, peristiwa-peristiwa yang menyebabkan stres, dan depresi, selain itu tersedianya akses untuk melakukan bunuh diri juga dapat mendorong orang melakukan bunuh diri. Fenomena ini dapat juga dilihat dari hasil survey yang dilakukan oleh penulis pada status rekam medik pasien yang sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten pada bulan Januari-Februari 2009. Dari Survey tersebut penulis menemukan dari 56 pasien dari 138 pasien yang dirawat mempunyai keinginan bunuh diri, bahkan 26 pasien dari 55 pasien tersebut sudah pernah mencoba melakukan bunuh diri dengan cara dan bentuk yang bervariasi (misalnya: gantung diri, masuk sumur, melukai diri sendiri, dan minum obat serangga). Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk menyusun laporan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan bunuh diri pada penderita gangguan jiwa dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keinginan Bunuh Diri Pada Penderita Gangguan Jiwa

5 di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah seperti tersebut di atas maka dirumuskan masalah penelitian yaitu Faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan bunuh diri pada pasien gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan bunuh diri pada penderita gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik pasien gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten b. Mengidentifikasi karakteristik keluarga pasien gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten c. Mengidentifikasi kenyakinan/pandangan yang salah tentang gangguan jiwa (stigma) terhadap pasien gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten

6 d. Mengidentifikasi tingkat kehilangan support mental keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten e. Mengidentifikasi kehilangan fungsi (hubungan interpersonal dengan masyarakat) penderita gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten f. Mengidentifikasi harapan penderita gangguan jiwa tentang penyakitnya di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten g. Mengidentifikasi keinginan bunuh diri penderita gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten h. Mengetahui hubungan antara kenyakinan/pandangan tentang penderita gangguan jiwa dengan keinginan bunuh diri penderita gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten i. Mengetahui hubungan antara kehilangan support mental keluarga dengan keinginan bunuh diri penderita gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten j. Mengetahui hubungan antara kehilangan fungsi dengan keinginan bunuh diri penderita gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten k. Mengetahui hubungan antara harapan penderita gangguan jiwa terhadap penyakitnya dengan keinginan bunuh diri penderita

7 gangguan jiwa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah dr RM Soedjarwadi Klaten D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan jiwa. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi bagi para pengajar, mahasiswa, dan peneliti selanjutnya tentang kemajuan riset keperawatan, khususnya riset di bidang keperawatan jiwa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pihak rumah sakit, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan peran serta keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa. b. Bagi keluarga pasien, sebagai fakta ilmiah bahwa ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan penderita gangguan jiwa. E. Penelitian Terkait Sebelum melakukan penelitian tentang fakto faktor yang behubungan dengan keinginan bunuh diri pada pasien gangguan jiwa dirsjd dr.rm.soedjarwadi Klaten, peneliti mendapatkan sebuah karya tulis ilmiah penelitian yang terkait dengan judul yang akan diteliti oleh peneliti, karya tulis ilmiah yang terkait dengan penelitian tersebut yaitu

8 berjudul faktor faktor yang mempengaruhi keinginan bunuh diri pada pasien Scizofrenia di Rumah Sakit Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan cara memberikan kuisoner yang sudah diuji coba untuk responden. Hasil penelitian ini yaitu semua faktor sangat mempengaruhi seperti tingkat pendapatan yang rendah, mekanisme koping, harga diri rendah. Menurut analisa penelitian ini hal yang menyebabkan adalah karena kurangnya dukungan dari pihak keluarga dan kurangnya dukungan suport mental. Pada penelitian yang akan diteliti ini sangat ada hubungannya dengan penelitian yang sebelumnya, seperti faktor faktor yang mempengaruhi keinginan bunuh diri. Penelitian ini melakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer di dapat langsung melalui bantuan kuisoner ( pasein gangguan jiwa di RSJD.dr.RM SOEDJARWADI Klaten). Dengan mengajukan berbagai pertanyaan mengenai faktor faktor yang akan diteliti oleh penelitian khususnya stigma keluarga, kehilangan suport mental, harapan tentang penyakit pasien,kehilangan fungsi sosial. Hasil dari pengumpulan kuisoner tersebut, dapat mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi keinginan bunuh diri pada pasien gangguan jiwa. Data sekunder diperoleh dari bagian diklat di RSJD dr.rm.soedjarwadi Klaten. Pada dasarnya penelitian yang di angkat oleh peneliti mempunyai tujuan yang sangat erat dengan penelitian yang sebelumnya. Mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi keinginan bunuh diri pada pasien gangguan jiwa.