LAPORAN PENELITIAN TIM POLITIK DALAM NEGERI DINAMIKA PELAKSANAAN PERSANDIAN DI PEMERINTAHAN DAERAH. Oleh: PRAYUDI AHMAD BUDIMAN ARYOJATI ARDIPANDANTO

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

Executive Summary PENELITIAN ANALISIS KEBUTUHAN PENGGUNA DALAM PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI (TIK)

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 7 TAHUN 2017

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Laporan Layanan Informasi Publik Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR :115 TAHUN 2017 TENTANG

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PENELITIAN TIM POLITIK DALAM NEGERI TATA KELOLA CYBER-SECURITY PADA PEMERINTAHAN DAERAH. Oleh:

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN BUPATI SUMEDANG NOMOR: 489/KEP.479-HUK/2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN INFORMASI BERKLASIFIKASI MILIK PEMERINTAH BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 91 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENGOLAHAN DATA TELEMATIKA KABUPATEN BANTUL

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2016, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN INFORMASI BERKLASIFIKASI MILIK PEMERINTAH

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai target capaian organisasi dalam visi-misi. Tentunya, aspek SDM baik dari

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Daerah Istimewa Yogyakarta

Independensi Integritas Profesionalisme

PENGADUAN PELAYANAN SALAH SATU BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENYELENGGARAAN PERSANDIAN UNTUK PENGAMANAN INFORMASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

-1- PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN MATERIIL SANDI DI INSTANSI PEMERINTAH

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

BAB V PENUTUP. pemerintahan daerah masih cukup rendah. Komitmen Pemkab Sleman baru hanya

BAB V PENUTUP. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR LAYANAN PENGADAAN

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL T E N T A N G

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

Bunga Rampai Model Penyelenggaraan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA, SEKRETARIAT DPRD DAN STAF AHLI KOTA MOJOKERTO

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

PEMERINTAH KOTA PADANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN TIM POLITIK DALAM NEGERI DINAMIKA PELAKSANAAN PERSANDIAN DI PEMERINTAHAN DAERAH Oleh: PRAYUDI AHMAD BUDIMAN ARYOJATI ARDIPANDANTO PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI JAKARTA 2016 1

EXECUTIVE SUMMARY A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini beranjak dari latar belakang masalah yang terkait dengan masalah penyelenggaraan persandian khususnya yang terjadi di pemerintah daerah (pemda). Penyelenggaraan pengamanan persandian adalah rangkaian kegiatan dan tindakan pencegahan atau penanggulangan yang dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk melindungi kelangsungan persandian dari segala hakekat ancaman dan gangguan dalam satu kesatuan Sistem Persandian Negara. Banyaknya kasus penyimpangan Pemda di beberapa daerah tertentu, yang berujung pada penahanan kepala daerah/wakil kepala daerah/ anggota DPRD, atau aparat pemda berwenang lainnya, menjadi peringatan agar prinsip kerahasiaan melalui persandian yang dibangun tidak justru dimanfaatkan untuk kepentingan sempit perorangan, kelompok, atau jangka pendek lainnya.urusan persandian menjadi hal yang krusial dan sekaligus dapat menjadi dilema tersendiri bagi pemda dalam pengelolaan urusannya. Konteks politik dalam pengelolaan urusan persandian sangat kuat berkorelasi dengan tingkat kepercayaan publik yang pada gilirannya menjadi basis bagi legitimasi pemerintahan setempat. Diskresi yang dimiliki birokrat misalnya, merupakan elemen esensial dalam proses pemerintahan yang demokratis. Penyalahgunaan diskresi dan kewenangan pubik akan mendistorsi proses demokrasi dan pembuatan kebijakan publik. Pada tahun ini, pemerintah telah berkomitmen untuk mengintensifkan monitoring penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disetiap provinsi, kabupaten, dan kota. Komitmen ini diletakkan harapan agar penyerapan anggaran tahun 2016 dapat berjalan maksimal. Sehubungan komitmen ini, diupayakan keberadaan aturan hukum yang menghambat penyerapan anggaran juga akan dicabut. Penyerapan APBD provinsi tahun 2015 yang hanya 78,3 persen atau turun dari tahun sebelumnya, yaitu di tahun 2014 yang mencapai 86, 2 persen. Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo mengatakan, bahwa fihaknya menginstruksikan pejabat eselon I hingga IV di lingkungan Kemendagri untuk rajin turun ke daerah guna memonitor penyerapan anggaran. Ruang lingkup politik pemerintahan yang semakin dituntut untuk demokratis untuk membuka akses kuat bagi pertanggungjawaban publik, tampaknya menjadi 2

batasan agar penerapan urusan persandian jangan sampai disalahgunakan untuk kepentingan yang menyimpang dari kebutuhan masyarakat dan pemerintahan itu sendiri. Merujuk pada Pasal 18 UUD 45, bahwa daerah berhak mengatur sendiri terhadap kewenangan yang diotonomikan. Namun yang menjadi kewenangannya tersebut juga harus dibatasi, termasuk juga urusan persandian. Pembatasan itu perlu tertuang dalam UU, mana yang boleh disandi atau mana yang tidak boleh. Hal ini diperlukan dalam rangka mencegah terjadinya penyalahgunaan kewenangan daerah oleh kepala daerah dalam menyandikan kebijakan yang menjadi kepentingan publik untuk kepentingan kekuasaannya. Beranjak dari kondisi ini, maka permasalahan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana persandian di pemerintah daerah di kaitkan dengan stabilitas pemerintahan dan integrasi politik 2. Bagaimana persandian ditinjau dari perspektif komunikasi organisasi Pemerintah Daerah? 3. Bagaimana persandian berdampak pada kinerja politik di pemerintahan daerah? Sehingga permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika pelaksanaan persandian di Pemerintah Daerah? Tujuan dari penelitian ini adalah mampu mendeskripsikan dinamika pelaksanaan persandian yang terjadi di pemerintah daerah. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini yaitu mampu menelaah persoalan persandian dari perspektif politik pemerintah serta komunikasi organisasi. Keguanaan yang lain diarahkan bagi terpenuhinya dukungan keahlian kepada Dewan terutama dikaitkan dengan perumusahan regulasi mengenai persandian. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan panduan wawancara untuk mendapatkan jawaban informasi penelitian terhadap permasalahan yang diajukan. Informan penelitian dipilih secara purposive sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin diperoleh. Informan penelitian terdiri dari : 3

1. Badan kesbangpol : sebagai bagan yang menangani aktivitas sosial politik kemasyarakatan di daerah dan sebagai unsur kominda yang kegiatannya berkaitan dengan persandian dan intersepsi; 2. BIN di daerah : sebagai koordinator kegiatan kominda yang melaksanakan kegiatan intelijen di daerah; 3. Dinas Perijinan Terpadu : sebagai dinas yang melaksanakan kegiatan pengurusan perijinan secara elektronik dan memiliki data yang masuk dalam kategori rahasia. 4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil: sebagai dinas yang melaksanakan kegiatan pencatatan dan penyimpanan data kependudukan di daerah yang bersifat data personal rahasia; 5. Dinas pendidikan/dinas sosial : sebagai dinas yang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat yang memiliki kategori data rahasia di tingkat daerah; 6. Unit kerja pengelola persandian di daerah. 7. DPRD 8. Universitas dan LSM Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasannya: 1. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mewakili daerah dengan karakter tata pemerintahan yang telah maju dalam pengembangan e-government dan berdasarkan hasil evaluasi Lembaga Sandi Negara, masuk dalam kategori daerah yang bagus dalam pengelolaan persandian di wilayahnya; 2. Provinsi Sumatera Utara mewakili daerah dinamika sosial, politik masyarakat yang cukup tinggi dan beragam. Dan berdasarkan hasil evaluasi Lembaga Sandi Negara masuk dalam kategori daerah yang kurang baik dalam pengelolaan persandian di wilayahnya. C. Hasil Penelitian Temuan strategis yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Hingga saat ini kewenangan pemerintah pusat yang diserahkan kepada pemerintah daerah mencapai hampir 70% nya. Dari prosentase tersebut, diketahui 90% nya adalah urusan pelayanan publik. Artinya kewenangan pemerintah harus 4

dilaksanakan bersifat terbuka (transparan) dan akuntabel (bertanggungjawab). Hal ini menyebabkan praktek persandian jadi tidak terlihat urgensinya karena pemda lebih bersifat pelayanan terbuka. Hal ini berdampak pada tidak ketahuinya ruang lingkup persandian dalam aktivitas pemerintahan daerah. 2. Pelaksanaan persandian di daerah, memang berhadapan dengan sifat pengelolaan pemerintah daerah. Bahwa semakin tertutup sifat pengelolaan pemda, maka sesungguhnya semakin rendah akuntabilitasnya dan berarti menyebabkan makin tinggi sifat otoriternya. 3. Pengaturan dan pelaksanaan persandian memang perlu dilakukan pengharmonisasian dengan UU 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Aktivitas persandian berada pada ruang anti penyangkalan informasi, keontentikan informasi, ketersediaan informasi, keutuhan informasi, dan kerahasiaan informasi. Kriteria informasi dikecualikan di UU KIP menjadi paduan bagi pelaksanaan persandian. Bagi pemda, kriteria kerahasiaannya berada pada tingkat medium dengan sifat terbatas, yaitu informasi bila dibuka maka dapat menghambat tugas pokok instansi, kerusakan aset organisasi tinggi, terganggunya penyelenggaraan instansi dan menimbulkan kerugian bagi instansi. 4. Dilema pengaturan persandian yang bersumber dari pelaksanaan tupoksi SKPD bila dikatikan dengan masalah keterbukaan informasi publik yaitu: - Tidak dipahaminya masalah arti penting persandian secara utuh. Persandian masih ditafsirkan sebagai urusan militer. Persandian dinilai tidak perlu karena bertentangan dengan UU KIP. - Klasifikasi informasi publik dan informasi dikecualikan belum banyak dimiliki oleh banyak pemerintah daerah; - Belum semua pemda menetapkan Pejabat Pengelola Informasi Dokumentasi (PPID) di masing-masing pemda; - Belum semua PPID melakukan uji konsekuensi atas informasi dikecualikan; dan - Aktivitas persandian tidak ada di salah satu topuksi SKPD dan/atau tidak ada unit pengelola persandian. 5. Unit organisasi pemda yang mengelola pelayanan publik dan perijinan terpadu, melakukan pengelola informasinya, sebagai berikut: 5

- Memiliki dan menyimpan informasi yang berada di bawah kewenangannya (sebagai dampak dari pelaksanaan tupoksi) dalam bentuk informasi tercetak dan atau informasi elektronik. - Menyediakan informasi yang berada di bawah kewenangannya kepada intern unit kerja, antar SKPD atau kepada eksternal untuk publik dalam bentuk informasi tercetak atau informasi elektronik diantaranya lewat internet. - Pengamanan informasi dilakukan langsung oleh unit kerja dalam bentuk penyimpanan pada lemari besi untuk informasi tercetak dan pengamanan pada server untuk informasi elektronik. - Pengamanan informasi yang disimpan pada server hanya dilakukan dalam bentuk pencegahan virus dan back-up data untuk pencegahan terjadinya hacker. Hingga saat ini belum ada upaya pengamanan informasi yang terkait dengan keutuhan dan keaslian informasi yang berada di bawah kewenangannya. 6. Mekanisme persandian yang dilakukan oleh pemda meliputi: - Perintah awal persandian disampaikan oleh kepala daerah atas informasi yang menurut perintahnya adalah identifikasi informasi yang harus dirahasiakan; - Perintah persandian dari kepala daerah dilakukan untuk informasi yang berasal dari pusat dan untuk didistribusikan kepada intern pemda. Perintah persandian juga dilakukan untuk informasi yang untuk disimpan. - Kegiatan awal persandian bisa juga dilakukan berdasarkan inisiatif Kantor Santel atas surat-surat dinas yang berkategori rahasia. - Tindakan persandian dilakukan dengan melakukan enkripsi atas seluruh materi informasi tercetak dengan menggunakan bantuan alat persandian. Hal yang sama dilakukan terhadap informasi elektronik yang kemudian juga di enkripsi. - Hasil eksprisi berupa informasi sandi tercetak yang kemudian disimpan dalam lemari filling cabinet. - Proses temu kembali informasi sandi yang telah di masukkan dalam filling cabinet dilakukan secara manual berdasarkan buku rekap manual. - Secara khusus, hampir tidak pernah ada permintaan dari kepala daerah atau SKPD untuk melakukan temu kembali informasi sandi yang telah di masukkan dalam filling cabinet. 6

7. Pemerintah pusat melalui Lembaga Sandi Negara telah melakukan sertifikasi dan akreditasi atas peralatan sandi dan SDM yang ada di Pemerintah Kota Medan. Mengenai peralatan sandi, berkenaan dengan kode simbol dan label yang dicerminkan oleh Lembaga Sandi Negara terhadap peralatan sinyal persandian yang ada di kantor persandian setempat. Sedangkan sertifikasi dan akreditasi mengenai SDM, maka sudah dilakukan Pendidikan dan Latihan (Diklat) bagi tenaga persandian yang ada di pemerintah Kota Medan. Meskipun demikian, dari segi posisi jabatan yang disandangnya, keberadaan tenaga sandi yang ada adalah masih terbatas jumlahnya. Para tenaga sandi itupun belum memiliki jabatan fungsional. 8. Dengan pemerintahan saat ini yang semakin diwarnai oleh orang-orang partai dan afiliasinya dengan organisasi masing-masing, maka keberadaan persandian adalah penting. Hal ini mengingat jangan sampai informasi pemerintahan, misalnya terkait rencana proyek tertentu di daerah, nantinya keberadaan proyek pembangunan hanya dinikmati oleh lingkaran orang-orang dalam secara terbatas, sementara masyarakat hanya menjadi penonton. 9. Akses masyarakat terhadap pemerintahan sangat penting yaitu untuk memperoleh informasi dan mempengaruhi kebijakan. Partai politik adalah wadah masyarakat sipil untuk menjalankan fungsi-fungsi kelembagaan demokrasinya, yaitu dibidang agregasi, artikulasi, seleksi pejabat publik, hingga rekrutmen. Fungsi-fungsi kepartaian dijalankan dalam konteks akses masyarakat terhadap pemerintahan, termasuk juga antara lain upaya mempengaruhi kebijakan. 10. Keterbatasan dari implementasi kebijakan pemda, menyebabkan pelaksanaan urusan persandian sebagai basis memperkuat integrasi bangsa masih berada ditataran prioritas antar relasi elit dibandingkan segmen relasi anta elit-massa atau antar kelompok massa. Kalaupun segmen relasi elit-massa dan antar massa yang muncul dalam urusan persandian, maka substansinya lebih menjadi ikutan atas prioritas relasi antar elit. Persandian belum secara maksimal ditempatkan menjadi landasan pembentukan akuntabilitas pemerintahan bagi integrasi bangsa, karena bukan mustahil digunakan demi kepentingan partisan elit. 11. Mekanisme persandian yang dilakukan pemda, memang masih bervariasi tergantung kepada keseriusan kepala daerah dan tuntutan kegiatan persandian di daerah. Ketidakmerataan kegiatan persandian di daerah juga disebabkan dari tidak 7

seragamannya pemahaman pemda terhadap kriteria informasi yang masuk dalam kategori disandikan. Hal ini yang menyebabkan timbulnya subjektivitas persandian yang terbatas pada tujuan menjaga kerahasiaan informasi semata. 12. Pada tataran teknis, idealnya membangun jaringan keamanan persandian di internal pemda perlu melibatkan jajaran pengelola tatausaha yang melekat di pimpinan daerah, bisa juga pada pimpinan SKPD, atau ada unit pengelola persandian/ konseptor naskah dinas. Untuk naskah dinas rahasia, maka kerahasiaannya dengan enkripsi dan jaminan terhadap e-mail. Untuk arsip digital, kerahasiaan dengan enkripsi dan keutuhan data dengan hash function. Pengiriman digital, kerahasiaan dengan enkripsi jaringan dan keutuhan data dengan hash function. Sedangkan hardcopy melalui pengamanan fisik dan personil. D. Rekomendasi Rekomendasi yang perlu menjadi perhatian dalam hal pengelolaan persandian di pemerintah daerah yaitu 1. Pemda provinsi harus memiliki payung hukum yang jelas untuk mengatur persandian secara kelembagaan berhadapan dengan tantangan pemda di era globalisasi informasi saat ini. Melalui instrument Perda yang tegas mengatur soal persandian, daerah diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara penegakkan aspek keamanan integritas wilayah di satu sisi dan aspek demokratisasi lokal yang menjamin akses publikterhadap pemerintahan di sisi lain. Peluang ini penting diisi mengingat UU Pemda 23 Tahun 2004 sudah menempatkan posisi provinsi tidak lagi sekedar menjadi mediator bagi kabupaten/kota semata, tetapi juga dapat berperan menertibkan dinamika daerah agar sejalan dengan pusat yang dibahasakan sebagai kepentingan nasional 2. Pemda perlu mentransformasikan urusan persandian menjadi basis penguatan integrasi bangsa secara menyeluruh. Hal ini bisa dicapai apabila daerah mampu mempraktekkan keseimbangan unsur kerahasiaan dan unsur autotentifikasi dokumen pemda. Faktor kepemimpinan menjadi penting agar keseimbangan pengelolaan informasi pemda bisa dicapai, yaitu melalui figur kepala daerah yang dipilih secara demokratis melalui pilkada. 8

3. Mekanisme persandian perlu dibakukan dalam sebuah regulasi yang bisa digunakan oleh setiap penyelenggara persandian untuk menjalankan tugas dan kewajibannya. Selain itu sistem pengamanan persandian perlu terus ditingkatkan sejalan dengan potensi ancaman untuk merusak isi dan jaringan serta tempat penyimpanannya. Dan yang lainnya, koordinasi persandian perlu dilakukan antara institusi di pemda dan koordinasi dengan Lemsaneg untuk memutakhirkan mekanisme dan pengamanan persandian. 4. Pengembangan kualitas dan kuantitas SDM persandian di daerah harus sejalan dengan kebutuhan penyelengaraan persandian di daerah dan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaa persandian. Anggaran dan sarana prasarana persandian harus bisa memastikan terselenggaranya kegiatan persandian secara profesional, aman, dan otentik. 9