BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

RAJA TEBALEK KARYA YUSRIANTO NASUTION: KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK PADA NOVEL 5 cm. KARYA DONNY DHIRGANTORO SKRIPSI OLEH FEBRY H. HARIANJA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

BAB I PENDAHULUAN. penyair berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Victorian, kehidupan governess menjadi salah satu bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2009:60) mengatakan bahwa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya.

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB 3 METODE PENELITIAN. strukturalisme genetik. Dimana cara kerja yang dilakukan adalah mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

BAB I PENDAHULUAN. Cerita bersambung ialah cerita rekaan yang dimuat secara berurutan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. secara seimbang dan disajikan secara terpadu (Depdikbud, 1999:20 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan temuan penulis, teori struktural genetik ini, sudah digunakan oleh beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 2.1.1 Dwi Purwitasari 1 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Objek kajian penelitian ini adalah struktural genetik Mencari Sarang Angin atau MSA karya Suparto Brata. Adapun aspek-aspek genetik MSA tersebut antara lain: 1). Hubungan antara MSA dan riwayat hidup pengarang yaitu Suparto Brata, 2). Hubungan antara MSA dan kondisi sosial historis zamannya, 3). Hubungan antara MSA dan kelompok sosial dan pandangan dunia pengarangnya, 4). Mencari genetik MSA. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel MSA karya Suparto Brata yang diterbitkan oleh Penerbit Grasindo (Gramedia Widia Sarana Indonesia): Jakarta, cetakan pertama, tahun 2005. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1). Bagaimanakah struktur teks yang meliputi penokohan, latar, dan aspek tematis (tema dan amanat) dalam novel MSA, 2). Bagaimanakah hubungan antara novel MSA dan riwayat hidup pengarang, kondisi sosial historis zamannya, serta hubungan MSA dengan kelompok sosial dan pandangan dunia pengarangnya?, 3). Bagaimanakah genetik MSA? 2.1.2 Tsani Kusumastuti 2 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan struktural genetik untuk menelaah sebuah teks sastra secara menyeluruh baik dari teks sastra 1 digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.php?d_id=1538 2 digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.php?d_id=4774

itu sendiri, latar belakang kehidupan 14eneti budaya serta subjek yang menghasilkan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah novel teenlit Dealova Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik yang turut membangun novel teenlit Dealova; (2) Menganalisis pandangan dunia pengarang yang turut mempengaruhi penulisan novel teenlit Dealova; (3) Menganalisis aspek pedagogis yang terkandung dalam novel teenlit Dealova; (4) Menganalisis pemanfaatan novel teenlit Dealova sebagai materi dalam pembelajaran apresiasi sastra. 2.1.3 Budi Waluyo S. 3 Metode yang digunakan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan: (1) mencatat dokumen/arsip, (2) teknik simak dan catat, dan (3) teknik riset pustaka. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan model analisis interaktif, yang terdiri dari tiga alur kegiatan: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi. Prosedur penelitian yang digunakan yaitu meliputi: (1) tahap persiapan; (2) tahap pengumpulan data; (3) tahap analisis data; dan (4) tahap akhir yaitu menyusun simpulan dan menyusun laporan. Hasil temuan penelitian dengan pendekatan strukturalisme genetik menunjukkan bahwa: (1) Pandangan dunia Rendra terhadap naskah drama Panembahan Reso, bahwa naskah drama ini sarat dengan kritik sosial atas keadaan negeri ini; (2) struktur drama Panembahan Reso yang terdiri dari plot atau kerangka cerita, penokohan atau perwatakan, dialog atau percakapan, setting atau tempat kejadian, tema atau nada dasar cerita, amanat atau pesan pengarang, petunjuk teknis dan konflik tersusun dengan sangat menarik dan memiliki keterjalinan yang erat sehingga drama Panembahan Reso karya W.S. Rendra tergolong sebagai drama yang baik; (3) ketimpangan dan kesewenang-wenangan panguasa pada masa orde baru menjadi latar belakang terciptanya naskah drama ini; (4) pandangan W.S. Rendra 3 http://pasca.uns.ac.id/?p=1028

terhadap suksesi atau pergantian kekuasaan pada drama Panembahan Reso terdapat kelemahan yaitu adanya pemimpin yang berkuasa terlalu lama dan kurangnya kebebasan berpendapat; dan (5) ada persamaan dan perbedaan antara drama Panembahan Reso karya Rendra dengan drama Macbeth karya William Shakespeare, dan sekaligus ada nuansa keterpikatan Rendra terhadap karya-karya William Shakespeare. 2.1.4 Beda Peneliti Judul Yang Dibahas Dwi Purwitasari Tsani Kusumastuti Novel Mencari Sarang Angin karya Suparto Brata sebuah analisis struktural genetic Analisis struktural genetik dan aspek pedagogis novel teenlit dealova karya Dyan Nuranindya 1) Bagaimanakah struktur teks yang meliputi penokohan, latar, dan aspek tematis (tema dan amanat) dalam novel MSA, 2). Bagaimanakah hubungan antara novel MSA dan riwayat hidup pengarang, kondisi sosial historis zamannya, serta hubungan MSA dengan kelompok sosial dan pandangan dunia pengarangnya?, 3). Bagaimanakah genetik MSA? (1) Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik yang turut membangun novel teenlit Dealova; (2) Menganalisis pandangan dunia pengarang yang turut mempengaruhi penulisan novel teenlit Dealova; (3) Menganalisis aspek pedagogis yang

Budi Waluyo S. Strukturalisme Genetik Drama Panembahan Reso Karya W.S. Rendra terkandung dalam novel teenlit Dealova; (4) Menganalisis pemanfaatan novel teenlit Dealova sebagai materi dalam pembelajaran apresiasi sastra. (1) Mendeskripsikan pandangan dunia Rendra pada drama Panembahan Reso; ((2) Menganalisis naskah drama Panembahan Reso dari segi struktural dan konfliknya; (3) Menganalisis bagaimana latar belakang sosial budaya yang melandasi drama Panembahan Reso; (4) Mengungkap bagaimana pandangan pengarang terhadap naskah drama ini terutama berkenaan dengan suksesi atau pergantian kekuasaan pada masa orde baru; dan (5) Menganalisis secara sekilas bagaimana keterkaitan antara drama Panembahan Reso karya Rendra dengan drama Macbeth karya William Shakespeare.

M. Luthfiansyah Raja Tebalek Karya Yusrianto (1) Menganalisis strukturasi dalam naskah teater Raja Nasution: Kajian Tebalek.(2).Bagaimana subjek Struktural Genetik kolektif yang ada dalam naskah teater Raja Tebalek.(3). Bagaimana fakta sosial dan kemanusiaan.(4). Bagaimana pandangan dunia pengarang yang terdapat pada naskah teater Raja Tebalek 2.2 Konsep 2.2.1 Strukturasi Teori strukturasi dipelopori oleh Anthony Giddens, seorang sosiolog Inggris yang mengembangkan apa yang disebutnya sebagai sosiologi sehari-hari. Sosiologi didasarkan pada pemahamanya atas strukturasi dalam sistem sosial. Teori ini ditawarkan dalam rangka membahas pertanyaan-pertanyaan seperti apakah manusia sebagai pelaku atau kekuatan sosial yang besar yang membentuk masyarakat. Strukturasi merupakan struktur karya sastra yang koheren dan terpadu. Maksudnya, karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif. Dalam konteks strukturalisme genetik, konsep struktur karya sastra berbeda dengan konsep struktur yang umum dikenal. Menurut Teeuw (1988:135) kajian struktural dimaksudkan untuk membongkar, mengkaji dan menganalisis unsur pembentukan dari sebuah karya sastra.

2.2.2 Subjek kolektif Subjek kolektif adalah istilah yang menggantikan masyarakat dalam kajian strukturalisme genetik. Subjek adalah orang, tempat atau benda yang diamati dahulu rangka pembuntutan sebagai sasaran, sedangkan kolektif merupakan secara bersama; secara gabungan. Jadi, Subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial (historis) yang diklasifikasi dari subjek fakta kemanusiaan yang tidak muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil dari aktifitas manusia sebagai subjeknya (KBBI,2007:581,1095). 2.2.3 Pandangan dunia pengarang Pandangan dunia merupakan istilah bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggotaanggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompokkelompok sosial yang lainnya(goldmann dalam Faruk,1999:16). Pandangan dunia adalah sebuah perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia dengan sesamanya dan dengan alam semesta (Goldmann dalam Faruk,1999:111)). Pandangan dunia adalah fakta historis dan sosial, yang merupakan keseluruhan cara berfikir, perasaan dan tindakan dimana pada situasi tertentu membuat manusia menemukan diri mereka dalam situasi ekonomi dan sosial yang sama pada kelompok sosial tertentu (Goldmann dalam Faruk,1999:112). Karena merupakan fakta sosial yang berasal dari interaksi antara subjek kolektif dengan sekitarnya, pandangan dunia tidak muncul dengan tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama secara perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru (Goldmann dalam Faruk,1999:112). 2.3 Strukturalisme Genetik (Teori) Strukturalisme Genetik adalah teori yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan Strukturalisme Murni yang antihistoris dan kausal. Teori ini juga merupakan teori yang mampu merekonstruksi pandangan dunia pengarang. Teori yang bertolak belakang dengan

pendekatan struktur lain karena pendekatan lain lebih memusatkan perhatiannya terhadap otonomi sastra sebagai karya fiksi tanpa mengaitkan unsur-unsur lain yang ada di luar struktur signifikansinya. Berbeda pula dengan strukturalisme genetik genetik karya sastra adalah asal-usul karya sastra dimana pengarang dan kenyataan sejarahnya turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan. Hal inilah yang menjadikan karya itu dapat dikaji secara luas tanpa harus terfokus pada strukturnya saja. Prinsip dasar strukturalisme genetik adalah bahwa karya sastra lahir karena proses sejarah suatu masyarakat. Penelitian dengan pendekatan strukturalis genetik senantiasa mempertimbangkan hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra. Peneliti dalam menganalisis karya yang diteliti dapat menghubungkannya dengan pengarang dan latar belakang masyarakatnya (Sitepu, 2009: 21) Strukturalisme genetik sebagai pendekatan sosiologi sastra meyakini bahwa terdapat hubungan antara teks sastra dengan hal-hal di luar teks. Hal di luar teks itu adalah pengarang dan masyarakat (Sitepu, 2009: 22) Menurut Umar Junus (Jabrohim, 2001:61), Pendekatan strukturalisme genetik Goldmannlah yang paling kuat untuk memberikan tekanan nilai kepada sebuah karya sastra yang mempunyai dasar teori yang jelas, hal ini dikarenakan sebuah karya sastra harus terlebih dahulu diketahui strukturnya baru kemudian bisa dikaji. Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain. Kategori-kategori itu adalah fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, dan pandangan dunia pengarang. Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta itu dapat berwujud aktivitas sosial, politik, maupun kreasi kultural seperti filsafat, seni rupa, seni musik, seni patung, dan seni sastra.

Subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial. Subjek kolektif juga disebut sebagai transindividual. Maksudnya, subjek yang mengatasi individu, yang didalamnya individu hanya merupakan bagian. Subjek transindividu bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan, satu kolektivitas. Strukturasi merupakan struktur karya sastra yang koheren dan terpadu. Maksudnya, karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif. Dalam konteks strukturalisme genetik, konsep struktur karya sastra berbeda dengan konsep struktur yang umum dikenal. Pandangan dunia merupakan Istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lainnya (Goldmann dalam Faruk, 1999:16 ).