I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB. I PENDAHULUAN Secara umum sektor pertanian pada Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pe n g e m b a n g a n

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V KERAGAAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

Muslim M. Amin Sama halnya dengan kakao, Indonesia juga dikenal sebagai produsen kopi terbesar ketiga dunia setelah...

RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi devisa negara adalah sektor pertanian. Sub sektor perkebunan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan peyumbang PDB (Product Domestic Bruto) kepada negara. Komoditi perkebunan yang berperan dalam menyumbang devisa salah satunya ialah komoditas kakao. Selain sebagai penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan negara. Bagi banyak negara termasuk Indonesia, perdagangan internasional khususnya ekspor, mempunyai peranan sebagai alat penggerak perekonomian nasional. Tan (2014), mendefinisikan kegiatan ekspor sebagai suatu proses aktivitas menjual produk suatu negara ke negara lain yang dilakukan oleh eksportir dengan tujuan mencapai keuntungan. Secara umum ekspor merupakan salah satu kegiatan hubungan ekonomi dan perdagangan berskala internasional. Adanya hubungan ekonomi dan perdagangan internasional memberi keuntungan bagi masing-masing negara yang terlibat dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Kakao merupakan salah satu komoditas strategis unggulan nasional yang difokuskan sejak Tahun 2008 sebagai komoditi ekspor unggulan perkebunan (Kementrian Perdagangan, 2016). Komoditas kakao telah menjadi salah satu komoditas andalan sebagai pendorong perokonomian nasional, sehingga

pemerintah mulai memberi perhatian dalam hal peningkatan luas areal komoditas kakao. Keberhasilan perluasan areal dan produksi tersebut telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perdagangan dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua setelah Pantai Gading pada Tahun 2009 dengan total volume ekspor dan nilai ekspor masing-masing 439.305 ton dan $1.087.484.653 serta pada Tahun 2010 dengan total volume ekspor dan nilai ekspor masing-masing 432.436 ton dan $1.190.739.688 (UN Comtrade, 2016). Kakao adalah komoditas ekspor unggulan Indonesia yang menempati posisi ketiga setelah komoditas sawit dan komoditas karet. Hal ini tercermin dari tingginya sumbangan nilai ekspor komoditas kakao terhadap devisa negara (Lampiran 1). Produksi kakao di Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Kebutuhan biji kakao dalam negeri masih sedikit dikarenakan belum banyaknya industri industri yang bergerak dibidang pengolahan kakao. Jumlah kebutuhan biji kakao Indonesia hanya sekitar 250.000 ton per tahun (Kementrian Perindustrian, 2007). Produk yang diekspor Indonesia ialah 78,5% dalam bentuk biji kering (produk primer) dan 21,5% dalam bentuk hasil olahan. Pengembangan komoditas kakao Indonesia tersebar di berbagai wilayah utama yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Maluku Utara, dan Irian Jaya (Kristanto, 2015). Pada Tahun 2009 pemerintah mulai menunjukkan dukungannya terhadap komoditas kakao melalui peningkatan perluasan areal komoditas kakao sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dan dapat selalu menjadi salah satu

penyumbang devisa terbesar. Luas lahan dan produksi komoditas kakao di Indonesia mengalami tren peningkatan yang positif. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat secara rinci pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Kakao Indonesia Tahun 2009-2013 Tahun Luas Lahan (Ha) Tren (%) Produksi (Ton) Tren (%) 2009 1.587.136 11,36 809.583-36,59 2010 1.651.539 4,05 844.626 65,74 2011 1.732.600 4,91 712.200-15,68 2012 1.852.900 6,94 740.500 3,97 2013 1.774.500-4,23 777.500-2,64 Rata-rata 1.719.735 4,61 705.562 2,96 Sumber: FAO, Tahun 2016 Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan luas lahan dan produksi kakao Indonesia lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Perkembangan rata rata luas lahan kakao dari Tahun 2009 sampai 2013 mengalami tren positif yaitu sebesar 4,61%. Luas lahan kakao pada Tahun 2009 sebesar 1.587.136 ha dan terus mengalami peningkatan sampai Tahun 2012 sebesar 1.852.900 ha. Luas lahan kakao pada Tahun 2012 yang mencapai 1.852.900 ha menjadikan tahun dengan luas areal terluas komoditas kakao Indonesia. Pada Tahun 2013 luas lahan kakao Indonesia mengalami penurunan. Pada produksi kakao Indonesia mengalami fluktuasi, dimana produksi kakao terbesar dicapai pada Tahun 2010 sebesar 844.626 ton dan produksi terkecil kakao dicapai pada Tahun 2011 sebesar 712.200 ton. Tahun 2009 dan 2010 negara eksportir kakao utama ialah Pantai Gading, Indonesia, Ghana, Nigeria dan Kameru. Sebenarnya pada Tahun 2009 sampai 2010 Indonesia menjadi produsen kakao terbesar kedua, namun Tahun 2003 sampai 2008 dan Tahun 2011 sampai 2013 Indonesia menjadi produsen terbesar ketiga sedangkan Ghana menjadi produsen terbesar kedua (Lampiran 2). Tahun

2013 Indonesia menempati posisi ketiga dengan volume ekspor 188.420 ton, sementara posisi pertama tetap ditempati oleh Pantai Gading (Cote D lviero) dengan volume ekspor 813.891 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Lima Negara Eksportir Kakao Terbesar dunia Tahun 2013 No Negara Volume Ekspor (Ton) Share (%) 1. Pantai Gading 813.891 21 2. Ghana 526.187 13 3. Indonesia 188.420 6 4. Nigeria 183.506 5 5. Kameru 172.836 3 6. Negara Lainnya 2.043.074 52 Total Ekspor Kakao Dunia 3.927.914 100 Sumber: UN Comtrade, Tahun 2016 Tabel 2 menunjukkan nilai volume ekspor kakao dari lima negara eksportir kakao terbesar di dunia serta persentase share ekspor kakao masing masing kelima negara terhadap total ekspor kakao dunia. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa volume ekspor Indonesia masih belum mampu mengimbangi posisi dua negara terkuat yaitu Pantai Gading dan Ghana. Volume ekspor Pantai Gading sebesar 625.471 ton lebih banyak dibandingkan volume ekspor kakao Indonesia, sedangkan volume ekspor kakao Ghana 337.767 ton lebih banyak dibandingkan Indonesia. Berdasarkan tabel diatas juga dapat dilihat persentasi share komoditas kakao Indonesia di pasar dunia sebesar 7% lebih rendah dibandingkan share komoditas kakao Ghana dan sebesar 15% lebih rendah dibandingkan share komoditas kakao Pantai Gading. Indonesia menempati urutan kedua pada predikat luas lahan kakao terbesar setelah Pantai Gading dan kemudian disusul oleh Ghana. Hal ini justru berbanding terbalik dengan rata rata jumlah produksi kakao yang dihasilkan Indonesia. Produksi kakao Indonesia masih berada dibawah produksi kakao Ghana.

Rendahnya produksi kakao dalam negeri, tentu mempengaruhi volume ekspor kakao Indonesia di pasar dunia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Luas Lahan dan Produksi Kakao Lima Negara Eksportir Kakao Terbesar Dunia Tahun 2013 No Negara Luas Lahan (ha) Produksi (Ton) Produktifitas (Ton/Ha) 1. Pantai Gading 2.724.080 1.448.992 0,53 2. Ghana 1.600.300 835.466 0,52 3. Indonesia 1.774.500 720.900 0,40 4. Nigeria 1.244.755 367.000 0,29 5. Kameru 670.000 275.000 0,41 Sumber: FAO, Tahun 2016 Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat Ghana yang luas lahannya berada di bawah luas lahan Indonesia, namun jika dilihat dari sisi produksi, Ghana unggul 57.966 ton lebih banyak dari total produksi kakao Indonesia pada Tahun 2013. Adanya peningkatan luas lahan Indonesia dengan rata-rata luas lahan Tahun 2009 sampai 2013 yaitu sebesar 1.719.735 ha, jika dibandingkan dengan Ghana yang hanya mencapai rata-rata luas lahan sebesar 1.600.220 ha, namun hal ini tidak mengakibatkan produksi kakao dan volume ekspor kakao Indonesia berada diatas produksi dan volume ekspor kakao Ghana. Volume Ekspor Indonesia hanya mencapai rata-rata sebesar 286.744 ton dan berada dibawah volume ekspor kakao Ghana yang mencapai angka rata rata sebesar 483.669 ton. Dari perkembangan volume ekspor Indonesia dan Ghana pada Tahun 2009 dan 2010, volume ekspor kakao Indonesia pada awalnya mampu mengungguli Ghana namun pada Tahun 2011 hingga 2013 volume ekspor kakao Indonesia berada dibawah volume ekspor kakao Ghana. Pada Tahun 2009 Produksi kakao Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan produksi kakao Ghana, namun dari sisi

Ton volume ekspor Indonesia mampu mengungguli Ghana. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. 1000000 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2009 2010 2011 2012 2013 Volume ekspor Indonesia Produksi Indonesia Volume Ekspor Ghana Produksi Ghana Gambar 1. Perkembangan Volume Ekspor Biji Kakao dan Produksi Biji Kakao Indonesia dan Ghana Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa produksi kakao Indonesia dan Ghana tidak terlalu berbeda pada Tahun 2011 sampai 2013, namun volume ekspor Indonesia jauh berada dibawah volume ekspor Ghana. Pada Tahun 2009 dan 2010 volume ekspor kakao Indonesia berada jauh diatas volume ekspor kakao Ghana yaitu masing masing sebesar 439.305 ton Tahun 2009 dan sebesar 432.426 ton Tahun 2010. Pada Tahun 2009 Indonesia unggul sebesar 43.594 ton dibandingkan Ghana, sedangkan Tahun 2010 Indonesia mampu mencapai volume ekspor 150.889 ton lebih banyak dibanding Ghana. Namun Tahun 2011 sampai Tahun 2013 volume ekspor kakao Ghana mampu menyaingi volume ekspor kakao Indonesia. Ghana unggul 419.014 ton dibandingkan Indonesia pada Tahun 2011. Pada Tahun 2012 dan 2013 Ghana masih tetap mengungguli volume ekspor kakao Indonesia di pasar dunia. Volume ekspor kakao Ghana pada Tahun 2012 dan 2013 masing masing sebesar 585.292 ton dan 526.187 ton, sementara volume

ekspor kakao Indonesia Tahun 2012 dan 2013 masing masing 163.500 ton dan 188.420 ton. Artinya volume ekspor kakao Ghana unggul sebesar 421.792 ton dibandingkan Indonesia pada Tahun 2012 dan sebesar 337.767 ton pada Tahun 2013. Hal ini mencerminkan bahwa adanya peningkatan luas lahan kakao Indonesia yang menempatkan Indonesia sebagai negara dengan luas lahan kakao terbesar kedua belum mampu mengungguli ekspor kakao Ghana yang luas lahannya berada dibawah luas lahan kakao Indonesia. Pada Tahun 2012, luas areal kakao Indonesia sebesar 1.852.900 ha lebih besar dari luas lahan kakao Ghana yang hanya seluas 1.600.300 ha, namun Ghana dapat memproduksi 138.848 ton lebih banyak dari produksi Indonesia (FAO, 2016). Melihat perkembangan yang ditunjukan oleh luas lahan, produksi, volume ekspor, dan nilai ekspor kakao Indonesia serta kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing ekspor kakao Indonesia, hal ini masih belum mampu membuat ekspor kakao Indonesia menggungguli ekspor kakao negara lainnya, termasuk Ghana yang memiliki luas lahan kakao lebih rendah dibandingkan luas lahan kakao Indonesia. Sebagai negara yang selalu bersaing di pasar dunia melalui kegiatan ekspor, menuntut Indonesia harus mampu mengimbangi posisi Ghana bahkan Pantai Gading di pasar dunia. Secara umum pasar dunia adalah pasar beskala dunia yang terbuka bagi seluruh pelaku usaha. Indonesia dan Ghana adalah dua negara yang terlibat sebagai pelaku usaha yang memasok kebutuhan kakao dunia. Selain itu Indonesia dan Ghana adalah negara yang selalu bersaing di pasar dunia dalam memenuhi permintaan kakao dunia. Hal ini dapat dilihat dari angka volume ekspor biji kakao Indonesia dan Ghana di pasar dunia. Peluang Indonesia untuk merebut pasar dunia

dibandingkan Ghana sangat luas jika dilihat dari luas lahan kakao yang dimiliki Indonesia. Namun melihat rendahnya produksi kakao dan volume ekspor kakao Indonesia menjadi suatu hambatan Indonesia mengungguli Ghana di pasar dunia. Melihat hambatan-hambatan tersebut, membuat ekspor kakao Indonesia khususnya terhadap negara Ghana menghadapi persaingan pada perdagangan bebas di pasar dunia. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis mengganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kakao Indonesia dan Ghana Di Pasar Dunia. 1.2 Rumusan Masalah Suatu negara perlu berdagang dengan negara lain, karena berdagang dengan negara lain dapat memperoleh keuntungan yakni dapat membeli barang dengan harga yang lebih rendah dan dapat menjual barang dengan harga yang relatif lebih tinggi. Selain itu, kerjasama ekonomi internasional antar negara sangat diperlukan dikarenakan tidak ada satu negara yang bisa memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Kegiatan ekspor komoditas kakao Indonesia hampir 78,5% dalam bentuk biji kakao (produk primer). Biji kakao merupakan bahan baku pembuat coklat. Biji kakao ialah biji dari buah tanaman kakao (Theobroma cacao) yang telah difermentasikan, dibersihkan dan dikeringkan. Olahan biji kakao dapat berupa coklat pasta, permen coklat, minuman coklat, es krim, selai, berbagai jenis kue dan lain sebagainya. Berdasarkan riset yang telah dilakukan, coklat ternyata baik untuk kesehatan jika dikonsumsi dengan porsi yang tepat. Coklat yang berasal dari biji kakao mengandung Anti-oksidan yang dapat menurunkan resiko penyakit jantung. Negara Swiss dan Inggris adalah negara yang menempati urutan teratas dengan

predikat pemakan coklat instan terbanyak di dunia. Dari segi importir, Negara Belanda menempati urutan teratas sebagai konsumen utama biji kakao dunia dan diikuti oleh Amerika Serikat, Brazil, Jerman, Swiss, Malaysia dan negara-negara Eropa lainnya pada Tahun 2007 hingga 2013 (UN Comtrade, 2016). Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas yang memiliki peluang pasar, khususnya di pasar dunia. Permintaan terhadap komoditas kakao di pasar dunia lebih besar jika dibandingkan dengan penawaran. Hal ini dicerminkan dari tingginya nilai impor kakao di pasar dunia pada Tahun 2007 sampai 2013 yang mencapai angka rata rata sebesar 3.115.922 ton sedangkan rata rata ekspor kakao di pasar dunia pada Tahun 2007 hingga 2013 hanya sebesar 2.554.039 ton (UN Comtrade, 2016). Peluang pasar ini tentu menjadi motivasi bagi Indonesia dan Ghana untuk meningkatkan produksi kakao dan dapat memenuhi penawaran kakao dunia. Peluang pasar ekspor kakao yang semakin luas pada dasarnya juga dapat menjadi ancaman bagi Indonesia jika Indonesia tidak mampu bersaing. Selain Pantai Gading, di pasar dunia Indonesia memiliki kompetitor kuat dalam produksi dan ekspor kakao dunia yaitu Ghana. Peluang pasar bebas ini juga memberi keuntungan yang sama bagi Ghana. Hal tersebut dapat menimbulkan ancaman daya saing biji kakao Indonesia terhadap ekspor biji kakao di pasar dunia secara komparatif dan kompetitif. Permintaan kakao di pasar dunia sendiri pada Tahun 2003 sampai 2007 dipasok oleh Pantai Gading sebesar 27%, Ghana sebesar 16%, Indonesia 10% dan 45% dari 79 negara lainnnya (UN Comtrade, 2016). Perbedaan pangsa pasar kakao Indonesia dan Ghana di pasar dunia menunjukkan adanya daya saing yang timbul antar kedua negara produsen kakao dunia.

Tingginya permintaan terhadap biji kakao sebagai bahan primer coklat merupakan suatu peluang bagi Indonesia yang termasuk salah satu produsen kakao terbesar di dunia. Oleh karena itu dengan perkembangan perkebunan kakao saat ini, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai andil cukup penting sebagai negara yang mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan biji kakao dunia. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini tidak mungkin menghentikan masuknya produk asing. Salah satu cara melawannya adalah meningkatkan daya saing produk kakao Indonesia. Menghadapi persaingan yang sangat ketat menuntut Indonesia dapat memenuhi keinginan konsumen, sehingga diharapkan produk yang dihasilkan dapat terus disukai oleh konsumen. Indonesia merupakan salah satu negara produsen kakao dunia, yang memiliki comparative advantage dan competitive advantage dengan melihat besarnya potensi lahan yang tersedia, kesesuaian agroklimat, ketersediaan pusat-pusat penelitian, tenaga kerja yang melimpah, dan terbukanya pasar kakao dunia yang sangat prospektif. Indonesia dan Ghana adalah dua negera yang selalu bersaing dalam memenuhi permintaan biji kakao di pasar dunia. Jika dilihat dari luas lahan dan produksi, Indonesia dan Ghana memiliki posisi yang tidak terlalu berbeda jauh dari kedua indikator tersebut. Pada Tahun 2013, luas lahan Indonesia unggul 174.200 ha dibanding dengan luas lahan Ghana, sedangkan dari nilai produksi, Ghana unggul sebesar 114.566 ton dibanding produksi kakao Indonesia. Volume ekspor biji kakao Ghana pada Tahun 2013 ialah sebesar 526.187 ton atau sebesar 63% dari total produksi biji kakao Ghana, sedangkan Indonesia hanya mengekspor biji kakao sebesar 188.420 ton atau 26% dari total produksi biji

kakao Indonesia (UN Comtrade, 2016). Apabila melihat konsumsi dalam negeri, kebutuhan konsumsi biji kakao dalam negeri masih sangat sedikit yaitu hanya 250.000 ton per tahun (Kementrian Perindustrian, 2007). Rendahnya konsumsi dalam negeri disebabkan karena industri pengolahan kakao di Indonesia masih sedikit. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa menurunnya volume ekspor kakao Indonesia ke pasar dunia bukan disebabkan oleh konsumsi dalam negeri. Hal ini berarti menunjukkan adanya daya saing yang timbul pada komoditas biji kakao Indonesia terhadap daya saing komoditas biji kakao Ghana di pasar dunia. Tingginya tingkat persaingan antar negara sebagai bukti globalisasi ekonomi berdampak pada perekonomian suatu negara secara keseluruhan baik positif maupun negatif (Tambunan, 2004). Ekspor kakao Indonesia dan Ghana masing-masing memiliki daya saing secara komperatif dan kompetitif antar kedua negara dalam pemasarannya dan memiliki posisi daya saing terkuat antar kedua negara serta kemampuan merebut pasar di pasar dunia. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran umum komoditi kakao di Indonesia dan Ghana periode 2003 2013? 2. Bagaimana daya saing ekspor biji kakao Indonesia dan ekspor biji kakao Ghana di pasar dunia periode 2003 2013? 3. Bagaimana perbandingan daya saing ekspor biji kakao Indonesia dan ekspor biji kakao Ghana di pasar dunia periode 2003 2013?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini dilakukan untuk : 1. Melihat gambaran umum komoditi kakao di Indonesia dan Ghana periode 2003 2013. 2. Menganalisis daya saing ekspor biji kakao Indonesia dan ekspor biji kakao Ghana di pasar dunia periode 2003 2013. 3. Membandingkan daya saing ekspor biji kakao Indonesia dan ekspor biji kakao Ghana di pasar dunia periode 2003 2013. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian. 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan khususnya kebijakan ekspor komoditas kakao. 3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan serta pengetahuan tentang kegiatan ekspor dan diharapkan dapat menjadi salah satu inspirasi dan panduan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.