BAB I PENDAHULUAN. manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEDISIPLINAN BERLALU LINTAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I. PENDAHULUAN. mudah dijumpai, dari jalanan Ibukota sampai di daerah-daerah bisa dipastikan ada

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. banyak permasalahan seperti persoalan ketertiban, kelancaran, dan keselamatan lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR DI BANDUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI JALAN LAKSDA ADISUCIPTO, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dampak secara langsung kepadatan lalu lintas di berbagai daerah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi kemacetan lalu lintas dan berbagai gangguan lalu lintas lainnya. termasuk ancaman keselamatan lalu lintas.

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor

Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata 1. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERAN KLUB MOTOR DALAM PEMBENTUKAN PRILAKU BERKENDARAAN YANG AMAN (SAFETY RIDING)

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB I PENDAHULUAN. dengan catatan korban dari usia 15 hingga 19 tahun yang tertinggi mencapai 3.841

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar, mulai dari kegiatan hidup tunggal yang paling sederhana sampai pada kegiatan hidup yang paling kompleks dan selalu menimbulkan dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Transportasi selalu menjadi pembicaraan karena di pandang dapat menghemat waktu dalam memindahkan sebuah objek dari satu tempat ketempat yang lain. Namun dalam perkembangannya transportasi juga menjadi salah satu penyebab kematian dalam masyarakat yang di akibatkan oleh kecelakaan salah satunya seperti yang di muat dalam harian Analisa tanggal 15 oktober 2012. Medan, (Analisa). Empat pengendara sepeda motor dikabarkan meninggal dunia akibat kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Kapten Sumarsono depan Panglong Jaya Abadi dan Jalan Cinta Karya, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Minggu (14/10) dinihari.berdasarkan informasi yang dihimpun di Sat Lantas Polresta Medan, Minggu sore, awalnya kecelakaan maut terjadi di Jalan Kapten Sumarsono tepat di depan Panglong Jaya Abadi di mana tiga remaja diduga tewas di tempat akibat tabrakan antara dua sepeda motor Suzuki Spin dengan Yamaha Vixion.Tiga korban 11

tewas antara lain Yudi Wahyudi (16) warga Jalan Dusun VI Pringgan Karya V Helvetia yang menaiki Suzuki Spin, Yudistira (16) dan Kalay (16) keduanya warga Jalan Bambu, Kecamatan Medan Timur. Sedangkan seorang lagi Mahendra Janu (16) warga Jalan Veteran Pasar VI selamat dari kecelakaan maut dan saat ini mendapat perawatan di RS Martha Friska. (www.analisadaily.com) di akses pada hari minggu tanggal 9 Desember 2012 pukul 12.21 WIB ). Hal tersebut menunjukan bahwa berkendara yang aman (safety riding) penting untuk di implementasikan oleh seluruh unsur masyarakat dalam mengunakan sarana transportasi. Berkendara yang aman (safety riding) sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman (safety riding) bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir dampak dari kecelakaan. Masyarakat sebagai subjek hukum harus patuh dan disiplin terhadap standart berkendara yang aman (safety riding) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dengan menerapkan berkendara yang aman (safety riding) maka akan menciptakan lalu lintas yang lancar dan aman bagi seluruh penggunanya. Memang tidak mudah untuk memahami manfaat dari berkendara yang aman (safety riding) yang baik, karena dianggap tidak nyaman dan membuang waktu terkadang terasa lebih menguntungkan apabila tidak mematuhi standar berkendara yang aman (safety riding) itu sendiri. Masalah kedisiplinan dalam penggunaan berkendara yang aman (safety riding) berlalu lintas yang buruk merupakan fenomena yang terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Masalah ini mencakup seluruh kalangan baik masyarakat yang berpendapatan tinggi maupun dengan masyarak yang 12

berpenghasilan rendah, ini menunjukan masalah kedisiplinan bukan berasal dari perbedaan kesenjangan di masyarakat namun lebih kepada kesadaran diri untuk lebih mengutamakan keselamatan di jalan raya. Di Indonesia pemerintah pernah menyerukan gerakan disiplin nasional dalam kehidupan bermasyarakat yang dimulai dari disiplin di jalan raya. Salah satu wujudnya yaitu dengan mengeluarkan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atau lebih dikenal sebagai UULAJR. Adanya UULAJR diharapkan masyarakat dapat memahami dan melaksanakan undang-undang tersebut sebagai pedoman dalam disiplin berlalu lintas, tetapi kenyataannya masih banyak ditemui pelanggaran yang dilakukan oleh para pengguna jalan. Di beberapa tempat dapat dijumpai sejumlah kendaraan umum seperti angkot atau bus kota yang berhenti sembarangan padahal terdapat rambu dilarang berhenti, sepeda motor melewati trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki, berjalan melawan arus, berputar arah sembarangan, berkendara tanpa memiliki surat-surat yang lengkap, kebut-kebutan dan bermanuver di jalan yang padat serta tidak mengunakan helm sebagai standar keselamatan yang paling pokok bagi pengguna sepeda motor. Fenomena ketidakdisiplinan masyarakat mengunakan safety riding dalam berlalu lintas ini salah satunya didukung oleh data Direktorat Polda Sumut. Pada tahun 2008 terjadi 1.239 kecelakaan dengan korban manusia mencapai 2.314 orang, 518 orang diantaranya meninggal dunia, 1.203 orang mengalami luka berat, dan 896 orang mengalami luka ringan. Pada tahun 2009 terjadi 1.556 kecelakaandengan korban manusia mencapai 2.700 orang, 877 orang meninggal dunia, 846 orang luka berat, dan 977 orang luka ringan. Sedangkan pada tahun 2010 terjadi 1.840 13

kecelakaan dengan korban manusia mencapai 2.860 orang,.891 orang diantaranya meninggal dunia 275 orang luka ringan, dan 1.694 orang luka ringan. Pada uraian di atas terlihat bahwa jumlah kecelakaan masih sangat tinggi dan relatif tidak menurun dari tahun ketahun. Menurut WHO angka kematian dan kecelakaan akibat pemakaian sepeda motor tertinggi di negara Asia. Menurut Hisashi Ogawa peneliti WHO tingginya angka kecelakaan lalu lintas pada pengguna sepeda motor terutama di negara yang sedang berkembang disebabkan: 1. Infrastruktur yang kurang baik. 2. Kurangnya disiplin pengguna sepeda motor dalam berkendaraan, mematuhi peraturan lalu lintas dan memperhatikan kelayakan atas kendaraannya (layak jalan). 3. Kurangnya mempergunakan perlengkapan pengaman diri untuk kecelakaan/saefty Riding. 4. Memperoleh izin mengendara/sim tanpa tes yang ketat. Pada negara maju peraturan lalu lintasnya mewajibkan pengguna sepeda motor melengkapi diri dengan Berkendara yang aman (safety riding) yang tujuannya adalah: 1. Memperbaiki/meningkatkan perhatian dan penglihatan dari pengendara kendaraan lain terhadap keberadaan sepeda motor, sehingga dapat dihindari kecelakaan lalu lintas. 2. Menghindari/mencegah luka-luka pada permukaan tubuh. 14

3. Sebagai padding atau pelindung tubuh (lutut, bahu, dan siku) dari benturan yang kuat. 4. Melindungi diri dari pengaruh cuaca seperti angin ribut, hujan, dan kedinginan. 5. Menekan tingkat kecelakaan yang terjadi setiap tahunnya Pengendara memegang peranan vital dalam berlalu lintas. Temuan di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan penyebab utamadari kecelakaan lalulintas. Di Indonesia, menurut data statistik Polri mencatat angka sebesar 84% sedangkan data Departemen Perhubungan sebesar 86,8% setiap kecelakaan disebabkan oleh faktor pengemudi, mulai dari berkendara tanpa perlengkapan yang memadai, pelanggaran rambu-rambu dan pengatur lalu lintas, teknik dan kemampuan berkendara yang tidak benar hingga berkendara dalam kontrol yang buruk seperti mengantuk, mabuk alkohol atau narkoba. 91% kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh human error, 5% disebabkan faktor kendaraan, 3% faktor jalan dan 1% oleh faktor lingkungan. Faktor human eror menjadi penyumbang terbesar karena masyarakat tidak mematuhi peraturan lalu lintas atau berperilaku yang tidak terpuji selama berada di jalan raya. (www.docstoc.com Education College diakses hari Minggu 22 February 2012 pukul 10.00 WIB). Perilaku seorang pengendara dipengaruhi oleh faktor luar berupa keadaan sekelilingnya, cuaca, daerah pandangan serta penerangan jalan di malam hari. Selain itu juga di pengaruhi emosinya sendiri seperti sifat tidak sabar dan marah-marah. 15

Seorang pengendara yang sudah hafal dengan jalan yang dilaluinya akan berbeda sifatnya dengan seorang pengemudi pada jalan yang belum dikenalnya. Dalam hal ini yang terakhir, pengemudi cenderung untuk mengikuti kelakuan pengemudipengemudi yang lainnya (Alik Ansyori, 2008 : 8). Pada dasarnya penanaman disiplin berlalu lintas tidak hanya di bebankan ke sekolah dalam memberikan sosialisasi serta demonstrasi tertib berlalu lintas, tetapi juga melalui praktek-praktek di kesehariannya misalnya secara bergantian murid dilibatkan dalam membantu teman-temannya dan warga sekitar untuk menyeberang jalan di depan sekolah. Selain itu disiplin tidak hanya ditujukan bagi golongan tertentu saja melainkan harus ada pada setiap warga negara termasuk didalamnya para remaja. Pada tahap remaja, seseorang akan tertarik pada kelompok sebaya karena remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan sikap yang sama sehingga banyak melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu luangnya Salah satu bentuk kelompok di kalangan remaja adalah klub motor. Berkembangnya klub motor atau komunitas bikers di Kota Medan merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif. Situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat adalah klub motor melakukan tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat seperti balapan liar, mabuk-mabukan, tawuran, maupun narkoba. Bahkan komunitas bikers dianggap sebagai mesin penghasil generasi yang anarkis karena perilaku anggota klub motor di jalan terkadang mengganggu kenyamanan dan keamanan, misalnya saat konvoi di 16

jalan raya. Rombongan konvoi ini seolah-olah menjadi penguasa jalan sehingga pengguna jalan yang lain harus mengalah, apabila tidak mau maka mereka tidak segan-segan untuk melakukan tindakan intimidasi berupa makian, ancaman bahkan tindak kekerasan pada pengguna jalan lain yang juga memiliki hak yang sama atas penggunaan jalan umum. Namun pada kenyataannya kelompok - kelompok bermotor tidak hanya di dominasi oleh klub motor saja namun ada juga klompok motor yang menamakan diri mereka sebagai Geng motor. Jika di cermati terdapat perbedaan yang mendasar antara Klub motor dan Geng motor yakni, Klub motor adalah sebuah kelompok yang dengan sengaja di bentuk sebagai wadah untuk menyalurkan hoby mereka di bidang otomotif, dan klub motor memiliki struktur organisasi dan Angaran Dasar Aturan Rumah Tangga (ADART) yang jelas beserta dengan peraturan yang mengikat para anggotanya. Salah satu klub yang ada di kota medan adalah STiC (Suzuki Thunder Independen Club). Klub yang berdiri pada tangal 8 bulan juni tahun 2008 ini memiliki peraturan yang harus di patuhi oleh setiap anggotanya. Seperti peraturan yang ada pada umumnya jika ada anggota yang melanggar aturan tersebut seperti tidak mematuhi safety riding maka akan di beri sanksi oleh pengurus klub, Sanksi yang diberikan mulai dari denda sampai pemecatan dari keanggotaan. Sedangkan tujuan dari terbentuknya Geng motor adalah sebagai wadah untuk menancapkan eksistensi klompoknya di dalam masyarakat dengan cara mebuat keonaran, ugalugalan di jalan raya, serta melakukan tindakan kriminal terhadap pengguna jalan yang lain. 17

Banyak sisi positif yang dapat digali dari keberadaan klub motor antara lain sebagai wadah untuk mensosialisasikan berkendara yang aman (safety riding) kepada para anggotanya dan juga bisa saling berdiskusi atau tukar pengalaman mengenai tips servis atau modifikasi sehingga dapat menambah pengetahuan akan seluk-beluk mengenai motor. Bahkan pengetahuan yang diperoleh bisa dijadikan modal di masa depan yaitu dengan membuka usaha bengkel servis atau modifikasi motor. Di setiap klub motor pasti memiliki struktur organisasi dan pada waktu-waktu tertentu anggota klub motor ini berkumpul untuk mengadakan kegiatan touring ke berbagai daerah, mengikuti pameran otomotif, lomba modifikasi motor bahkan mengadakan bakti sosial seperti sunatan massal, donor darah atau peduli korban bencana alam. Selain itu, di beberapa klub motor juga mengadakan acara khusus untuk melatih dan memberi pendidikan tentang keselamatan dan keamanan dalam berkendara (berkendara yang aman (safety riding)) dengan melibatkan beberapa vendor sebagai sponsor. Begitu juga yang dilakukan oleh klub motor STiC, dalam kegiatannya pengurus selalu menyisipkan agenda untuk menambah pengetahuan anggotanya tentang seluk beluk speda motor serta prilaku yang baik dalam berkendara. Setiap bulannya, pada minggu kedua mereka memberikan pengetahuan tentang bagaimana berkendaraan yang baik dan aman dan pada minggu ketiga mereka memberikan pengetahuan tentang kendaraan bermotor (sepeda motor). Dalam penerapannya di lapangan khususnya sewaktu melakukan konvoi setiap anggota selalu di awasi oleh 18

sweeper (Orang yang bertugas untuk menjaga konvoi) jika di temukan pelanggaran dalam setiap konvoi maka akan di kenakan sangsi oleh pengurus. Faktor yang mempengaruhi remaja sehingga mampu mengendalikan dirinya termasuk mengendalikan kesadaran dan menerapkan prilaku berkendara yang aman (safety riding) dalam berlalu lintas adalah peran dari kelompok. Pada hakikatnya peran kelompok sebagai penguat identitas (identity), peneguh harapan (expectations), membuat positif persepsi (perception), dan pengurangan konflik (conflict). (Sentot Imam Wahjono, 2010 : 151). Remaja lebih mudah untuk di pengaruhi oleh apa yang dianggap kelompok mereka sebagai cara yang terbaik dari pada pendirian mereka sendiri. Tidak mudah bagi remaja untuk mengikatkan dirinya pada suatu kelompok karena setiap kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Remaja menyadari dan beranggapan bahwa penerimaan sosial dipengaruhi kesan penilaian orang lain terhadap dirinya sehingga banyak remaja melakukan usaha agar dapat diterima oleh lingkungannya sosialnya. Sehingga dari hal diatas peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian tentang Peran Klub Motor Terhadap Pembentukan Perilaku Berkendara yang aman (safety riding) Kepada Para Anggotanya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah Bagaimanakah Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara yang aman (safety riding) Kepada Para Anggotanya? 19

1.3 Tujuan Penelitian Secara umum kegiatan penelitian dilakukan dengan suatu tujuan pokok yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana peran klub motor dalam pembentukan prilaku berkendara yang aman (safety riding). 2. Untuk mengetahui siapa yang berperan dalam pembentukan prilaku berkendara yang aman (safety riding) dalam klub motor. 1.4 Manfaat penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi manfaat penelitian adalah: 1.4.1 Manfaat teoritis 1. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir peneliti melalui karya ilmiah, sekaligus penerapan ilmu pengatahuan yang talah di peroleh 2. Untuk lebih memahami Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara yang aman (safety riding) 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang berisikan tentang Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara yang aman (safety riding) 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 20

1.5. Defenisi Konsep 1. Berkendara yang aman (safety riding) Berkendara yang aman (safety riding) suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya. 2. Perilaku Berkendara yang aman (safety riding) Prilaku Berkendara yang aman (safety riding) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah sikap yang wajib dimiliki dan di patuhi oleh setiap pengendara, baik roda dua maupun roda empat, dimana setiap pengendara yang tidak memiliki prilaku berkendara yang aman (safety riding) dapat diberi sangsi sesuai undang-undang yang berlaku. Namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah prilaku berkendara yang aman (safety riding) bagi pengendara roda dua (sepeda motor). 3. Klub Motor Klub motor yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah kelompok yang dengan sengaja di bentuk sebagai wadah untuk menyalurkan hoby mereka di bidang otomotif, dan klub motor memiliki struktur organisasi dan Angaran Dasar Aturan Rumah Tangga (ADART) yang jelas beserta dengan peraturan yang mengikat para anggotanya. 21

4. Remaja Remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa, dimana pada saat ini adalah masa yang paling berat kareana pada saat remaja adalah masa dimana seseorang sedang mencari jati dirinya. 5. STiC STiC pada dasarnya merupakan sebuah singkatan dari Suzuki Thunder Independen Club yang merupakan salah satu kelompok sosial yang berorientasi pada kendaran otomotif khususnya sepeda motor yang tebentuk pada tanggal 8 bulan 6 tahun 2008 di Medan 22