BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar dalam melakukan penelitian ini. Penulis menjelaskan kajian sumber-sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena usaha individu yang bersangkutan. Menurut Winataputra (2008: 1.4)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang

Penerapan Model Snowball Throwing pada Pembelajaran Pemahaman Paragraf

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB II KAJIAN TEORI. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif. bersama melalui teknik teknik tertentu. 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Ponelo tepatnya berlokasi di Jl Otiola kecamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

Jurnal Penelitian Kualitatif 1

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Untuk mencapai tujuan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think. pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Ekonomi

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Bertanya

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan sistem pengelolaan siswa masih menggunakan cara konvensional yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Sejarah. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. SKI), dalam kurikulum SMP Muhammadiyah 5 menjadi salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. 13 Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perseorangan dan/atau kelompok) serta peserta didik (perseorangan, kelompok dan/atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, menurut Slavin seperti yang dikutip Etin Solihatin bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan 13 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, h. 14. 12

13 struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. 14 Selanjutnya dikatakan pula keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok baik secara individual maupun secara kelompok. Menurut Etin Solihatin pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. 15 Menurut Daryanto pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. 16 Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran serta siswa di dorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 14 Etin Solihatin, Op.Cit.,h. 4. 15 Ibid. 16 Daryanto, Model Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta, Gava Media, 2012, h. 241.

14 Sedangkan Isjoni menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. 17 Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif di rancang agar peserta didik dapat menyelesaikan tugas secara berkelompok. Pada pembelajaran kooperatif peserta didik di beri kesempatan untuk bekerja sama dengan teman yang ada pada kelompoknya masing-masing. Adapun tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah agar siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial. Dengan demikian, rasa setia kawan dan ingin maju bersama semakin tertanam pada setiap diri peserta didik. Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b. Setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. c. Setiap anggota kelompok harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya. d. Setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi. e. Setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 17 Isjoni, Cooperative Learning, Bandung, Alfabeta, 2011, h. 12.

15 f. Setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 18 Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbedabeda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. 19 Selanjutnya Wina Sanjaya menyatakan bahwa prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Penjelasan materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum peserta didik belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman peserta didik terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya peserta didik akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. (2) Belajar dalam kelompok Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya peserta didik di minta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah di bentuk sebelumnya. Pengelompokkan dalam belajar bersifat heterogen. Alasannya yaitu kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnis dan 18 Daryanto, Op.Cit., h. 242. 19 Ibid.

16 gender, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten. Melalui pembelajaran dalam kelompok peserta didik di dorong untuk melakukan tukar menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat. (3) Penilaian Penilaian biasanya dilakukan dengan tes atau kuis. Tes dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap peserta didik dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. (4) Pengakuan tim Pengakuan tim adalah penetapan tim yang di anggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan. 20 Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan. Ada lima unsur dasar yang dapat membedakan metode pembelajaran kooperatif dengan metode pembelajaran lainnya yaitu: 1. Positive Interdepedence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. 20 Wina Sanjaya, Op.Cit., h. 248.

17 2. Interaction Face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar peserta didik tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara peserta didik yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran. 3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga peserta didik termotivasi untuk membantu temannya karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya. 4. Membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif. 5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok) yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning adalah peserta didik belajar keterampilan bekerja sama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat. 21 Dalam metode pembelajaran kooperatif mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan metode pembelajaran lainnya. Konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Slavin seperti yang dikutip Isjoni, sebagai berikut: 21 Isjoni, Cooperative Learning, Op.Cit., h. 41.

18 a. Penghargaan kelompok, keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. b. Pertanggungjawaban individu, keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran kelompok. 22 Peran guru dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut: 1. Menentukan secara spesifik tujuan pelajaran. 2. Membuat keputusan-keputusan sebelum pengajaran berkaitan dengan kelompok-kelompok pembelajaran, pengaturan ruang, materi pengajaran dan peran siswa di dalam kelompok. 3. Menjelaskan susunan tugas dan tujuan kepada para siswa. 4. Mengatur pelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan. 5. Mengawasi efektifitas kelompok pembelajaran kooperatif dan memberi masukan apabila diperlukan. 6. Mengevaluasi pencapaian siswa dan membantu mereka mendiskusikan tentang seberapa baik mereka telah berkolaborasi satu sama lain. 23 Sedangkan menurut Isjoni, peran guru dalam pembelajaran kooperatif ada empat yaitu: (1) Fasilitator Sebagai fasilitator seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik Media, 2010, h. 63. 22 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Op.Cit., h. 33. 23 David W. Johnson, dkk, terj. Narulita Yusron, Colaborative Learning, Bandung, Nusa

19 secara individual maupun kelompok, membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka, membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, dan menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat. (2) Mediator Sebagai mediator guru berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran agar suasana pembelajaran tidak monoton dan membosankan. (3) Director-motivator Guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Peran ini sangat penting dalam rangka memberikan semangat dan dorongan belajar kepada siswa dalam mengembangkan keberanian siswa baik dalam mengembangkan keahlian dalam bekerja sama yang meliputi mendengarkan dengan seksama, mengembangkan rasa empati maupun berkomunikasi saat bertanya, mengemukakan pendapat atau menyampaikan permasalahannya. (4) Evaluator Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. 24 Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulannya yaitu: 24 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Op.Cit., h. 92.

20 1) Saling ketergantungan positif 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru dan 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. 25 Sedangkan kelemahannya yaitu: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3) Apabila dalam proses pembelajaran membahas suatu permasalahan, maka permasalahan tersebut cenderung meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Apabila dalam proses pembelajaran terjadi diskusi kelas, terkadang di dominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. 26 2. Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Salah satu pembelajaran kooperatif adalah Snowball Throwing.Snowball berarti bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Jadi, Snowbal lthrowing berarti melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar-lemparkan kepada siswa lain untuk dijawab. Jadi, maksud dari snowball throwing adalah melemparkan atau menggulirkan kertas yang telah dibentuk seperti bola dan berisi pertanyaan dari satu siswa ke siswa 25 Ibid., h. 36. 26 Ibid.

21 lainnya. Jadi, proses pengguliran ini diibaratkan sama seperti proses terbentuknya bola salju. Agus Suprijono menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif Snowball Throwing yaitu sebagai berikut: a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang telah dijelaskan oleh ketua kelompok e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut di buat seperti bola dan di lempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama±15 menit f. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian g. Evaluasi h. Penutup. 27 Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Selain itu, metode pembelajaran ini juga menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang di padukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya atau berbicara. Akan tetapi, mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, 27 Agus Suprijono, Cooperative Learning, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012, h. 128.

22 tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam gumpalan bola kertas tersebut. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran kooperatif snowball throwing yaitu sebagai berikut: 1. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan. 2. Saling memberikan pengetahuan antar anggota kelompok. 3. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain. 4. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk menjawab soal. 5. Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru. 6. Siswa akan lebih memahami makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah. 7. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia. Adapun kekurangan dari metode pembelajaran kooperatif snowball throwing yaitu sebagai berikut: 1. Pengetahuan kurang luas hanya terbatas pada pengetahuan antar siswa. Oleh sebab itu, diperlukan masukan informasi dan arahan dari guru. 2. Sedikit menyita waktu. Oleh sebab itu, guru harus merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran snowball

23 throwing ini dengan sebaik mungkin seperti alokasi waktu belajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar dan efektif. 3. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran. 3. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam a. Pengertian Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidup (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. 28 Hal lain yang sangat mendasar adalah terletak pada kemampuan menggali nilai, makna, ibrah/hikmah dan teori dari fakta sejarah yang ada. Oleh karena itu, dalam tema-tema tertentu, indikator keberhasilan belajar akan sampai pada pencapaian dari segi afektif. Jadi Sejarah Kebudayaan Islam tidak saja merupakan transfer of knowledge, tetapi juga merupakan pendidikan nilai (value education). b. Tujuan dan Fungsi Sejarah Kebudayaan Islam 1. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam Adapun tujuan dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut: 28 Departemen Agama, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, Jakarta, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama, 2005, h. 69.

24 a) Untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah agama Islam dan kebudayaanislam kepada peserta didik agar memiliki data yang objektif dan sistematis tentang sejarah. b) Mengapresiasi dan mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah. c) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan nilai-nilai Islam berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada. d) Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya melalui imitasi terhadap tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur. e) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau. f) Mengembangkan sikap peserta didik terhadap pentingnya mengetahui dan mempelajari sejarah. 2. Fungsi Sejarah Kebudayaan Islam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki tiga fungsi yaitu sebagai berikut: a) Fungsi Edukatif Melalui sejarah siswa ditanamkan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. b) Fungsi Keilmuan Siswa memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.

25 c) Fungsi Transformasi Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat. c. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam Selama ini Sejarah Kebudayaan Islam hanya dipahami sebagai sejarah tentang kebudayaan Islam saja ( history of Islamic Culture). Oleh karena itu, Sejarah Kebudayaan Islam tidak hanya menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan teknologi dalam Islam. Aktor sejarah yang diangkat tidak hanya Nabi, sahabat dan raja, tetapi akan dilengkapi ulama dan intelektual. Sejarah Kebudayaan Islam dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa dan periode sejarah yang ada, seperti halnya Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah yang mengkaji tentang sejarah Rasulullah, Dinasti-dinasti dan lain sebagainya. 29 B. Penelitian yang Relevan Setelah penulis membaca dan mempelajari beberapa karya ilmiah sebelumnya, unsur relevannya dengan penelitian yang penulis laksanakan adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing. Adapun penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Dodi Irawanmeneliti penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe snowball throwinguntuk meningkatkan hasil belajar sains pada siswa kelas IV SDN 013 Koto Tuo Kec. XIII Koto Kampar. 29 Ibid.

26 Nurbayameneliti tentang penerapan metode snowball throwing untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran pendidikan agama Islam siswa kelas V SDN 009 Langkan Kec. Langgam Kab. Pelalawan. Paparan di atas menunjukkan bahwa secara khusus penelitian tentang penerapan pembelajaran kooperatif snowball throwing adalah penelitian yang relevan, karena telah banyak yang telah menelitinya.akan tetapi secara khusus penerapan pembelajaran kooperatif snowball throwing pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru belum ada yang meneliti. Oleh karena itu, pada penelitian ini penelitiakan meneliti tentang hal tersebut. C. Konsep Operasional Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan kepada siswa; 2. Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok; 3. Guru memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; 4. Guru menyuruh ketua kelompok untuk menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya masing-masing; 5. Guru meminta siswa menuliskan satu pertanyaan mengenai materi yang telah dijelaskan oleh ketua kelompok pada satu lembar kertas; 6. Guru menyuruh siswa melemparkan kertas yang telah dibentuk seperti bola kepada siswa yang lain ± 15 menit;

27 7. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis di dalam kertas berbentuk bola secara bergantian; 8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi pertanyaan yang sulit dan jawaban yang kurang tepat dan lengkap; 9. Guru membuat kesimpulan bersama siswa.