BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL QU RAN ANAK MELALUI METODE AL BARQY DI TAMAN KANAK-KANAK SATU ATAP SUNGAI LASI KABUPATEN SOLOK ARTIKEL JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE BACA TULIS AL-QUR AN AL-BARQY. A. Latar Belakang Munculnya Metode Al-barqy. kegiatan guna untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

MAKALAH. Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fitri Wijayanti

MAKALAH TANDA-TANDA PENULISAN DALAM BAHASA ARAB DAN TATA CARA MENULIS HURUF ARAB YANG BAIK DAN BENAR

DAFTAR ISI. SAMPUL LUAR... i. SAMPUL DALAM... ii. ABSTRAK... iii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv. PERNYATAAN KEASLIAN... v. KATA PENGANTAR...

METODE AL BARQY DALAM PERSPEKTIF MULTIPLE INTELLIGENCES

MAKALAH. Hamzah di Tengah Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB III : DESKRIPSI SISTEM KERJA DAN PENGUPAAN PENCARI DONATUR PADA YAYASAN PESANTREN AL-QUR AN NURUL FALAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 4 DAPATAN KAJIAN DAN ANALISIS

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii. PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii. PANDUAN TRANSLITERASI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... REKOMENDASI PEMBIMBING... NOTA DINAS... HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT AHMAD HASSAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM INDONESIA

Dampak Ketunanetraan terhadap Fungsi Kognitif Anak

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

Mas{lah{ah Pengertian Tas{arrauf al-ima>m Ala> Ra iyyatihi Manu>tun Bi al-

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dalam kegiatan komunikasi ini manusia menyampaikan pikiran dan

SISTEM PENDETEKSI POLA TAJWID AL-QUR AN HUKUM IDGRAM BI-GHUNNAH DAN BILA GHUNNAH PADA CITRA MENGGUNAKAN METODE NEI AND LI

ANALISIS FORMAT FI'IL

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

PROGRAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM KELAS II - SEMESTER 1

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriliani, 2013

mura>bah}ah BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya... 60

B. Apakah pengembangan sumber daya manusia dapat Memperbaiki, meningkatkan pengetahuan secara teori atau praktek dan pelatihan, serta promosi...

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

BAB I BAB 1. PENDAHULUAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Qur an Hadits melalui Metode Drill di MAN Kunir. metode drill dengan jalan: 1) siswa harus mengetahui pengetahuan membaca

Pedoman Observasi Evaluasi Harian/Formatif

Alif Lam Qamariyah dan Alif Lam Syamsiyah

MAKALAH. Hamzah di Akhir Kalimat. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN... ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. PENGESAHAN... iv. ABSTRAK...v. PERSEMBAHAN...

Kata Pengantar. Semoga Allah swt. meridai usaha kita dan buku ini bermanfaat bagi para pemakainya serta tercatat sebagai amal saleh. Amin.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pengertian Membaca Huruf Hijaiyah

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palangka Raya, maeskipun terkadang ada juga yang dilaksanakan diluar jadwal yang

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBNG... PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

DR. Didi Tarsidi, M.Pd., UPI. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati, S.

BAB X HUKUM BACAAN MAD DAN WAQAF

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, karena sebagian besar pelajaran disekolah adalah mengingat.

; ) ا ( alif Disebut mad thabi i (mad asli) apabila terdapat harakat fathah diikuti

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN... ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. PENGESAHAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

Daftar Tabel... Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia... Latar Belakang Masalah... Batasan Masalah Penelitian...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II PENERAPAN JARIMATIKA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PERKALIAN DASAR SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu

PERANGKAT PEMBELAJARAN R P P RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. MATA PELAJARAN AL~QUR`AN HADITS MI AL~FALAH KELAS 2 SEMESTER 1 Oleh : Anita

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Metodologi Pengajaran Iqro

RANCANGAN PENGAJARAN TAHUNAN PENDIDIKAN ISLAM KBSR TAHUN SATU (SEMESTER SATU)

PEDOMAN TRANSLITERASI. Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini

Buku Braille yang Diharapkan oleh Pembaca Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN. luhur untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN DRILL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS MATERI QOLQOLAH KELAS VIII SEMESTER I

PEMERIKSAAN VISUS MATA

EFEKTIFITAS METODE AL-BAYAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF HIJAIYAH BAGI ANAK TUNARUNGU

KONSISTENSI PADA MAD

FENOMENA KONSTRUKTIVISTIK DALAM METODE AL-BARQY DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN:

Tulisan & Tanda Mushhaf

S K R I P S I. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 RUMUSAN DAN CADANGAN. bertentangan dalam arena bacaan al-quran, bahkan in menambahkan lagi khazanah kaedah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan makhluk lain. Bahasa merupakan kemampuan untuk

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

KAJIAN TENTANG SISTEM TULISAN SINGKAT BRAILLE INDONESIA (TUSING) YANG DIPERBAHARUI. Makalah. Oleh Drs. Didi Tarsidi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A: BORANG SOAL SELIDIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati ABSTRAK

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan jabatan profesi, sebagai pihak pendidik dan pengajar

GAYA BELAJAR SISWA TUNANETRA KELAS X DALAM PEMBELAJARAN PIANO DI SMALB PAJAJARAN BANDUNG

MAKNA TABDZI<R DALAM AL-QURAN SURAT AL-ISRA< AYAT 26-27

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Profil Kesulitan Membaca Pemulaan Pada Anak Yang Mengalami. Kesulitan Membaca Permulaan di Kelas Satu SD.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

TRANSLITERASI, TUJUAN, MANFAAT KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA

BAB II METODE QIRO ATI DAN PEMBELAJARAN AL-QUR AN. Dalam pembelajaran Al-Qur an metode merupakan faktor dominan

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Metode Al-Barqy a. Pengertian Al-Barqy Metode Al-Barqy ditemukan oleh dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada tahun 1965. Al-Barqy berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti secepat kilat. Diberi nama Al-Barqy (secepat kilat) oleh penyusunnya ini diharapkan agar para santri yang belajar dengan buku ini dapat membaca Al-Qur an dalam waktu yang sangat singkat. (Sulthon, 2013, hlm. 81) Metode ini mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf/suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. (Al- Barqy, 2015) Buku pedoman Al-Barqy sudah diteliti dan dibandingkan dengan metode pembelajaran Al-Qur an yang lainnya oleh Departemen Agama RI dan dinyatakan sebagai metode yang paling mudah dan efektif (Sulthon, 2013, hlm. 81). Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa dengan belajar Al-Qur an menggunakan metode Al-Barqy ini, siswa dapat mengingat kembali huruf yang lupa (Sulthon, 2013, hlm. 81). Oleh karena itu, metode Al-Barqy ini dikenal sebagai metode anti lupa. Menurut pengalaman penyusun dan kawan-kawan guru yang pernah mempraktekkan metode Al-Barqy melalui buku cetak, pembelajaran Al-Qur an anak setingkat SD kelas IV ke atas hanya diperlukan waktu 1x8 jam, sedangkan bagi mahasiswa, anak SLTA, dan orang dewasa hanya diperlukan waktu 1x6 jam. Pernyataan 5

6 penelitian ini tertera di dalam buku metode Al-Barqy pada bagian pendahuluan. Wiwi (2005) mengatakan bahwa Al-Barqy adalah metode yang mendalami dan memahami tata bahasa arab dan pemberian makna dengan efektif dan efisien. Al-Barqy menampilkan cara belajar mendalami dan membaca Al-Qur'an dengan cepat. Metode ini diperuntukkan mulai dari anak-anak hingga dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa terhadap pembelajaran yang disampaikan sehingga secara langsung dapat mempermudah dan mempercepat anak belajar membaca. (Al-Barqy, 2015) b. Prinsip Metode Al-Barqy Prinsip-prinsip metode Al-Barqy adalah sebagai berikut : 1) Menggunakan titian ingatan untuk mengenalkan bunyi dan bentuk huruf. 2) Menggunakan kemiripan bentuk dan bunyi huruf sebelumnya untuk mengenal huruf yang tidak tercakup dalam kelompok titian ingatan. 3) Langsung dikenalkan pada huruf sambung selain huruf tunggal. 4) Langsung dikenalkan fathah, dhammah, kasrah, tanwin, panjang pendek, dan tajwid. (Al-Barqy, 2015) c. Kelebihan Metode Al-Barqy Kelebihan yang terdapat dalam metode Al-Barqy ini adalah sebagai berikut : 1) Menggunakan sistem 8 Jam, artinya hanya dengan waktu 8 jam murid dapat membaca dan menulis huruf Al-Qur an. 2) Praktis untuk segala umur. 3) Menggunakan metode yang aktual yaitu SAS (Struktur Analitik Sintetik) yang memudahkan murid belajar Al- Qur an.

7 4) Memperhatikan pendekatan, sistematika dan teknik dalam pembelajaran. 5) Cepat dapat membaca huruf sambung. 6) Bukunya dilengkapi teknik imlak yang praktis dan teknik menulis khat, serta dilengkapi dengan buku latihan menulis Al-Barqy (LKS), 7) Tidak membosankan karena ada teknik-teknik yang akurat dan menarik seperti: menyanyi, permainan dan lain-lain. 8) Sangat cepat jika dipakai klasikal, bahkan massal. (Al-Barqy, 2015) d. Langkah-Langkah Penerapan Metode Al-Barqy berikut : Langkah-langkah penerapan metode Al-Barqy adalah sebagai 1) Pengenalan huruf hijaiyah Siswa diperkenalkan dan dilatih perbedaan 14 huruf hijaiyah,ي,ك,ه,م,ج,ر,د,أ pertama yang disebut kata lembaga yaitu huruf (Sulthon, dengan disertai syakal fathah. ب dan,ل,س,ن,و,ت 2013, hlm. 1-6) Wiwi (2005) mengatakan bahwa terdapat tiga fase dalam menerapkan huruf-huruf yang terkandung di dalam kata lembaga ini yaitu: Fase Analitik A a) Guru mengucapkan kata lembaga (struktur) pada halaman 1 lajur A, yaitu : ا د ر ج (tidak boleh dieja), siswa menirukan sampai hafal. Untuk lebih menarik, siswa disuruh memejamkan mata, lalu mengucapkan kata lembaga dan menghafal. b) Siswa disuruh mengucapkan kata lembaga yang telah hafal tadi dan melihat papan tulis yang tersedia tulisan seperti pada halaman 1 pada buku Al-Barqy. c) Ketika anak mengucapkan kata lembaga (a-da-ra-ja), maka guru menunjuk pada suku-suku kata dari kata lembaga tersebut yang telah terpampang di papan tulis. d) Begitu berulang-ulang, kadang-kadang cepat dan kadangkadang lambat. Fase Analitik B

8 a) Kata lembaga dibagi dua, yaitu a-da dan ra-ja (lihat lajur B pada Buku Al-Barqy). Guru menunjuk dua suku kata saja, yaitu a-da. Begitu berulang-ulang dan dibolak-balik, yaitu a-da, da-a, dan seterusnya. Begitu pula dua suku yang lain, yaitu ra-ja, ja-ra. b) Kata lembaga dibagi dalam tiap-tiap suku kata, yaitu : a, da, ra, dan ja (lihat lajur C). c) Lajur D untuk mematangkan anak, pada bunyi tiap-tiap huruf, yaitu a-a-a, da-da-da, ra-ra-ra, ja-ja-ja. d) Membaca huruf-huruf yang disambung dan dibolak-balik (lihat lajur E). Fase Sintetik Yaitu satu huruf (suku) digabung dengan suku yang lain, sehingga berupa suatu bacaan (lajur F). 2) Pengenalan bunyi a-i-u Siswa diperkenalkan dan dilatih perbedaan bentuk bunyi a- i-u (fathah, kasrah, dan dhammah) disertai dengan bentuk syakalnya. (Sulthon, 2013, hlm. 7-9) Wiwi (2005) mengatakan bahwa dalam mengenalkan bunyi dan tanda-tanda tersebut harus melalui tiga tahap, yaitu : a) Tahap Pertama : adaraja mahakaya katawana samalaba idiriji mihikiyi kitiwini similibi uduruju muhukuyu kutuwunu sumulubu b) Tahap Kedua : adaraja idiriji uduruju c) Tahap Ketiga : a i u ; da di du; ja ji ju dan seterusnya. 3) Pengenalan syakal tanwin Siswa diperkenalkan fathahtain, kasrahtain, dan dhammahtain serta dilatih membedakan syakal-nya. (Sulthon, 2013, hlm. 10-13) Wiwi (2005) mengatakan bahwa dalam mengenalkan hurufhuruf tanwin guru menggunakan istilah akhiran N untuk

9 mempermudah siswa memahami. Harakat ganda berbunyi n atau menggunakan istilah akhiran N (tanwin). Perlu diingatkan, bahwa tanwin itu hanya ada pada suku terakhir dari kata. 4) Pengenalan bacaan panjang Siswa diperkenalkan kepada bacaan panjang dua harakat dengan ketukan dua kali dan dilatih untuk membedakan tandanya. (Sulthon, 2013, hlm. 23) Wiwi (2005) mengatakan bahwa di atas bacaan panjang diberi tanda (**) dan tanda pendek diberi tanda (*). Anak disuruh memberi syakal tersebut pada kalimat atau ayat. Jika benar, berarti anak sudah mengerti, mana yang harus dibaca panjang dan mana yang harus dibaca pendek. 5) Latihan bacaan pendek, panjang, dan tanwin Siswa mengulang pembelajaran bacaan pendek, panjang, dan tanwin dengan diberikan latihan yang mengacu pada kata bahasa Arab serta potongan ayat Al-Qur an. (Sulthon, 2013, hlm. 24-31) 6) Pengenalan syakal sukun Siswa diperkenalkan syakal sukun. Siswa dilatih untuk membedakan bacaan pendek, panjang, tanwin, dan sukun. Latihan tersebut mengacu pada kata dan kalimat bahasa Arab serta potongan ayat Al-Qur an. (Sulthon, 2013, hlm. 32-48) Wiwi (2005) mengatakan bahwa dalam mengenalkan sukun guru memberikan contoh dengan cara melalui logika titian unta kemudian siswa mengikutinya. Cara mengenalkan sukun dengan

10 membuat titian unta, yaitu : SA-BA berubah menjadi SA+B=SAB. 7) Pengenalan syakal tasydid Siswa diperkenalkan syakal tasydid dan dilatih untuk membedakan bacaan pendek, panjang, tanwin, sukun, dan tasydid. Latihan tersebut mengacu pada kata dan kalimat bahasa Arab serta potongan ayat Al-Qur an. (Sulthon, 2013, hlm. 49-54) Wiwi (2005) mengatakan bahwa dalam mengenalkan syiddah guru memberikan contoh kemudian siswa mengikutinya. Untuk mempermudah siswa dibuat titian unta seperti pada sukun. Contohnya yaitu MA+S+SA=MASSA. 2. Pra Membaca Al-Qur an Braille a. Pra Membaca Al-Qur an Pra membaca Al-Qur an adalah tahapan yang dilalui seseorang sebelum membaca Al-Qur an. Secara operasional, kegiatan ini berupa pengenalan huruf hijaiyah beserta syakal-nya, serta penguasaan membaca huruf sambung. Indikator seseorang dikatakan sudah mahir dalam membaca permulaan Al-Qur an yaitu dapat mengenal bentuk dan bunyi huruf hijaiyah, membaca huruf hijaiyah beserta syakal-nya, dan dapat membaca huruf sambung. Indikator ini disimpulkan oleh peneliti dari berbagai buku pembelajaran pra membaca Al-Qur an. b. Huruf Hijaiyah Braille Huruf adalah kata jamak dari harf, arti bahasanya yaitu pinggiran sesuatu. Menurut istilah, yang dinamakan harf ialah suara yang memusat pada makhroj (tempat ke luar) yang pasti (muhaqqoq) atau yang kira-kira (muqoddar). (Birri, 2000, hlm. 61)

11 Shohib (2011, hlm. 4) mengatakan bahwa : Huruf hijaiyah dalam tulisan arab Braille memiliki fungsi yang sama dengan tulisan arab biasa. Perbedaannya terletak pada bentuk huruf dan cara membacanya. Huruf hijaiyah dalam arab Braille berbentuk titik-titik timbul yang berjumlah enam titik pada setiap petaknya dan dibaca dari kiri ke kanan. Huruf hijaiyah Braille sama seperti huruf latin Braille, sebagian titik huruf hijaiyah sama seperti huruf latin Braille. Huruf-huruf hijaiyah Braille adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Huruf Hijaiyah Braille (Meiyani, 2007. hlm. 5) c. Syakal/ Tanda Baris dalam Al-Qur an Braille Syakal khususnya vokal dalam bahasa Arab sama seperti vokal yang ada di dalam bahasa Indonesia. Vokal terbagi ke dalam dua jenis, yaitu vokal tunggal dan vokal rangkap (diftong). (Meiyani, 2009. hlm. 7) Vokal dalam Al-Qur an Braille adalah sebagai berikut : 1) Vokal tunggal Braille Dibaca Tanda Titik

12 2) Vokal rangkap 1 Fathah 2 E Kasrah 1,5 U Dhammah 1,3,6 Tabel 2.1 Vokal tunggal dalam Al-Qur an Braille (Meiyani, 2009. hlm. 7) Braille Dibaca Tanda Titik 1w3 Au 2-2,4,5,6-2,5 1i3 Ai 2-2,4-2,5 Tabel 2.2 Vokal rangkap dalam Al-Qur an Braille (Meiyani, 2009. hlm. 8) Syakal lainnya yang ada di dalam Al-Qur an Braille yaitu: Braille Dibaca Tanda Titik, Tasydid 6 3 Sukun 2,5 2 Fathahtain 2,3 5 Kasrahtain 3,5 9 Dhammahtain 2,6 A Panjang 2x fathah 1 I Panjang 2x kasrah 2,4 W Panjang 2x dhammah 2,4,5,6 ` Fathah isyba iyah 4 B Kasrah isyba iyah 4, 5 + Dhammah isyba iyah 3,4,6 { Tanda mad 5 & 6 harakat 2,4,6 - Tanda pemisah kata dengan tanda waqaf 3,6 7 Tanda titik di akhir ayat 2,3,5,6 Tabel 2.3 Syakal lainnya yang ada dalam Al-Qur an Braille

13 (Shohib, 2011, hlm. 6-7) d. Aturan Membaca Al-Qur an Braille Meiyani (2007, hlm. 2) mengatakan bahwa membaca tulisan huruf hijaiyah Braille sama seperti membaca tulisan Braille lainnya, yaitu dari kiri ke kanan. Kesalahan dalam menyebutkan huruf akan berpengaruh terhadap arti kata. Shohib (2011, hlm. 7) mengatakan bahwa tanda baris dalam penulisan Al-Qur an Braille diletakkan setelah huruf hijaiyah, bukan di atas atau di bawah huruf sebagaimana penulisan arab biasa, kecuali penulisan tanda tasydid. Dalam Al-Qur an Braille tanda tasydid ditulis sebelum huruf hijaiyah. Cara membaca Al-Qur an Braille yaitu sama seperti cara membaca buku biasa yakni dari kiri ke kanan. Pencantuman syakal pada Al-Qur an Braille tertera di samping kanan huruf hijaiyah dan tidak bertumpuk ke atas. 3. Siswa Tunanetra a. Pengertian Tunanetra Huebner (dalam Friend, 2013, hlm. 411) mengatakan bahwa, visual impairment is perhaps the most commonly accepted general term for people with decreased vision, regardless of the severity of the vision loss. Yakni gangguan penglihatan atau tunanetra adalah mungkin merupakan istilah umum yang paling sering diterima oleh orang-orang dengan penglihatan yang menurun, terlepas dari keparahan kehilangan penglihatan. Individuals with Disabilities Education Act atau IDEA (dalam Friend, 2013, hlm. 412) mengatakan bahwa, visual impairment including blindness means an impairment in vision that, even with

14 correction, adversely affects a child s educational performance. The term includes both partial sight and blindness. Yakni gangguan penglihatan termasuk kebutaan berarti penurunan penglihatan itu, bahkan dengan koreksi, dapat mempengaruhi negatif terhadap kinerja pendidikan anak. Istilah ini mencakup low vision dan buta. Rogow dan Mason (2000, dalam Hadi, hlm. 36), Visual impairment atau kerusakan penglihatan adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan semua bentuk kehilangan penglihatan. Menurut McBrayer dan Lian (2002, hlm. 175), di Hongkong, tunanetra juga telah ditetapkan menjadi dua kategori: yaitu kebutaan (blindness) dan kurang penglihatan (low vision). Persatuan Tunanetra Indonesia/Pertuni (dalam Tarsidi, 2011) mendefinisikan orang tunanetra adalah : Mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas). Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian tunanetra, maka dapat disimpulkan bahwa tunanetra adalah gangguan penglihatan yang merupakan istilah umum untuk menggambarkan semua bentuk kehilangan penglihatan yang meliputi buta (blind) atau kurang penglihatan (low vision) dan dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja pendidikan anak. b. Visus (Ketajaman Penglihatan) Tunanetra Blind WHO (dalam Skjerten, 1999, hlm. 5-6) mendefinisikan kebutaan sebagai ketajaman penglihatan kurang dari 3/60 (0.05). Menurut McBrayer dan Lian (2002, hlm.174), kebutaan mengacu pada orangorang dengan ketajaman visual dari 20/200 atau lebih buruk, dan

15 lantang pandang tidak lebih dari 20 o di mata terbaik dengan koreksi terbaik. Menurut Hadi (2005, hlm. 48), tingkat ketajaman penglihatan 0 (visusnya 0), tingkatan ini untuk mereka yang buta total sama sekali tidak memiliki rangsangan cahaya bahkan tidak bisa membedakan terang dan gelap. Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai visus yang dimiliki oleh tunanetra blind, maka pembelajaran yang diberikan menggunakan indera-indera lain selain indera penglihatan. c. Perkembangan Kognitif Tunanetra Lowenfeld (dalam Skjerten, 1999, hlm. 11) menyatakan bahwa ketunanetraan mengakibatkan tiga keterbatasan yang serius pada perkembangan fungsi kognitif yaitu dalam sebaran dan jenis pengalaman anak, kemampuan untuk bergerak di dalam lingkungannya, dan interaksi dengan lingkungannya. Hadi (2005, hlm. 63) mengatakan bahwa: Anak yang mengalami ketunanetraan pada usia awal sekolah diasumsikan mengalami kesulitan asimilasi dan akomodasi pada taraf pra konsep, sebab pengalaman mengenai lingkungan terbatas, kesulitan melakukan hubungan langsung dengan objek, pengamatan dengan perabaan, kesempatan yang terbatas untuk memperluas kemampuan bahasa disebabkan oleh pengalaman dasarnya. Tillman (dalam Skjerten, 1999, hlm. 12) mengemukakan bahwa anak tunanetra kurang mampu mengintegrasikan semua jenis fakta yang sudah mereka pelajari, sehingga masing-masing item informasi itu seolah-olah disimpan dalam kerangka acuan yang terpisah dari item lainnya.

16 Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai perkembangan kognitif anak tunanetra, maka pembelajaran harus dimulai dari pengalaman dasar anak terlebih dahulu supaya pemahaman terhadap segala sesuatu itu menyeluruh dan sesuai dengan pemahaman anakanak pada umumnya. d. Pembelajaran Membaca bagi Tunanetra Blind di dalam Kelas Skjerten (1999, hlm. 7) mengemukakan bahwa pembelajaran membaca tunanetra blind harus menggunakan indera-indera nonpenglihatan. Misalnya, untuk membaca dia mengunakan tulisan Braille yang dibaca melalui ujung-ujung jari, atau rekaman audio yang dibaca' melalui pendengaran. Berdasarkan pemaparan beliau, maka membaca bagi siswa tunanetra blind di dalam kelas menggunakan media non-visual. 4. Penerapan Metode Al-Barqy terhadap Pembelajaran Pra Membaca Al-Qur an Braille pada Tunanetra Berdasarkan teori-teori yang sudah dipaparkan sebelumnya, berikut ini adalah penerapan metode Al-Barqy terhadap pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti: a. Berawal dari pengalaman dasar Peneliti memberikan lima huruf hijaiyah Braille yaitu ب ك ل م ر. Alasan dipilihnya huruf ini karena: 1) Pengucapannya sama dengan pengucapan huruf dalam bahasa Indonesia. 2) Titiknya sesuai dengan huruf latin Braille. 3) Titiknya dimulai dari rata kiri (mudah diraba), diadopsi dari kaidah Mangold.

17 b. Bertahap Pengenalan tanda baca dilakukan secara bertahap yakni : 1) Tahap 1 : bacaan pendek (fathah, kasrah, dan dhammah). 2) Tahap 2 : bacaan pendek dan syakal tanwin (fathahtain, kasrahtain, dhammahtain). 3) Tahap 3 : bacaan pendek, syakal tanwin, dan bacaan panjang dua harakat (alif, ya, waw). 4) Tahap 4 : bacaan pendek, syakal tanwin, bacaan panjang, syakal sukun. 5) Tahap 5 : bacaan pendek, syakal tanwin, bacaan panjang, syakal tasydid. c. Langsung menggunakan tanda baca Saat pembelajaran, tidak mengenalkan hurufnya terlebih dahulu, akan tetapi mengenalkan huruf bersamaan dengan tanda bacanya. d. Meniru sebelum meraba Pembelajaran menggunakan rumus yang sudah disusun oleh pembuat metode ini dengan menggunakan nada. e. Tidak dieja Pembelajaran tidak menggunakan ejaan, langsung membaca setiap huruf demi huruf. f. Menggunakan suara dan ketukan Karena hambatan penglihatan yang dimiliki oleh subjek, peneliti menggunakan suara dan ketukan untuk mengajarkan konsistensi panjang. g. Latihan bersifat analitik dan sintetik Subjek menganalisis terlebih dahulu huruf beserta tanda bacanya secara berurutan (sambung-menyambung) kemudian disatukan ke dalam satu kata yang berisi tiga huruf. h. Drill

18 Latihan berlangsung secara terus-menerus sampai subjek dapat membacanya dengan benar. B. Kerangka Berpikir dan Hipotesis 1. Kerangka Berpikir Tunanetra blind tidak dapat memfungsikan indera penglihatannya. Hambatan ini menyebabkan siswa tidak dapat membaca Al-Qur an seperti siswa pada umumnya Metode Al-Barqy sudah diteliti oleh Departemen Agama RI dan Dibutuhkan suatu metode pembelajaran khusus membaca

19 dinyatakan sebagai metode pembelajaran yang paling mudah, efektif, anti lupa, dan pembelajarannya berdasarkan pengalaman dasar anak. Al-Qur an Braille yang efektif, mudah dan sesuai dengan pengalaman dasar. Peneliti mencoba menerapkan metode Al-Barqy kepada siswa tunanetra blind. Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Hambatan yang dimiliki oleh seorang tunanetra blind adalah tidak dapat memfungsikan indera penglihatannya. Hambatan ini menyebabkan siswa tunanetra tidak dapat membaca Al-Qur an menggunakan mushaf (lembaran) seperti siswa pada umumnya. Oleh karena itu, mereka menggunakan Al-Qur an Braille. Seorang siswa SMP tunanetra tidak dapat membaca Al-Qur an Braille. Hambatan ini menyebabkan siswa tunanetra tersebut tidak dapat mengejar ketertinggalannya saat belajar Al-Qur an Braille di SLB tempat bersekolahnya sekarang. Agar siswa dapat membaca Al-Qur an Braille dengan lancar dan benar, maka dibutuhkan suatu metode pembelajaran Al-Qur an yang efektif, paling mudah dalam menerapkannya, dan pembelajarannya sesuai dengan pengalaman dasarnya. Buku pedoman metode Al-Barqy sudah diteliti dan dibandingkan dengan metode pembelajaran pra membaca Al-Qur an yang lainnya oleh Departemen Agama RI dan dinyatakan sebagai metode yang paling mudah dan efektif (Sulthon, 2013, hlm. 81), dan menyatakan pula bahwa siswa dapat mengingat kembali huruf yang lupa (Sulthon, 2013, hlm.

20 81). Pembelajarannya dimulai dari huruf yang pengucapannya sama dengan huruf dalam bahasa Indonesia. Setelah diteliti pada anak-anak pada umumnya, peneliti mencoba menerapkan metode Al-Barqy ini kepada siswa dengan dimodifikasi sesuai kebutuhan, kemampuan siswa, dan ketersediaan waktu. 2. Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh dari metode Al-Barqy terhadap kemampuan pra membaca Al-Qur an Braille bagi siswa SMP tunanetra kelas VII-B.