PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGGUNAAN BALOK ANAK PADA STRUKTUR PELAT BETON BERTULANG

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5)

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

BAB III LANDASAN TEORI

DESAIN ULANG STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG PLAZA HOTEL ROCKY PADANG PROYEK AKHIR. Oleh : HAZMAL HERMAN

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB V PEMBAHASAN. bahan yang dipakai pada penulisan Tugas Akhir ini, untuk beton dipakai f c = 30

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

BAB III LANDASAN TEORI

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

Jl. Banyumas Wonosobo

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

SEMINAR TUGAS AKHIR 5 LOADING. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITS SURABAYA

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di zaman sekarang, perkembangan ilmu dan teknologi pada setiap bidang

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SEKOLAH DASAR IT AN NAWI KOTA METRO MENGACU PADA STANDAR NASIONAL INDONESIA

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

KEKUATAN BALOK BETON AKIBAT PEMUTUSAN PENGECORAN

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Studi Geser pada Balok Beton Bertulang

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

REKAYASA TULANGAN SENGKANG VERTIKAL PADA BALOK BETON BERTULANG

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG TUNJUNGAN PLAZA V SURABAYA DENGAN METODE SISTEM GANDA. Huriyan Ahmadus ABSTRAK

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

Perancangan Modifikasi Struktur Gedung Hotel Nawasaka Surabaya dengan Sistem Ganda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata-Kata kunci : Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, balok prategang parsial

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG GRAHA PENA SURABAYA DENGAN METODE FLAT SLAB

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

REDESAIN GEDUNG KANTOR JASA RAHARJA CABANG JAWA TENGAH JALAN SULTAN AGUNG - SEMARANG Muhammad Razi, Syaiful Anshari Windu Partono, Sukamta*)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

Transkripsi:

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA Shufiyah Rakhmawati, Koespiadi Program Studi Teknik Sipil, Universitas Narotama, Surabaya Email: shufiyah16@gmail.com ABSTRAK Proyek Tunjungan Plaza adalah proyek yang memiliki 50 lantai yang beberapa struktur baloknya menggunakan struktur balok prategang. Dihitung ulang dengan menggunakan struktur balok konvensional pada balok prategang lantai 1 5. Tedapat 43 balok. yang digunakan dalam perhitungan ini adalah gambar rencana dan harga satuan material dan upah kerja Surabaya tahun 2014. Desain beton bertulang menggunakan fc ' 30 Mpa dan fy 400 MPa untuk tulangan baja. Perhitungan struktur mengacu pada SNI 2847-2012. perhitungan gaya-gaya dalam dihitung dengan program analisa struktur. Hasil analisis adalah dimensi dan jumlah tulangan lentur dan geser lebih besar dan banyak dibandingkan dengan menggunakan struktur balok prategang. Biaya yang dibutuhkan jika menggunakan balok konvensional adalah Rp 4.968.950.000,00 dan balok prategang adalah Rp 2.212.800.000,00 prosentase deviasi antara balok prategang dan konvensional adalah 54,93 % Kata kunci : deviasi, konvensional, prategang, prosentase PENDAHULUAN Proyek Tunjungan Plaza 5 adalah salah satu pekerjaan vertikal yang berfungsi sebagai mall, dilakukan oleh PT. Pakuwon Jati, yang direncanakan beroperasi pada Agustus 2015. Bangunan tersebut memerlukan bentang panjang karena sehingga metode yang tepat untuk merencanakan balok pada bangunan konstruksi tersebut adalah metode perhitungan balok prategang. Menurut SNI 03-2847-2002, Beton prategang adalah Beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban.. Untuk memberikan gaya konsentris pada beton prategang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu pre-tensioned prestressed concrete (pratarik) dan Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik). Pada proyek ini menggunakan cara kerja Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik) dimana pada proyek ini usia beton 21 hari kekuatan beton diperkirakan 80%, barulah diberikan gaya konsentris dengan menarik kabel. Metode konstruksi beton prategang bisa dipastikan lebih efisien baik segi biaya, mutu maupun waktu. Oleh karena itu penulis akan menghitung prosentase deviasi biaya penggunaan beton prategang jika dibandingkan dengan beton konvensional pada proyek Tunjungan Plaza 5 Surabaya. METODE PENELITIAN Beton adalah campuran dari kombinasi beberapa material, yaitu agregat kasar, agregat halus, semen, air, dan bahan aditif jika diperlukan. Seperti yang kita ketahui beton merupakan bahan yang kuat menahan tekan tetapi lemah dalam menahan tarik. Untuk mengatasi kelemahan beton tersebut maka ditambahkan besi tulangan yang diharapkan mampu menahan tarik. Perpaduan antara beton dan tulangan inilah yang disebut dengan beton bertulang. Sependapat dengan SK SNI 2847-2013 beton bertulang (Reinforced concrete) adalah beton struktural yang ditulangi dengan tidak kurang dari jumlah baja prategang atau tulangan non-prategang minimum. Balok adalah elemen struktur yang menyalurkan beban-beban dari pelat lantai ke kolom penyangga vertical. (Dr. Edward G. Nawy P.E 1998 hal.61). Beton prategang adalah

HALAMAN 36 Beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban. Menurut SNI 7833-2012. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah dberikan gaya konsentris dengan menarik kabel tendon. Rencana Anggaran Biaya (RAB) suatu bangunan adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal ini disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja di masing-masing daerah. ( H. Bachtiar Ibrahim, 1993;3). Urutan Penelitian: 1) Pengumpulan data 2) Perhitungan Balok Konvensional (1) Perhitungan pembebanan (2) Analisa gaya dalam (3) Perhitungan penulangan struktur 3) Perhitungan RAB Balok Konvensional 4) Perhitungan RAB Balok Prategang 5) Perbandingan Biaya Balok Konvensional dan Prategang HASIL PENELITIAN Penulangan Balok G48 Lantai 1 Data-data Perencanaan : Data penulangan : Dimensi : 80/1200 Bentang (L) : 1527 cm Tebal decking (d ) : 4 cm Diameter tulangan (D): 25 mm Diameter sengkang : 16 mm Mutu tulangan (fy) : 400 MPa Mutu sengkang (fy) : 320 MPa Mutu beton (fc ) : 30 Mpa (1) Perhitungan Penulangan Lentur Daerah Tumpuan Momen lentur ultimate (Mu) negatif tumpuan kiri Mu = 136689,7 Kgm = 1366897000 Nmm Mn = = = 1822529333 Nmm x balance = = mm = 687,9 mm X max = 0,6 x x balance = 0,6 x 687,9 mm = 412,74 mm X min = d = 64,5 mm X rencana = 270 mm Cc = 0,85 x fc x b x X rencana = 0,85x30 Mpa x 600 mm x 270 mm = 5508000 N A sc = =

HALAMAN 37 = 13370 mm 2 Mnc = A sc x f y x = 13370 mm 2 x 400 Mpa x = 5571342000 Nmm Mns = Mn Mnc =1822529333Nmm- 5571342000 Nmm = -3748812667 Nmm Karena Mns < 0 maka digunakan tulangan tunggal ¼ Mn terbesar = ¼ x 1822529333 Nmm = 455632333,3 Nmm Perencanaan Tulangan Lentur Tunggal: ( ) ( ) Maka, Luasan Tulangan Lentur Tarik Pakai As= x b x d = 4129,014 mm 2 Jumlah Tulangan Lentur Tarik Pakai Luasan Tulangan Lentur Tarik As pasang = n pasang x luasan D lentur = 4415,625 mm 2 As = 0,5 x As

HALAMAN 38 = 2064,506 Jumlah Tulangan Lentur Tekan Pakai Luasan Tulangan Lentur Tekan As pasang = n pasang x luasan D lentur = 2453,13 mm 2 - Cek momen nominal aktual Mnc = A sc x f y x = 13770 mm 2 x 400 Mpa x = 6076478250 Nmm Mn = 1822529333Nmm < Mnc = 6076478250Nmm oke Perhitungan Penulangan Geser: V u1 = Mn Mn Wu.Ln Ln 2 = 15270 800 275 = 14195 mm L n 1) Momen pasang tumpuan negatif Dipasang tulangan tarik 4D25, As = 1964,28mm 2 Tinggi balok gaya tekan beton: M pr - = A sc x 1,25 x f y x = 4415,625 mm 2 x 1,25 x 400 Mpa x = 2411785560 Nmm 2) Momen pasang tumpuan positif Dipasang tulangan tarik 2D25, As = 982.14mm 2 Tinggi balok gaya tekan beton: M pr + = A sc x 1,25 x f y x = mm 2 x 1,25 x 400 Mpa x = 136379995 Nmm Gaya geser total pada muka tumpuan (muka kolom s/d 2h) : W u.l/2 = 3480939,275 N/m Wu = 45591,87 kg V e, M pr- M pr = Wu.L/2 L = = 3728560 N Vc = 0,17 λ x b w x d

HALAMAN 39 = 0,17 x 1 x x 800 x 1146,5 = 854030,921= 854,030 KN Kuat Geser Tulangan Geser: Vs min = 0,33 x b w x d = 0,33 x 800 x 1146,5 = 1657824,728 = 165,78 KN Vs max = 0,42 λ x b w x d = 0,42 x 1 x x 800 x 1146,5 =2109958,74N =2190,958KN 2Vs max = 2 x 0,42 λ x b w x d = 2 x0,42 x 1 x x 800 x 1164,5 = 4219,917 KN Vc = 0,85 x 854,0392 KN = 725,926 KN 0,5 Vc= 0,5 x 0,85 x 854,0392 KN = 362,96 KN Cek persyaratan: Kondisi 1 Vu 0,5 x Ø x Vc Tidak Perlu Tulangan Geser KN 362,96 KN (Tidak Memenuhi) Kondisi 2 0,5 x Ø x Vc Vu Ø x Vc Tulangan Geser Minimum 362,96 KN N 725,92 KN (Tidak Memenuhi) Kondisi 3 Ø x Vc Vu Ø (Vc + Vs min ) Tulangan Geser Minimum 725,92 KN N 2135,077 KN (Tidak Memenuhi) Kondisi 4 Ø (Vc + Vs min ) Vu Ø (Vc + Vs max ) Tulangan Geser 2135,077 KN 2519,39 KN (Tidak Memenuhi) Kondisi 5 Ø (Vc + Vs min ) Vu Ø (Vc + 2Vs max ) Tulangan Geser 2519,39 KN 4312,86 KN (Memenuhi) Digunakan persyaratan pada kondisi Kelima Sengkang pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm dari muka tumpuan. Direncanakan menggunakan tulangan geser Ø10 mm dengan 4 kaki, maka luasan tulangan geser : Jarak Tulangan Geser Perlu (S perlu )

HALAMAN 40 Maka dipasang jarak 80 mm antar tulangan geser Rekapitulasi biaya balok prategang: 4 G48 Bekisting 14.640 30.20 m 2 Rp 398,000 Rp 12,019,441 Pembesian Ulir 14.640 594.84 kg Rp 25,580 Rp 15,215,894 Pembesian Polos 14.640 195.83 kg Rp 25,580 Rp 5,009,335 Beton 14.640 4.68 m 3 Rp 1,390,594 Rp 6,514,655 Prategang 14.640 190.32 m' Rp 32,331 Rp 6,153,236 Total Biaya Balok Rp 44,912,561 Rekapitulasi biaya balok konvensional: 4 G48 Bekisting 47.79 m 2 Rp 398,000 Rp 19,021,057 Pembesian Ulir 696.20 kg Rp 25,580 Rp 17,808,782 Pembesian Polos 1501.18 kg Rp 25,580 Rp 38,400,268 Beton 14.05 m 3 Rp 1,390,594 Rp 19,543,964 Prategang - m' - - Total Biaya Balok Rp 94,774,071 Perhitungan deviasi biaya konstruksi balok konvensional dan balok prategang: Lan Balok Konvensional Balok Prategang Deviasi tai Biaya Biaya Biaya Prosentase 1 Rp 355,950,000 Rp 733,370,000 Rp 377,420,000 51.46% 2 Rp 463,450,000 Rp 1,137,890,000 Rp 674,440,000 59.27% 3 Rp 515,910,000 Rp 1,169,300,000 Rp 653,390,000 55.88% 4 Rp 463,450,000 Rp 1,091,820,000 Rp 628,370,000 57.55% 5 Rp 414,040,000 Rp 836,570,000 Rp 422,530,000 50.51% Rp 2,212,800,000 Rp 4,968,950,000 Rp 2,756,150,000 54.93% KESIMPULAN Dimensi yang dihasilkan balok prategang pada proyek TP5 dengan cara perhitungan konvensional jauh lebih besar jika dibandingkan dengan balok prategang, sehingga biaya yang ditmbulkan juga lebih besar prosentase deviasi biaya perbandinganya adalah 54,93 % DAFTAR PUSTAKA Nawy, E.G, Tavio, Kusuma, B, Beton Bertulang Sebuah Pendekatan Mendasar, Jilid 1 dan 2 Bowles E. Joseph. 1999. Analisa dan Desain Pondasi Jilid 2. Jakarta: Erlangga Bachtiar, H. Ibrahim. 1993. Rencana Anggaran Biaya, Erlangga, Jakarta Kusuma, Gideon, Vis, W. C. 1993. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk gedung (PPIUG 1983) Rasidi, Nawir, Sugiarti, 2008, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013), Politeknik Universitas Brawijaya, Malang. Wang, C.K, Salmon, C.G. 1990, Desain Beton Bertulang, Edisi ke 4 Jilid 1.

Jakarta: Erlangga HALAMAN 2