BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa. 3 Televisi. mudah untuk diakses masyarakat, yang kemudian menjadikan televisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya media komunikasi saat ini membuat orang dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai konsumsi sehari hari seperti makanan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Informasi merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Televisi adalah salah satu media masa yang tidak hanya menampilkan

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia komunikasi massa pada umumnya dan dunia entertainment khususnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbukti karena Indonesia memiliki cukup banyak stasiun televisi yang eksis. Dan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini, televisi dapat memberikan nilai-nilai kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. magang merupakan bagian dari pelatihan kerja, biasanya Kuliah Kerja Media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber informasi yang bersifat satu arah, linear communication.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi. Komunikasi dapat di lakukan secara verbal yaitu suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses

No TGL PROGRAM PELANGGARAN TV SANKSI 1 20 Sept Menyiarkan Konvensi Partai Demokrat (15 September 2013) UU Penyiaran: Pasal 14 (1), Pasal 36 (4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. televisi tetap mendominasi komunikasi secara audio dan visual. mendapatkan apa-apa dari tayangan yang telah tersaji.

BAB 1 PENDAHULUAN. baik secara perorangan maupun antar kelompok. Komunikasi juga terbagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Radio sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat umum. Baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi kita tidak lepas dari teknologi. Karena teknologi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu sarana untuk mendapatkan informasi. Informasi yang diterima pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bidang informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. media massa karena sifatnya yang lebih efisien dan cepat. Media massa kini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Informasi menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, tak

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. vindonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus Siaran langsung itu masih

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Media Massa telah hadir setiap saat tanpa memandang waktu dan jarak,

PELANGGARAN PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN STANDAR PROGRAM SIARAN (P3 SPS) PADA TAYANGAN MOMENTUM

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. 30 ayat 4 UUD Disana dinyatakan bahwa Kepolisian Negara. ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, bukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih kuat dalam kapasitasnya tersebut, karena selain siaran dapat didengar

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

DAFTAR LAMPIRAN. 1. Kuesioner Penelitian 2. Tabel Fotron Cobol 3. Surat Izin Penelitian 4. Lembar Bimbingan 5. Biodata

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan sekarang ini adalah. akan meluaskan cakrawala pengetahuan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi bisa juga melalui wadah media seperti majalah, koran, internet, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini manusia sangat bergantung dengan media massa. Semua

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan massa. Menurut Mc Graw Hill, media memberikan metode

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Televisi merupakan media elektronik yang saat ini masih menjadi kebutuhan dari

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Pengantar, komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. televisi sebagai audio visual menjadikan pemirsa mampu menyaksikan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan industri televisi Indonesia berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini. Hal ini membuat persaingan industri ini semakin ketat. Menurut Morrisan (2004: 3) media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat sumber daya manusia. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Dalam mempertahankan perkembangan perusahaan, para petinggi perusahaan dituntut untuk selalu membuat strategi dan inovasi baru dalam setiap tayangan yang diberikan. Dilihat dari salah satu fungsi televisi yaitu memberikan hiburan, banyak stasiun televisi yang mengemas program acaranya se-kreatif mungkin untuk menarik penonton. Program acara yang diberikan pun lebih bervariasi, seperti tayangan momentum seperti YKS (Yuk Keep Smile) yaitu program Ramadhan unggulan Trans TV sampai tayangan eksklusif pernikahan dan persalinan selebriti kini dapat dijual pada penonton. Salah satu tayangan momentum yang mendapat sorotan masyarakat yaitu program eksklusif pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Program ini ditayangkan oleh dua stasiun TV swasta yaitu Trans TV dan RCTI secara berturutturut. Namun diantara kedua stasiun televisi swasta ini Trans TV yang paling dominan dalam menayangkan program pernikahan Raffi-Nagita. Dimulai dari persiapan pernikahan, upacara adat, akad nikah hingga resepsi penikahan. Oleh karena itu, program ini dianggap tidak memiliki manfaat bagi penonton sehingga menimbulkan pro dan kontra. Selain permasalahan isi tayangan, program ini juga menyalahgunakan frekuensi publik dilihat dari waktu tayang yang berlebihan. Trans tv menayangkan segmen live eksklusif bertajuk Menuju Janji Suci pada tanggal 6-15 oktober 2014 di dua program regulernya yaitu Insert dan Show Imah. Setelah itu Trans TV menayangkan program special Janji Suci Raffi-Nagita yang tayang 1

selama dua hari berturut-turut 14 jam dan 10 jam non-stop. Sedangkan tayangan serupa kembali ditayangkan Trans TV pada tanggal 14 Juni 2015 bertajuk Janji Suci Tujuh Bulanan Raffi-Nagita yang telah menggunakan durasi selama 7,5 jam waktu siaran. Melihat tayangan program ini, pihak Komisi Penyiaran Indonesia memberikan teguran atas pelanggaran penyiaran berdasarkan, Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Kesalahan penayangan program Raffi-Nagita karena tayangan tersebut tidak memiliki manfaat untuk publik dan tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 pasal 11 ayat 1 yang berisi tentang perlindungan kepentingan publik, pertama: Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik. Kedua, lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran. Dan pasal 13 ayat 2 yang menyatakan bahwa program siaran tentang permasalahan kehidupan pribadi tidak boleh menjadi materi yang ditampilkan dan/ atau disajikan dalam seluruh isi mata acara. Televisi sebagai media audio visual memiliki dampak yang cukup besar bila dibandingkan dengan media lainnya. Hal ini dikarenakan penonton dapat melihat dan mendengar secara langsung peristiwa yang ditayangkan pada televisi. Hermin Indah Wahyuni dalam telaahnya tentang Televisi dan Intervensi Negara (2000) menyebutkan, seperti halnya media massa lainnya, televisi terlahir sebagai entitas yang mengakar pada lingkungan sosialnya. Media massa merupakan entitas bisnis, entitas sosial, entitas budaya sekaligus merupakan entitas politik. Sebagai sebuah entitas bisnis, penyelenggaraan operasional televisi dapat dikatakan sangat mahal. Untuk satu jam penyiarannya dibutuhkan dana kurang lebih Rp 17- Rp 20 juta sehari, sehingga untuk setiap bulan pembiayaannya bisa mencapai 400 juta. Didalam industri penyiaran televisi harus mendapatkan dukungan dari masyarakatnya, sebagai sebuah entitas sosial. Yaitu dengan cara mendapatkan dukungan dari masyarakat sebagai penonton melalui program-program yang ditayangkan. Jika tayangan penyiaran televisi sudah tidak ditonton lagi, dapat 2

dikatakan keberadaan televisi tidak mendapat dukungan dari masyarakat dan keberadaan televisi sebagai entitas sosial dapat mempengaruhi bisnis penyiaran tersebut. Sebagai entitas budaya, televisi turut berperan dalam mewujudkan majunya sebuah budaya. Sebagai contoh yaitu program acara infotaiment yang ditayangkan televisi sering digugat karena kurang sesuai dengan budaya sebuah masyarakat Indonesia. Isi dari tayangan infotaiment tersebut banyak menampilkan konflik selebritis yang dinilai tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Oleh karena itu diharapkan televisi dapat menghadirkan tayangan yang dapat mengedukasi dan memberi manfaat kepada masyarakat sebagai penonton. Selanjutnya media televisi sebagai entitas politik, harus memiliki kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi masyarakat dan membentuk opini publik. Setiap program acara di televisi tentu harus memiliki izin siaran. Jika keberadaan izin dimanfaatkan optimal, maka televisi bisa menjadi sarana untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam sebuah masyarakat.. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif sesuai dengan definisi Ghoni dan Almansyur (2012:89), penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang secara individu maupun secara kelompok. Peneliti memilih menggunakan pasal 11 ayat 1 dan 2 karena isi pasal 13 ayat 2 sudah terangkum dalam pasal 11 ayat 2 dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yaitu mengenai netralitas isi siaran. Maka dalam pasal 11 ayat 1 dan 2 P3 dianggap peneliti sudah menggambarkan pelanggaran yang telah dilakukan oleh Trans TV. Selain itu, peneliti ini juga didukung melalui pendekatan studi kasus yaitu peneliti mencoba memahami bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 pada pelanggaran yang telah dilakukan Trans TV dalam penayangan program Raffi-Nagita berdasarkan P3 SPS yang berlaku. Maka dari itu penulis, menetapkan sebuah penelitian yang berjudul Pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar 3

Program Siaran (P3 SPS) Pasal 11 Ayat 1 dan 2 Pada Tayangan Momentum (Studi Analisis Kasus Raffi-Nagita di Trans TV). 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 SPS) Televisi Pada Tayangan Momentum (Studi Kasus Raffi-Nagita di Trans TV). Dari rumusan masalah tersebut, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 P3 pada pelanggaran yang telah dilakukan Trans TV dalam tayangan momentum Raffi-Nagita? 2. Bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 SPS pada pelanggaran yang telah dilakukan Trans TV dalam tayangan momentum Raffi-Nagita? 1.3 Tujuan Penelitian Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menjelaskan bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 P3 dan bagaimana kaitannya dengan permasalahan kasus tayangan Raffi-Nagita di Trans TV. 2. Untuk menjelaskan bagaimana analisis pasal 11 ayat 1 dan 2 SPS dan bagaimana kaitannya dengan permasalahan kasus tayangan Raffi-Nagita di Trans TV. 4

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan perumusan mengenai seberapa jauh penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan suatu ilmu. Dihubungkan dengan tema penelitian maka kegunaan penelitian diarahkan pada aspek teoritis dan aspek praktis. 1. Aspek Praktis Secara praktis, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi contoh kasus untuk mengingatkan kembali peran media massa televisi sebagai produk dari penyiaran. 2. Aspek Teoritis Secara teoritis, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmiah di bidang penyiaran media televisi. Disamping itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian sejenis 1.5 Tahapan Penelitian Menurut Moleong dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif, Ghoni & Almansyur (2012:144-157) tahapan penelitian kualitatif terdiri dari tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. 1.5.1 Tahap Pra-lapangan Dalam tahap pra-lapangan ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, yang mana dalam tahapan ini ditambah satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan. Berikut adalah pemaparan enam tahapan kegiatan pralapangan: 5

a. Menyusun Rancangan Penelitian Rancangan penelitian perlu dijabarkan secara detail agar mempermudah pembaca memahami isi penelitian dan selanjutnya dapat dijadikan patokan oleh peneliti kualitatif. b. Memilih Lokasi Penelitian Peneliti memilih lokasi penelitian di kantor pusat Komisi Penyiaran Indonesia, Jl Gajah Mada No 8 Jakarta Pusat. c. Mengurus Perizinan Penelitian Pada tahap ini peneliti harus mengetahui telebih dahulu siapa saja yang berwenang memberikan izin pelaksanaan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mengurus surat perizinan penelitian pada Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Telkom, setelah itu peneliti mengajukan surat penelitian ke kantor pusat Komisi Penyiaran Indonesia untuk perizinan wawancara penelitian dan mengambil data yang dibutuhkan. d. Menjajaki dan Menilai Lokasi Penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan orientasi lapangan yaitu penjajakan dan penilaia terkait situasi dan kondisi tempat penelitian. Hal ini dilakukan agar pada saat melakukan wawancara, peneliti tidak canggung dan terbiasa dengan lingkungan lapangan. e. Memilih dan Memanfaatkan Informan Kegunaan informan bagi peneliti kualitatif adalah membantu agar cepat dan teliti dalam melakukan analisis. Untuk menemukan informan, dapat dilakukan dengan cara: 1. Melalui keterangan orang yang berwenang, baik secara informal dari pihak pemerintah maupun secara informal. 2. Melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, penelitian ini, peneliti memperoleh informan melalui keterangan orang yang berwenang yaitu pihak Komisi Penyiaran Indonesia. 6

f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti memerlukan izin penelitian melalui surat atau melalui orang yang dikenal sebagai penghubung ataupun secara resmi dengan surat melalui jalur instansi pemerintahan. Selain itu hal yang perlu dipersiapkan ialah pengaturan perjalanan terutama apabila lapangan penelitian memiliki letak yang jauh. g. Persoalan Etika Penelitian Dalam persoalan etika, peneliti harus menghormati, mematuhi serta menyesuaikan terhadap norma-norma etika yang berlaku pada lapangan penelitian. 1.5.2 Tahap Pekerjaan lapangan Dalam tahapan pekerjaan lapangan, Ghoni dan Almansyur (2012:150) membagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri Dalam hal ini, peneliti perlu mempersiapkan diri baik secara fisik dan mental ketika terjun langsung ke lapangan penelitian. Selain itu peneliti juga harus tahu menempatkan diri apakah sebagai peneliti yang dikenal atau tidak dikenal. Hal tersebut agar proses komunikasi antara orangorang dilapangan dan peneliti dapat berlangsung dengan baik. b. Penampilan Peneliti Peneliti hendaknya menyesuaikan penampilannya dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan kultur penelitian. Penampilan fisik seperti cara berpakaian pun hendaknya diberi perhatian khusus oleh peneliti, agar mempermudah hubungan dengan subjek dan diharapkan memudahkan dalam pengumpulan data. c. Memasuki Lokasi Penelitian 7

Pada saat memasuki lapangan, peneliti harus bisa menjalin keakraban dengan subjek penelitian. Hal tersebut dilakukan agar informan dapat merasa nyaman pada saat melakukan wawancara penelitian. d. Berperan-Serta dalam Mengumpulkan Data Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pengamatan, wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu. Untuk itu peneliti biasanya membuat catatan lapangan yang dibuat dalam bentuk kata-kata kunci, singkatan, pokok utama, kemudian disempurnakan setelah pulang dari lapangan penelitian. 1.5.3 Analisis Data Dalam melakukan analisis data, peneliti mencocokkan hasil setelah mengambil data lapangan dan hipotesis kerja yang telah dirumuskan sewaktu pertama kali berada di lapangan. Data yang di analisis berupa data hasil wawancara dan juga data dokumen yang diberikan dari informan. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian untuk skripsi ini berlangsung pada pada bulan Januari 2015 s.d selesai dan dilakukan di kantor pusat Komisi Penyiaran Indonesia Jl Gajah Mada No 8 Jakarta. 8

Tabel 1.1 Waktu Penelitian Kegiatan Bulan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Pencarian ide penelitian. Kajian penelitian terdahulu. Mengumpulkan data dan pengajuan penelitian kepada pihak terkait dan pencarian literatur. Penyusunan dan melengkapi proposal penelitian skripsi (Bab 1-3). Mengumpulkan data primer berupa observasi dan wawancara. Analisis data Penyelesaian data dan 9

pengolahan hasil penelitian hingga kesimpulan. 10