Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB)

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Kesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Pendahuluan. Latar Belakang

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA FORUM KONSULTASI PUBLIK PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2018 TANGGAL : 19 JANUARI 2017

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN PADANG LAWAS

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Modul PENGENDALIAN DAN EVALUASI

TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pendekatan Peka Konflik (Conflict Sensitive Approach) Pendekatan Pembangunan Peka Konflik (Conflict Sensitive Development) Pengarusutamaan Perdamaian

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

CATATAN PENUTUP REFLEKSI AKHIR TAHUN PAPUA 2010 : MERETAS JALAN DAMAI PAPUA OLEH: LAKSAMANA MADYA TNI (PURN) FREDDY NUMBERI

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan merupakan pernyataan perilaku atau arah program dan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

FORUM KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA. Diskusi Round Table Pertama 16 Januari, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI,

KATA PENGANTAR. Mataram, Februari KEPALA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

OLEH KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Dalam acara Orientasi Parameter Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan Per Uuan bagi Pusat

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Transkripsi:

Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB) Menuju Dialog Pembangunan untuk Perdamaian 1 Proses PPB: Tinjauan (1) Prakarsa bersama Pemerintah Indonesia, UNDP dan Pemerintah Inggris (DFiD). Dilaksanakan secara kemitraan dengan PSKP-UGM, LIPI, LabSosio UI, pemerintah daerah, masyarakat madani, dan akademia. Kegiatan Utama: Penelitian dasar (kualitatif/kuantitatif); Kajian tematis (6 penelitian di 3 provinsi); Proses dialog PPB (3 provinsi dan nasional); Pengembangan kapasitas semua lembaga yang berpartisipasi; Pengembangan instrumen dan paket bagi praktisi. 2 1

Proses PPB: Tinjauan (2) Kerangka Umum: Menjembatani analisis berbasis fakta (penelitian / kajian) dan persepsi (lokakarya konsultatif). Fokus pada mendorong perdamaian yang berkelanjutan dan pencegahan konflik di masa mendatang, dengan menangani bidang permasalahan sebagai berikut: Kendala perdamaian; Hikmah pembelajaran pembangunan perdamaian; Kapasitas dan kerentanan perdamaian; Tindakan pembangunan strategis. Analisis nasional dikembangkan berdasarkan analisis daerah. Dipimpin lembaga-lembaga Indonesia dengan dukungan pengembangan kapasitas. 3 Proses PPB: Tinjauan (3) Outcome yang diharapkan: Pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pembangunan dapat lebih tanggap terhadap perdamaian dan dinamika konflik. Kerangka prioritas strategis untuk tindakan pembangunan oleh aktor lokal, nasional dan internasional. Masukan untuk fase berikut (2005-2010) program perdamaian melalui pembangunan UNDP / Pemerintah. Kapasitas lembaga-lembaga nasional yang lebih kuat untuk melakukan analisis pembangunan dan perdamaian dan perencanaan tanggap konflik. Metodologi dan instrumen yang dapat diterapkan praktisi pembangunan. 4 2

Caranya? (1) Fase persiapan Membentuk Pokja PPB di masing-masing provinsi sebagai pemandu. Konsultasi persiapan dengan lebih dari 250 stakeholder di masing-masing provinsi. Kajian tematis oleh tim pakar nasional / internasional. Kajian pengalaman internasional komparatif dalam melakukan analisis pembangunan dan perdamaian. Merancang metodologi dan proses lokakarya PPB. Pengembangan kapasitas lembaga utama dan fasilitator lokal. Menguji metodologi lokakarya. 5 Caranya? (2) Fase Implementasi Di masing-masing provinsi, lokakarya konsultasi 1 hari di kabupaten dengan 20-30 peserta. Untuk masing-masing provinsi, lokakarya provinsi 3 hari dengan 45-65 peserta dan 5 fasilitator yang diadakan pada bulan Juni-Juli. Lokakarya membahas: Visi perdamaian/pembangunan; Skenario (terbaik, status quo, terburuk); Kendala perdamaian; Kapasitas perdamaian; Hikmah pembelajaran pembangunan perdamaian; Respon pembangunan strategis dan langkah selanjutnya. 6 3

Temuan Lokakarya PPB Provinsi (1) Visi Perdamaian dan Pembangunan Maluku - Good governance sehingga terpenuhinya kebutuhan dasar berupa keamanan, supremasi hukum, kebebasan bertindak, akses yang merata atas sumber daya, dan kesejahteraan sosial ekonomi dan adanya keselarasan masyarakat dan pemahaman bersama tentang konflik dan perdamaian. - Prinsip pembangunan adalah transparan, jujur, merata, terkoordinasi, berkelanjutan, partisipatif, komprehensif dan akuntabel. Maluku Utara - Ditegakkannya supremasi hukum, kondisi sosial dan ekonomi yang baik, hubungan yang harmonis, dan toleransi dalam beragama dan terbebas dari rasa takut. - Prinsip pembangunan adalah partisipatif, merata, pluralis, non-diskriminatif, berkelanjutan, dan memberdayakan. Kegiatan bantuan bersifat akuntabel dan keputusan yang diambil ditindak-lanjuti dengan implementasi. Sulawesi Tengah - Masyarakat yang harmoni yang cinta damai, terlindungi, tertib, aman, menghormati keragaman, sejahtera, berbasis pluralisme, keyakinan, egalitarianisme, kejujuran, ketulusan, supremasi hukum, dan berbasis Sintuwu Maroso. - Prinsip pembangunan adalah partisipatif, transparan dan akuntabel, merata, inklusif, berkelanjutan, memberdayakan, nondiskriminatif, ramah lingkungan, dengan partisipasi perempuan. 7 Temuan Lokakarya PPB Provinsi (2) Kerentanan Perdamaian 1. Lemahnya implementasi kebijakan pemerintah tentang konflik dan pengungsi 2. Lemahnya penegakkan hukum dan perlindungan keamanan 3. KKN 4. Kurangnya transparansi dan partisipasi dalam perencanaan/pembuatan kebijakan 5. Kurangnya koordinasi antarlembaga pemerintahan 6. Kurangnya kepercayaan antara Pemerintah dan masyarakat 7. Kurangnya kerjasama antara pemerintah, masyarakat madani dan sektor swasta 8. Masyarakat madani yang lemah 9. Pemulangan dan integrasi pengungsi masih menjadi masalah serius 10. Trauma dan kecurigaan yang belum ditangani 11. Meluasnya pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial ekonomi 12. Polarisasi etnis dan keagamaan 13. Kelompok-kelompok yang memicu konflik dan menghambat perdamaian 14. Ketidakpastian akibat pemekaran dan pemilu yang baru. 8 4

Temuan Lokakarya PPB Provinsi (3) Kapasitas Perdamaian 1. Peran pemerintan dan masyarakat dalam menghentikan kekerasan. 2. Pelibatan multistakeholder dalam penyelesaian konflik & penanganan pengungsi. 3. Prakarsa masyarakat yang menunjukkan kapasitas lokal untuk perdamaian. 4. Kebutuhan yang diakui dan tanggung jawab masyarakat atas rekonsiliasi. 5. Jaringan dan kerjasama lintas masyarakat. 6. Kesadaran atas kebersamaan berdasarkan kebudayaan. 7. Dukungan untuk perdamaian oleh berbagai kelompok nasional dan internasional. 8. Meningkatkan ketanggapan konflik kegiatan-kegiatan pembangunan. 9. Kegiatan pembangunan yang menjembatani masyarakat. 10. Peningkatan keamanan yang memungkinkan pemulihan ekonomi dan rekonsiliasi. 11. Kepercayaan antarmasyarakat yang makin besar. 9 Temuan Lokakarya PPB Provinsi (4) Respon Pembangunan Strategis 1. Meningkatkan good governance pada pemerintah daerah, DPRD, dan sektor peradilan. 2. Kerjasama yang lebih baik antara pemerintah, masyarakat, masyarakat madani dan sektor swasta, dan partisipasi yang lebih baik dalam pembuatan kebijakan publik. 3. Meningkatkan perumusan dan implementasi kebijakan tentang penanganan konflik dan isu pengungsi. 4. Menyelesaikan situasi pengungsi dalam kerangka pembangunan ketahanan masyarakat. 5. Mengembangkan ekonomi daerah dan mengurangi tingkat pengangguran melalui usaha ekonomi lintas masyarakat, pelatihan ketrampilan, modal awal, dan peluang usaha. 10 5

Penelitian dan Kajian PPB Provinsi Penelitian dan kajian dilaksanakan untuk melengkapi lokakarya PPB dengan memberikan informasi kontekstual yang lebih spesifik. Proses-proses ini berkenaan dengan isu lintas tema seperti: Tata pemerintahan Pembangunan ekonomi daerah dan pengelolaan SDA Peran media massa dalam pembangunan perdamaian Kohesi sosial dan pembangunan perdamaian Jender dan pemuda Isu yang akan dibahas pokja-pokja di seminar ini. 11 Tindak Lanjut Proses PPB Provinsi Konsultasi tentang outcome lokakarya dengan Pokja PPB dan Pemerintah lokal. Hasil proses PPB provinsi menjadi masukan untuk perencanaan dan perancangan program UNDP untuk fase kegiatan berikutnya dalam rangka mendukung Pemerintah. Hasil provinsi menjadi masukan untuk proses PPB Nasional (diskusi pada seminar ini). Proses PPB Nasional menjadi masukan untuk RPJM yang disusun BAPPENAS. Dokumen hikmah pembelajaran selama implementasi proses PPB akan digunakan untuk menyempurnakan metodologi yang akan diterapkan organisasi lainnya, di daerah-daerah lain, dan di negara-negara lain. 12 6

Relevansi PPB terhadap Perencanaan Pembangunan (1) Perencanaan pembangunan dapat menjadi entry-point yang penting untuk dialog perdamaian. Dampak proses PPB dapat ditingkatkan dengan mengaitkannya secara lebih langsung kedalam perencanaan pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten). Proses turut mendorong good governance secara umum dengan menguatkan konsultasi dan partisipasi sebagai bagian dari perencanaan. Membangun ketanggapan stakeholder dalam hal bagaimana pembangunan dapat membangun atau merongrong perdamaian jangka panjang. Membantu membina pengambilan keputusan perencanaperencana pembangunan menuju outcome yang mendukung perdamaian. 13 Relevansi PPB terhadap Perencanaan Pembangunan (2) Nilai tambah perencanaan di daerah-daerah yang terkena dampak konflik: Menyediakan forum untuk dialog multistakeholder dalam lingkungan yang dicirikan oleh polarisasi dan kecurigaan. Menyediakan ruang bagi berbagai stakeholder untuk mengutarakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi mereka. Membantu membentuk pemahaman bersama antarstakeholder tentang isu pokok, hikmah pengalaman, dan arah strategis untuk masa mendatang. Mendukung konstituensi pro-perdamaian dalam Pemerintah dan masyarakat madani. Memberi kontribusi pada koherensi dan koordinasi yang lebih baik dalam respon pembangunan dan pembangunan perdamaian (peace-building) antar berbagai aktor pembangunan. 14 7

Hikmah pembelajaran proses PPB Proses perlu digiatkan secara lokal dengan dukungan dan pendampingan teknis. Bekerja dengan lembaga-lembaga yang netral dan terpercaya dan fasilitator-fasilitator lokal dalam pelaksanaan proses. Proses perlu dijaga agar tetap sederhana, bersikaplah fleksibel dalam pelaksanaannya, dan beri ruang untuk adaptasi. Proses harus bersifat refleksi diri, transformatif, dan memberdayakan. Konflik bersifat sensitif, sehingga membutuhkan pendekatan yang kreatif: Menekankan pada masa depan dan bukan masa lalu, dan pada peluang perdamaian. Melibatkan aktor-aktor perdamaian lokal. Tidak ada analisis stakeholder. Proses-proses PPB perlu dikaitkan ke proses tindak-lanjut dengan hasil yang nyata. 15 8