PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan pilihan kata yang sesuai di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Gorontalo

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS XI SMK PASUNDAN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

sebuah kelas ataupun dalam mengerjakan sesuatu.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. a. Pengertian Kemampuan Berbicara

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X MAN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA STANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

Oleh: lis Supriyati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui. Metode Tanya Jawab Pada Anak Usia 4-5 Tahun

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI BERDASARKAN LIRIK LAGU SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

III PROSEDUR PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

Istarani (2012 : 87), memaparkan pendapatnya mengenai keunggulan model pembelajaran Group Investigation, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI DENGAN MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK TAMTAMA PREMBUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

MODEL SIMULASI KREATIF BERBANTU MEDIA VIDEO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB III METODE PENELITIAN. dialog interaktif dalam rekaman televisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 19

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat diragukan lagi. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

Kata kunci: paragraf deskripsi, metode pembelajaran di luar ruang kelas

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK BATIK PERBAIK PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

PENERAPAN METODE PANGALIRAN IMAJI (IMAGE STREAMING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

EFEKTIVITAS METODE PEMODELAN TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF OLEH SISWA KELAS IX

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

Transkripsi:

58 PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Sri Utami Universitas Wisnuwardhana Malang ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa Indonesia memerlukan pendekatan belajar yang perlu dilakukan sebagai alat penunjang Kegiatan Belajar Mengajar. Dalam pembelajaran di sekolah baik Sekolah Dasar [SD], Sekolah Menengah Pertama [SMP], maupun Sekolah Menengah Atas [SMA] mata pelajaran yang diajarkan salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di SD, SMP, maupun SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan komunikatif dengan menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kemampuan berbicara siswa. Dari hasil pengujian hipotesis dengan uji-t diketahui bahwa H1 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional di kelas control dan kemampuan berbicara siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan komunikatif di kelas eksperimen. Hasil pengujian sekaligus membuktikan bahwa ada pengaruh kemampuan berbicara siswa terjadi karena perbedaan perlakuan yang diberikan kepada setiap kelompok siswa. Kata kunci: pengaruh, pendekatan komunikatif, berbicara PENDAHULUAN Kemajuan teknologi tidak terlepas dari pendidikan membaca, anak-anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara, salah satunya dengan berbicara atau berbahasa. Dalam arti luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Salah satu pendekatan yang diajarkan pada pelajaran bahasa Indonesia adalah pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Pendekatan komunikatif siswa diajarkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam hidup sehari-hari.dengan kata lain, pendekatan komunikatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang mengarahkan pada pembelajaran komunikasi yang tujuannya agar tujuan dari bahasa dapat tercapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

59 Pendekatan komunikatif memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan Finoccaro dan Brumfit, sebagai berikut: 1] Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan struktur dan bahan bahasa; 2] Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi, bukan mempelajari struktur, bunyi atau kosakata secara terpisahpisah; 3] Tujuan yang ingin dicapai adalah kemempuan komunikasi (communicative competence), yaitu kemampun menggunakan sistem bahasa secara efektif dan betul; 4] Kelancaran menggunakan bahasa yang dapat diterima, menjadi tujun utama yang ingin dicapai. Keakuratan penggunaan bahasa dilihat dari konteks penggunaannya; 5] Materi pelajaran disusun dan ditahapkan melelui pertimbangan isi, fungsi, atau makna yang menarik; 6] Variasi kebahasaan merupakan konsep sentral dalam materi pelajaran dan metodologi; 7] Apabila diperlukan dan berguna bagi siswa, penerjemahan dapat dilakukan; 8] Jika diperlukan campur kode dengan bahasa ibu dapat dilakukan; 9] Dialog, jika digunakan, berkisar pada fungsi-fungsi komunikatif dan biasanya tdak dihafalkan; 10] Bukan ucapan yang persis seperti ucapan penutur asli yang dicari, tetapi ucapan yang dapat dipahami; 11] Usaha untuk berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan; 12] Bahasa yang diciptakan oleh individuindividu sering kali melalui trial and error; 13] Guru membantu siswa dengan cara apa pun yang mendorong siswa menggunakan bahasa yang dipelajari; dan 14] Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kerja berpasangan atau kelompok, baik secara langsung maupun melalui tulisan. Adapun tujuan pengajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif ialah untuk: a) mengembangkan komunikasi komunikatif siswa, yaitu kemampuan menggunakan bahasa yang dipelajari itu untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi dan konteks, dan b) meningkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam berkomunikasi. Dalam pendekatan komunikatif terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Salah satunya adalah metode simulasi. Metode simulasi merupakan cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh suatu pemahamantentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Adapun tujuan penggunaan metode simulasi adalah sebagai berikut; 1) melatih keterampilan tertentu yang bersifat praktis bagi kehidupan sehari- hari, 2] membantu mengembangkan sikap percaya diri pedeserta didik, 3] mengembangkan persuasi dan komunikasi, 4] melatih peserta didik memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dapat digunakan memecahkan masalah, 5] meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip yang dipelajari, dan 6] meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan peserta didik dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. Dalam pembelajaran memerlukan pendekatan belajar yang perlu dilakukan sebagai alat penunjang kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD, SMP, maupun SMA. Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia mengarah pada pencapaian tujuan yang mengutamakan pemerolehan keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi. Pendekatan komunikatif siswa diajarkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya agar siswa memahami pembelajaran tersebut lebih bermakna. Pada pendekatan

60 komunikatif ini ada beberapa metode yang dapat digunakan, misalnya dengan menggunakan metode simulasi. Metode ini merupakan cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh suatu pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Pada metode simulasi, siswa dilibatkan langsung dalam situasi yang nyata. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia meliputi beberapa aspek yaitu: (1) mendengar, ialah mendengarkan, memahami, memberikan tanggapan terhadap gagasan, pendapat, kritikan dan perasaan orang lain dalam berbagai bentuk wacana lisan, (2) berbicara, ialah berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, kritikan, perasaan, dalam bentuk kepada berbagai mitra bicara sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan, (3) membaca, yaitu membaca dan memahami berbagai jenis wacana, baik secara tersurat maupun tersirat untuk berbagai tujuan, dan (4) menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks. Berbicara yang merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara (Nurgiyantoro, 2001:276). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 2008:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Jadi, pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan. Tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut: a] mendorong atau menstimulasi, b] meyakinkan, c] menggerakkan, d] menginformasikan, dan e] menghibur.

61 Selanjutnya, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yang akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan berbicara yaitu faktor pembicara dan pendengar. Sebagai pembicara yang harus diperhatikan oleh pembicara adalah: 1] Pokok pembicaraan hendaklah bermanfaat, menarik, sesuai dengan daya tangkap pendengar dan sedikitnya sudah diketahui oleh pendengar, dan 2] Bahasa kaitannya dengan bahasa terbagi dua yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara. Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa ahli bahasa telah mendefinisikan pengertian berbicara, diantaranya sebagai berikut. Hariyadi dan Zamzami (1996/1997:13) mengatakan berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dari pengertian yang sudah disebutkan dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain. Burhan Nurgiyantoro (2001:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara yang merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasangagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak (Mulgrave dalam Tarigan, 2008:16). Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah ia bersikap tenang atau dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Faktor kebahasaan yang terkait dengan ketrampilan berbicara antara lain : [a] ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi; [b] penempatan tekanan, nada, jeda, intonasi dan ritme; [c] pemilihan kata dan ungkapan yang baik, konkret dan bervariasi; dan [d] ketepatan susunan penuturan. a) Ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi Pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak sama. Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubahubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu

62 b) Penempatan tekanan, nada, jeda, intonasi dan ritme Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang. c) Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, konkret dan bervariasi Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksunya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara. Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara (pendengar). d) Ketepatan susunan penuturan Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap tidaknya unsurunsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada kompak tidaknya hubungan pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian kalimat ditandai dengan adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal atau akhir kalimat. Berlangsungnya kegiatan berbicara menunjukkan adanya hubungan interaksi antara pembicara dengan pendengar. Interaksi dapat berlangsung satu arah, dua arah atau multi arah (Isjoni: 2010). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan komunikatif dengan menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kemampuan berbicara siswa. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII. Jadi populasi adalah semua benda yang tinggal secarabersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi kesimpulan menjadiakhir dari suatu penelitian. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan komunikatif denganmenggunakan metode simulasi, sedangkan variabel terikatnya adalahkemampuan berbicara siswa.

63 Pendekatan komunikatif dengan menggunakan metode simulasi merupakan pendekatan dan metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, siswa belajar denga melakukan suatu dialog secara berkelompok. Kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia dalampenelitian ini berupa tes kekompakan siswa saat melakukan pembelajaran, sebelum dan sesudah diberikan pendekatan komunikatif dengan metode simulasi. Untuk menentukan tingkat kemampuan berbicara digunakan alat penilaian yang terdiri dari komponen-komponen tekanan, tata bahasa, kosa kata, kefasihan dan pemahaman. penilaian tiap komponen tersebut disusun secara berkala: 1 sampai dengan 6, skor 1 berarti sangat kurang, sedang skor 6 berarti sangat baik. Adapun deskripsi kefasihan (proficiency description) untuk masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut: a) tekanan, b) tata aahasa, c) kosa kata, d) kelancaran, e) pemahaman. Penyekoran dan penafsiran hasil berbicara dilakukan dengan menggunakan tabel pembobotan (weighting table) seperti yang ditunjukkan dibawah ini. Untuk mengetahui apakah hasil kemampuan berbicara siswa yang menggunakan pendekatan komunikatif dan pendekatan ekspositori berdistribusi normal atau tidak, dilakukan perhitungan uji normalitas dengan menggunakan uji lilliefors. Angka-angka dalam tabel yang dimaksud hendaknya dilihat secara horisontal. Angka 1 sampai dengan 6 pada larik paling atas adalah skala tingkatan kemampuan atau deskripsi kefasihan. Penafsiran terhadap jumlah skor di atas dilakukan dengan mempergunakan (mencocokkan) tabel konversi sebagai berikut. Tabel 3.2 Tabel Konversi Tingkat Kefasihan 16 25 26-32 33-42 43-52 53-62 63-72 73-82 83-92 93 99 0+*) 1 1+ 2 2+ 3 3+ 4 4+

64 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis melalui perhitungan dari rumus uji-t darikelas kontrol dan kels eksperimen untuk data kemampuan berbicara siswa kelas VII pada pokok bahasan dialog dengan metode konvensional, diperoleh nilai tertinggi 91 dan terendah 50 dengan rata-rata 67,93 dan standar deviasi116,34. Hasil yang didapat dari kemampuan berbicara siswa kelas VII pada pokok bahasan dialog dengan pendekatan komunikatif diperoleh nilai tertinggi 96 dan terendah 55 dengan rata-rata 78,3 dan standar deviasi 143,56. Dari hasil pengujian hipotesis dengan uji-t diketahui bahwa H1 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicarasiswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional di kelas controldan kemampuan berbicara siswa yang diajar dengan menggunakanpendekatan komunikatif di kelas eksperimen. Hasil pengujian sekaligus membuktikan bahwa ada pengaruh kemampuan berbicara siswa terjadi karena perbedaan perlakuan yang diberikan kepada setiap kelompok siswa.

65 PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat pengaruh yang sangat besar pada kemampuan berbicara siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan komunikatif daripada dikelas konvensional. Data tersebut menunjukka bahwa dengan menggunakan metode komunikatif hasil kemampuan berbicara siswa lebih besar. Penggunaan pendekatan komunikatif dapat dijadikan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk guru dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia siswa sekolah dasar. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka guru hendaknya mengetahui setiap masalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajar mengajar dan berusaha untuk menanggulangi masalah tersebut. Untuk itu semua guru lebih meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara. Selain itu hendaknya guru bahasa Indonesia lebih memperhatikan cara membaca dan intonasi anak saat membaca di sekolah terutama pada topik atau tema

66 yang berkenaan dengan cerita. Kepada para siswa penulis menyarankan agar dapat membaca dan berbicara sesuai dengan tanda baca yang benar. DAFTAR PUSTAKA Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi IhsanMulia. Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi aksara Isjoni. 2010. Keterampilan Berbicara dan konsep dasar berbicara. Bandung: Alfabeta. N.K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jkarta : Rajawali Pers Sudjono, N. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Al gesindo Sugiono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. Usman, U, Muh. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.