BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa, maka ia harus tumbuh menjadi orang dewasa yang cerdas dan sehat. Salah satu cara agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, anak perlu memperoleh kesempatan untuk bermain. Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia dibawah 5 tahun. Bermain bagi anak akan mengembangkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan motorik anak agar dapat bergerak, berlari dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan anak dari tekanan dan stres akibat situasi lingkungan (Whaley & Wong, 2001). Melalui aktivitas bermain anak belajar mengendalikan tubuh dan mengembangkan keseimbangan dan koordinasi otak, mata dan anggota badan, anak menjelajahi dunia materi, mengumpulkan fakta dan belajar berfikir, anak memecahkan persoalan emosinya dan belajar mengendalikan perasaan primitifnya, anak belajar menjadi makhluk sosial dan menempatkan diri dalam komunitasnya. Bermain juga merupakan kebutuhan anak yang harus dilakukan untuk memperoleh kesenangan dan pengalaman yang berharga (Ngastiyah, 2005). Kesenangan merupakan salah satu elemen pokok dalam bermain. Anak akan bermain sepanjang aktivitas tersebut menghiburnya. Melalui bermain 1
mereka mendapatkan pengalaman hidup yang nyata. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, dan cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan jiwa anak (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati (Yusuf, 2004). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain: genetik (keturunan), hormonal, gizi, lingkungan dan sosial budaya (Suryanah, 1996). Pencapaian suatu kemampuan setiap anak bisa berbeda-beda, namun demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu. Adanya patokan itu dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal. Pemantauan perkembangan ada empat aspek yang dinilai, yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial (Hartanto, 2006). Keterampilan motorik merupakan keterampilan gerak yang melibatkan gerakan otot-otot tubuh yang terbagi dalam motorik kasar dan halus. Saat menggunakan motorik kasarnya anak tidak perlu disuruh, tetapi tidak demikian dengan penggunaan motorik halusnya, misalnya duduk sendiri tanpa dibantu, menendang bola, naik turun tangga, dan lain-lain. Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan otot-otot yang lebih kecil atau halus, terutama yang menyangkut aktivitas otot tangan dan jemari (Nursalam, 2005).
3 Keterampilan motorik halus mencakup gerakan-gerakan halus lengan dan tangan yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Gerakan motorik halus merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya : membangun menara setinggi 11 kotak, menulis beberapa huruf, menulis nama depan, mewarnai dengan garis-garis, memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari, memotong bentuk-bentuk sederhana, menggambar orang beserta rambut dan hidung, menjiplak persegi panjang dan segitiga (Soetjiningsih, 1995; Silawati, 2008). Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan motorik halus setiap anak berbeda-beda, akibat dari faktor yang berbeda pula. Seperti hasil survey yang diperoleh pada tanggal 8 Maret 2010, didapatkan jumlah anak usia 4-5 tahun di TK Islam Tunas Harapan Sendang Mulyo Tembalang sebanyak 58 anak. Perkembangan anak usia 4-5 tahun ada yang tidak sesuai dengan umur, misalnya: ada anak yang belum dapat menulis beberapa huruf, memotong bentuk-bentuk sederhana, dan melompat dengan satu kaki. Hasil wawancara terhadap 15 ibu yang mempunyai anak usia 4-5 tahun didapatkan data bahwa 9 orang mengaku tidak pernah membaca buku-buku yang berkaitan tentang perkembangan anak atau mencari informasi tentang tahap-tahap tumbuh kembang anak yang normal dari media massa. Anak yang mendapatkan kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Hal ini ibu memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan bermain bersama anak. Pengetahuan ibu tentang bermain yang baik menyebabkan sikap ibu dalam kegiatan bermain bersama anak semakin positif. Para ibu juga tidak mengetahui tugas perkembangan yang harus dicapai anak usia 4-5 tahun sehingga membiarkan perkembangan motorik halus pada anak berjalan begitu saja tanpa memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya. Melihat fenomena di atas perlu dilakukan penelitian tentang Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Bermain dengan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Islam Tunas Harapan Sendang Mulyo Tembalang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan: Adakah Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Bermain dengan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Islam Tunas Harapan Sendang Mulyo Tembalang C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang bermain dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Islam Tunas Harapan Sendang Mulyo Tembalang.
5 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang bermain pada anak usia 4-5 tahun di TK Islam Tunas Harapan Sendang Mulyo Tembalang b. Mengetahui perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Islam Tunas Harapan Sendang Mulyo Tembalang c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang bermain dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Islam Tunas Harapan Sendang Mulyo Tembalang D. Manfaat Hasil Penelitian. 1.Profesi Keperawatan Hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang tingkat pengetahuan ibu tentang bermain, apakah berada pada kategori tinggi, sedang, atau rendah. Sehingga dapat digunakan oleh perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang bermain sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu. 2. Orang Tua a. Hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang tingkat pengetahuan ibu tentang bermain, apakah berada pada kategori tinggi, sedang, atau rendah. Bagi ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi supaya dapat mengaplikasikan ilmunya, sehingga kebutuhan anak terpenuhi.
b. Hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang tingkat pengetahuan ibu tentang bermain, apakah berada pada kategori tinggi, sedang, atau rendah. Bagi ibu dengan tingkat pengetahuan rendah dan sedang supaya meningkatkan pengetahuan tentang bermain pada anak, agar bisa memenuhi kebutuhan bermain anak yang sesuai. E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang keperawatan anak.