BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaqnya. Apabila. akhlaqnya buruk, rusaklah lahir dan batinnya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan ini

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV ANALISIS PERAN BOARDING SCHOOL DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SDIT BIAS ASSALAM KOTA TEGAL

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisa Faktor-faktor Peningkatan kebermaknaan Hidup Bagi Abdhi. Dhalem Pondok Pesantren Miftakhul Ulla.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. SPMAA, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Implementasi Pembelajaran Profetik dalam Pembentukan Karakter

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren

PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI MASJID AGUNG KOTA BLITAR TAHUN 2012 / 1433 H

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Negeri 1 Padang Panjang" oleh Merri Yelliza NIM telah memenuhi

BAB V PENUTUP. 1. Langkah persiapan guru dalam pembinaan perilaku keberagamaan siswa. mengadakan rapat untuk membuat perencanaan dan merancang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan menggunakan

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SELAMAT DATANG PESERTA PEMBINAAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekstrakurikuler seperti yang ada di sekolah-sekolah umum, tapi merupakan salah satu

BAB IV ANALISA TERHADAP PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan, penelitian ini

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

Cendikia Religius Akhlaqul Karimah Entrepreneur. Be The Teacher of The World

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

INSTRUMEN PENELITIAN. Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Religius Siswa Di MTs Nurul Huda Dempet Demak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning

Terpuji Siswa Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi iyah Proto 01. metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena fenomena yang ada

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN

PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksistensi pondok pesantren Mamba us Sholihin dalam memenuhi kebutuhan

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB VI KESIMPULAN. peneitian dan saran bagi berbagai pihak yang berkaitan dengan peran guru dalam. ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB VI PENUTUP. pihak lembaga madrasah beserta komite madrasah dan tokoh masyarakat.

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim

WALI KOTA BLITAR. SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA SHOLAT IDUL ADHA 1433 H TANGGAL 10 DZULHIJAH 1433 HIJRIAH Assalamu alaikum wr. Wb.

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB VI PENUTUP. Kegiatan Keagamaan terhadap Akhlakul Karimah Siswa di MTsN. Aryojeding Rejotangan Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017, dan

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembiasaan Shalat Berjama ah di MTs Al-Huda Bandung Tulungagung

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

STUDI DESKRIPTIF PENDIDIKAN KARAKTER DI PANTI ASUHAN ALHIKMAH POLAMAN MIJEN SEMARANG SKRIPSI

Lampiran 1: Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin. dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Nilai-nilai mental dalam membentuk karakter religius santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum Kota Blitar dan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Kabupaten Blitar. Penanaman nilai-nilai mahabbatulloh merupakan salah satu cara untuk membentuk mental para santri supaya memiliki pribadi yang bermoral, berakhlaqul karimah, bersusila serta berkarakter religius dengan tujuan membina mental dan kepribadian untuk meningkatkan kualitas iman. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang sangat mendalam sebab dengan melakukan ibadah atas dasar mengharapkan ridho-nya, terbentuknya kejujuran karena semua tindakan dan perilaku yang dilakukan diketahui oleh Allah, dapat menghilangkan rasa iri hati dan dengki karena perbuatan tersebut sangatlah tidak disukai oleh Allah, saling mencintai, menyayangi dan menghargai sesama manusia karena salah satu bukti kalau manusia mencintai Allah maka manusia harus mencintai semua ciptaan Allah. Mahabbatulloh merupakan hal yang sangat prinsip yang harus dimiliki oleh segenap santri, sebab dengan penanaman nilai-nilai mahabbatulloh menunjukkan adanya kesesuaian mahabbatulloh dengan ajaran ikhlas selalu menjalankan perintahnya dan selalu mengharap ridhonya. 285

286 2. Strategi penanaman nilai mahabbatulloh dalam membentuk karakter religius santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum dan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Putri. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten terhadap penanaman nilai mahabatullah melalui kegiatan-kegiatan pondok pesantren, meliputi sholat berjama ah, sholat dhuha, sholat lail, puasa senin dan kamis istighosah, aurotan, dzikir, wirid, tahlil, membaca kitab kuning, membaca Al-Qur an yang didukung dengan pengajar dan pendamping santri selalu memberikan bimbingan secara persuasif bersifat personal kepada setiap santri, bersama ustadz/ustadzah, pendamping santri, dan seluruh staf pondok pesantren memberikan dukungan baik materi maupun motivasi, maka akan terbentuklah karakter religius. 3. Dampak penanaman nilai-nilai religius terhadap kehidupan dan perilaku santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum dan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Putri. Prilaku santri mempunyai dampak yang positif lingkungan pondok, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Di lingkungan pondok para Santri mampu berprilaku yang baik, sikap ta dim terhadap para pengasuh, ustadz/ustadzah, pendamping dan para Santri mampu menghormati dan menyayangi sesama santri yang ada di pondok. Di lingkungan masyarakat para santri mampu mengabdikan dirinya dengan mengamalkan ilmu yang telah di pelajari di pondok.

287 B. Implikasi Penelitian 1. Implikasi Teoritis a. Penelitian ini mengkaji implementasi mahabatullah di dalam pengembangan karakter santri usia remaja, khususnya setingkat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU). Hasil penelitian diolah menggunakan teori perkembangan karakter dari beberapa sumber dengan memperhatikan teori psikologi anak remaja pada umumnya. Lembaga pendidikan di mana santri berada memiliki peran dalam memberikan nilai-nilai karakter secara umum yang tepat dan nilai karakter religius yang harus ada pada santri di perkembangan usia remaja mereka. b. Penelitian dapat menunjukkan konsep mahabatullah mampu memberikan dukungan terhadap perkembangan karakter para santri sesuai karakter pada umumnya dan mampu memenuhi karakter religiusitas yang diharapkan dimiliki oleh para santri saat keluar dari pondok pesantren. Konsep mahabatullah mampu membimbing para santri kepada keimanan dengan bercermin pada keimanan sufi seperti Rabiah Adawiyah, yaitu ketakwaan yang ikhlas untuk mengharapkan ridha Allah Ta ala. c. Konsep mahabatullah yang diterapkan pondok pesantren tidak hanya mencerminkan kecintaan kepada Allah SWT melainkan mencerminkan juga kecintaan pada diri sendiri, memiliki jiwa sosial tinggi terhadap lingkungan masyarakat, juga memiliki kepedulian

288 terhadap lingkungan alam. Hal ini menunjukkan implementasi falsafah sufisme mahabatullah di pesantren berjalan sesuai harapan, yang selanjutnya diharapkan para santri dapat berperan di masyarakat dengan membawa nama Islam yang membawa kedamaian dan penuh rasa cinta kasih. 2. Implikasi Praktis a. Keberhasilan mewujudkan nilai mental dengan karakter religus karena didukung dua faktor, yaitu faktor intenal dan faktor eksternal. Faktor internal dibagi menjadi dua dimensi, yaitu hardware yang terdiri dari kepala sekolah, guru, peserta didik,tenaga kependidikan juga personalia, dan software yang terdiri dai komitmen dan kompetensi. Sedangkan faktor eksternal meliputi, stakholder, masyarakat sekitar, wali peserta didik, Kementerian Agama serta Kementerian Pendidikan. b. Implementasi mahabatullah kepada para santri tidak dapat dilakukan hanya melalui materi formal di kelas, melainkan juga bimbingan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting untuk dilakukan agar implementasi dapat terjadi secara maksimal dengan anak tidak hanya mengetahui secara ilmu melainkan juga mengetahui penerapan di dalam kesehariannya. c. Latar belakang penelitian ini adalah kekhawatiran terhadap kencangnya arus informasi yang mungkin membawa anak remaja pada kenakalan remaja, terpicu ke arah aksi anarkis, tenggelam dalam arus kelainan sosial, dan keacuhan terhadap lingkungan alam. Penelitian

289 membuktikan penerapan mahabatullah dapat memberikan penanaman kepada para santri akan penerapan-penerapan praktis untuk menunjukkan rasa kecintaan kepada Allah, yaitu mencintai Allah, mencintai diri sendiri, mencintai sesama manusia, serta menjalankan fungsi sebagai khalifah dengan mencintai alam sekitar. C. Saran 1. Pimpinan Pondok Pesantren Penerapan sufisme di dalam pondok pesantren seharusnya dilakukan secara sederhana dan pada permukaannya saja. Meskipun sebenarnya penerapan secara lebih mendalam pun mungkin dilakukan, dengan sarana, prasarana, baik fisik maupun sumber daya manusia yang memadai. Saat ini kedua pesantren di dalam penelitian telah memiliki kelengkapan yang baik, tetapi masih banyak kekurangan sehingga penerapan pembelajaran dinilai kurang maksimal. Oleh karena itu diharapkan pondok pesantren memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana sebagai fasilitas pokok yang harus dipenuhi agar pengembangan karakter anak dapat diimplementasikan lebih baik lagi. 2. Ustadz/Ustadzah Bagi para santri ustadz/ustadzah sebaiknya menjadi orang tua pertama. Selain itu Oleh di dalam kelas tidak hanya memberikan pengajaran sesuai materi yang disampaikan, melainkan juga banyak memberikan bekal nilai-nilai kepada santri sehingga memiliki karakter religius sesuai

290 harapan. Dengan sarana dan prasara memadai, guru dapat leluasa memberikan penanaman karakter yang harus dimiliki oleh santri. Tanpa sarana dan prasarana memadai, para guru perlu melihat hal tersebut sebagai tantangan bukan hambatan sehingga menjadikan motivasi bagi pengajaran lebih baik. Guru diharapkan pula dapat terus mempelajari perkembangan metode pembelajaran dan memperbanyak sumber bacaan lain sehingga menambah hasanah yang dapat dibagikan kepada para santri di kelas dan di luar kelas. 3. Pendamping Santri Pendamping santri setidaknya memiliki kedekatan personal/emosional terhadap para santri sehingga penting bagi para pendamping santri untuk memberikan penanaman karakter yang berkaitan erat dengan penerapan di dalam kehidupan sehari-hari. Penting bagi pendamping untuk memberikan pengawasan kepada santri sebagai sumber informasi pertama bagi santri untuk mencari penjelasan tentang berbagai hal yang ingin diketahui. Pendekatan personal menjadi solusi utama dalam membimbing para santri sehingga memiliki akhlauk karimah sesuai dengan Al-Qur an dan Hadits. 4. Santri Pelajaran dari pondok pesantren dan bimbingan oleh seluruh sivitas pondok pesantren bukan hanya materi yang perlu dipelajari semata atau perilaku yang diterapkan hanya di lingkungan pondok pesantren saja. Oleh karena itu sebaiknya Nilai-nilai tersebut perlu diterapkan dalam

291 kehidupan santri secara menyeluruh saat terjun ke masyarakat. Penananaman nilai mahabatullah di dalam karakter banyak menunjukkan kecondongan Islam pada kedamaian dan cinta kasih, sehingga diharapkan para santri pun dapat menerapkan mahabatullah secara menyeluruh saat lulus dari pondok pesantren. 5. Peneliti Berikutnya Penelitian ini memberikan referensi tambahan mengenai penerapan sufisme di sistem pendidikan formal (pondok pesantren dengan sistem boarding school) maupun non formal (pondok pesantren tradisional). Hasil penelitian dapat memberikan gambaran penerapan salah satu konsep sufisme, yatu mahabatullah di dalam pengembangan karakter remaja pada umumnya dan karakter religius pada khususnya. Dengan adanya tesis ini diharapkan bisa menjadikan solusi temuan bagi peneli berikutnya. 6. Keluarga dan Masyarakat Keluarga memiliki peran utama dalam pengembangan karakter anak karena keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak. Seideal apapun karakter yang ditanamkan pondok pesantren kepada para santri akan percuma apabila lingkungan keluarga tidak mendukung apalagi bertentangan terhadap tujuan tersebut. Demikian halnya dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas, diharapkan sama-sama memiliki misi untuk memberikan lingkungan terbaik bagi perkembangan remaja

292 sehingga sama-sama menjadi lingkungan yang diridhoi oleh Allah SWT hingga senantiasa diberikan berkah dan rahmat oleh Nya.