REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

dokumen-dokumen yang mirip
Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN IMPERATIF BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB II LANDASAN TEORI. seseorang menggunakan kata-kata kerja promise berjanji, apologize minta

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 21 31

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB II LANDASAN TEORI

SKALA KESANTUNAN BENTUK TUTURAN DIREKTIF BERDASARKAN PERSEPSI SISWA DI SMAN 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Chaer (2007: 30) bahasa merupakan sebuah media utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di Sekolah Dasar 5

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya anak telah mengenal bahasa sebelum dia dilahirkan, karena

BAB I PENDAHULUAN. firmannya Katakanlah: Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PERTEMUAN PKK DI DESA KADIREJO KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

Makna Implikatur Dalam Kolom Gagasan di Solopos. Eka Susylowati, SS, M. Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

LOGIKA SEBAGAI PERETAS KONSTRUKSI TUTURAN IMPERATIF LITERAL

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

Transkripsi:

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU Netty Nurdiyani Politeknik Negeri Semarang nettynurdiyani@ymail.com Abstrak Surat pembaca merupakan salah satu rubrik yang ada di dalam majalah CahayaQu. Makalah ini berusaha untuk mengkaji pemakaian pragmatk imperatif yang digunakan oleh para penulis surat pembaca karena di dalam rubrik ini terdapat dialog antara pembaca dan redaksi.kajian ini dibatasi pada wujud imperatif pragmatik yang ditulis oleh pembaca majalah CahayaQu.Untuk menganalisisnya digunakan prinsip kesantunan pragmatik impertif yang dikemukakan oleh Kunjana Rahardi dan pengklasifikasian tipe wujud kesantunan Blum-Kulka. Dalam merepresenasikan pragmatik imperatif, pembaca menggunakan kalimat deklaratif dan interogatif. Tipe wujud kesantunannya diwujudkan dalam Rumusan Pertanyaan, Rumusan Saran, dan Rumusan Permintaan.pengembangan dan pendalaman teori perlu dilakukan untuk menyelesaian persolaan sejenis agar masalah itu bisa diselesaikan sampai pada tingkat yang mendasar. Kata kunci: Surat Pembaca; Pragmatik Imperatif; Wujud Kesantunan. A. PENDAHULUAN Makalah ini mencoba menerapkan prinsip kesantunan pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Rahardi (2010). Menurut Rahardi (2010: 2-3) istilah imperatif memiliki cakupan makna lebih luas dibanding dengan makna menyuruh dan perintah seperti yang dikemukakan oleh ahli bahasa di negeri ini. Istilah ini digunakan untuk menggantikan istilah kalimat perintah yang secara implisit mengemukakan bahwa kalimat imperatif hanya dapat dinyatakan dengan konstruksi imperatif.padahal, dalam kegiatan bertutur, makna pragmatik imperatif itu tidak hanya dinyatakan dalam konstruksi imperatif, namun dapat pula dinyatakan dalam konstruksi-konstruksi lain, seperti deklaratif dan interogatif.makna pragmatik imperatif sebuah tuturan tidak selalusejalan dengan wujud konstruksinya, melainkan ditentukan oleh konteks situasi tutur yang menyertai, melingkupi, dan melatarinya. Data dalam makalah ini diambil dari rubrik Surat Pembaca majalah CahayaQu edisi April 2014 sampai dengan Agustus 2014.Data juga dibatasi pada tulisan pembaca.majalah CahayaQu (CQ) adalah majalah yang diterbitkan oleh CahayaQu Company Ltd. Hong Kong.Majalah ini dikelola oleh para Buruh Migran Indonesia (BMI) atau tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di HK didampingi oleh beberapa ahli di dalam bidang-bidang tertentu sebagai penasihat/pembina. Salah satu dewan pembina tersebut adalah Ustaz Yusuf Mansyur. Rubrik Surat Pembaca majalah CQmerupakan rubrik tempat pembaca (P) melakukan interaksi dengan redaksi.dalam rubrik ini pembaca dapat menanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan ibadah maupun relasi kemanusiaan yang bersifat pribadi maupun bersifat umum. Wujud interaksi tanya jawab tersebut menarik diamati untuk menetukan wujud kesantunan yang dipergunakan oleh pihak penanya maupun penjawab. B. KESANTUNAN BERBAHASA Dalam kaitan dengan kesantun berbahasa ini, Leech (1993: 207) memberikan ramburambu demikian Kurangilah ungkapan keyakinan-keyakinan yang mengemukakan atau 133

menyiratkan hal-hal yang merugikan orang lain. Leech mengemukakan adanya enam prinsip kesantunan yang disebut maksim. Dengan maksim ini diharapkan agar peserta tutur dianggap santun dalam berinteraksi dengan mitra tutur.maksim itu adalah (1) maksim kearifan, (2) maksim kedermawana, (3) maksim pujian, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim kesepakatan, (6) maksim simpati. Kesantunan berbahasa dalam pandangan Lakoff (Rahardi, 2010: 41) suatu tuturan akan daat dikatakan santun apabila tturan tu bersifat formal, tidak memaksa, dan tidak berkesan angkuh, terdapat pilihan tindakan bagi mitra tutur dan tuturanterseabut hendakya mampu membuat mitra tutur merasa sama, merasa memiliki sahabat, merasa gembira, dan sejajar dengan si penutur.pernyataan Lakoff tersebut secara ringkas dapat dikatakan bahwa kesantunan itu (1) formality (formalitas); (2) hesitancy (ketidaktegasan); dan equality (kesamaan atau kesekawanan). Di samping pendapat-pendapat tersebut, Brown dan Levinson (1978) memiliki pandangan tentang kesantunan sebagai face saving (penyelamatan muka). Pendapat ini mendasarkan pada kenyataan bahwa setiap orang harus menjaga muka atau menjaga harga diri, kehormatan diri, sehingga tidak diremehkan oleh orang lain. Brown dan Levinson membedakan sejumlah stategi kesantunan dalam suatu masyarakat yang berisar antara penghindaran terhadap tindakan mengancam muka sampai dengan berbagai macam bentuk penyamaran dalam bertutur. Prinsip kesantunan pragmatik imperatif yang dikemukakan oleh Rahardi (2010: 134-148) ini terdiri dari dua aspek dasar yaitu kesantunan itu terwujud dari tuturan nonimperatif yaitu (1) deklaratif, dan (2) interogatif. Aspek kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan deklaratif diuraikan atas deklaratif yang menyatakan (a) suruhan, (b) ajakan, (c) permohonan, (d) persilaan. Aspek kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan interogatif diuraikan atas interogatif yang menyatakan (a) perintah, (b) ajakan, (c) permohonan, (d) persilaan, (e) larangan. C. TIPE KESANTUNAN Mengutip tipe persepsi sembilan peringkat kesantunan yang disampaikan oleh Blum- Kulka, Rahardi (2010: 149-150) memberikan contoh-contoh tipe kesantunan dalam bahasa Indonesia. Kesembilan tipe tuturan imperatif itu adalah sebagai berikut (1) imperatif dengan rumusan imperatif Bukakan pintu itu!, (2) imperatif dengan rumusan pernyataan permintaan Saya minta Saudara membukakan pintu itu., (3) imperatif dengan rumusan permintaan berpagar seperti pada tuturan Saya mau minta Saudara membukakan pintu itu., (4) imperatif dengan rumusan pernyataan keharusan Saudara harus membukakan pintu itu, (5) imperatif dengan rumusan pernyataan keinginan Saya ingin pintu itu dibukakan. (6) imperatif dengan rumusan saran Bagaimana kalau ntu itu Sadara bukakan?, (7) imperatif dengan rumusan pertanyaan Saudara dapat membukakan pintu itu?, (8) imperatif dengan rumusan isyarat Dengan pintu itu tertutup ruangan ini sangat panas., (9) imperatif dengan rumusan isyarat halus Wah, panas sekali ruangan ini! D. KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF PEMBACA Pada umumnya, makna imperatif diungkapkan dengan tuturan imperatif. Namun, pada kenyataannya, makna imperatif tidak selalu diwujudkan dalam bentuk imperatif melainkan dalam wujud tuturan yang berbeda. Dalam rubrik ini, pembaca dapat mengajukan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan macam-macam informasi yang ingin ia dapatkan.dalam mengajukan pertanyaannya, P CQ mengungkapkannya dengan dua jenis kalimat yaitu deklaratif dan interogatif. Berkaitan dengan makna imperatif P tersebut, berikut dikemukakan wujud kalimat dan makna imperatif yang menyertai pada setiap wujud kalimat yang digunakan. a. Deklaratif Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif (Kridalaksana, 1985:167). Kalimat deklaratif juga dikenal dengan nama kalimat berita (Alwi, 2003: 352). Yang 134

dimaksud deklaratif adalah pernyataan (KBBI, 2008: 306).Berikut ini adalah kalimat deklaratif yang merupakan wujud kesantunan pragmatik imperatif dalam bentuk deklaratif. (1) Kalau boleh minta alamat klinik thibbun nabawi di Blitar dan sekitarnya(3/20/4/14) (2) Terima kasih atas jawabannya sangat diharapkan (10/21/5/14) (3) Hemat saya, CQ tidak mengambil tema yang mengandung unsur sara. (11/21/5/14) (4) Ana minta ijin gabung di koperasi CQ (16/22/6/14) (5) Assalamu alaikum CQ aku mau curhat (7/22/6/14) (6) Saya mau cerita (22/24/8/14) (7) Mohon penjelasan (28/24814) Data di atas menunjukkan bermacam variasi wujud deklarasi yang digunakan oleh P dalam suratnya kepada redaksi.dalam setiap kalimat tersebut terkandung kesantunan pragmatik imperatif seperti yang dikemukakan oleh Kunjana. Keenam kalimat deklaratif tersebut memiliki makna yang berbeda.kalimat (1), (2), (5), dan (6) mengandung makna suruhan.kalimat (3) mengandung makna larangan.kalimat (4) dan (7) mengandung makna permohonan.pada kalimat (1) jelaslah bahwa pembaca menyuruh redaksi untuk memberikan alamat yang diminta kepadanya.hal ini diungkapkan dengan eksplisit dengan kata minta.ungkapan jawabannya sangat diharapkanpada kalimat (2) memiliki makna agar pihak yang diajak bicara disuruh memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.demikian pula saya mau curhat dan saya mau ceritapada kalimat (5) dan (6) mengimplikasikan, bahwa pihak yang diajak bicara disuruh mendengarkan ceritanya, mendengarkan curhat-nya.kalimat (3) mengandung makna larangan kepada pihak majalah agar tidak memuat tulisan yang mengandung unsur sara. Pengungkapan eksplisit dengan kata tidak mengimplikasikan makna larangan dalam tuturan tersebut. Kalimat (4) dan (7) mengimplikasikan pragmatif imperatif yang menyatakan permohonan. Imperatif permohonan menunjukkan penggunaan bahasa yang lebih santun. b. Interogatif Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung intonasi interogatif (Kridalaksana, 1985: 167). Kalimat ini dikenal dengan nama kalimat tanya (Alwi, 2003: 357). Secara formal ditandai dengan kata tanyaapa, siapa, berapa, kapan, dan bagaima dengan atau tanpa partikel kah.berikut ini adalah kalimat deklaratif yang digunakan oleh para pembaca CQ yang memiliki makna pragmatik imperatif.berikut adalah sebagian data yang diperoleh dari majalah CQ. (8) Bisa tidak dari koperasi CQ mengeluarkan brosur buku-buku yang dijual dengan harganya (7/21/5/14) (9) Bolehkan saya minta tolong untuk diinformasikan kalau saya sedang mencari saudara yang lost contact sebab hp saya rusak (6/21/5/14) (10) Aku mau tanya, ciri-ciri orang Syiah apa saja? (12/22/6/14) (11) Maaf, kalau saya kirim sms ke Surat Pembaca, La Tahzan, atau saya kirim cerita nyata bolehkah? (16/22/6/14) (12) Saya mau tanya shalat Dhuha di Hong Kong itu afdalnya awal jam berapa? (26/24/8/14) (13) Dan apakah saya harus tetap membayar zakat ke kantor penitipan zakat seperti biasa? (20/23/7/14) Dalam majalah CQ, interogatif para pembaca hanya mengimplikasikan pragmatik imperatif bermakna perintah dan permohonan.pemaknaan imperatif perintah terdapat pada kalimat (8), (10), dan (12). Susunan kalimat tersebut memang berbeda, namun menyiratkan hal yang sama yaitu memerintah orang untuk melakukan sesuatu yang dijadikan fokus pertanyaannya. Kedua kalimat yang lain, kalimat (9), (11), dan (13) mengimpliksikan pragmatik imperatif 135

permohonan. Kalimat permohonan menunjukkan kesantunan dan keformalan situasi.meski pada kalimat-kalimat tersebut tidak dijumpai kata mohon sebagai indikator kesantunannya, penggunaan partikel kah tampaknya bisa memperhalus tuturan tersebut. E. TIPE KESANTUNAN IMPERATIF PEMBACA Tipe kesantunan imperatif menurut Blum-Kulka ada sembilan.tipe kesantunan yang dikemukakannya tidak memeringkat tingkat kesantunan. Dengan mendasarkan pada tipe kesantunan yang dikemukakan Blum-Kulka, maka dapat dikatakan bahwa tipe kesantunan imperatif pembaca CQbervariasi dalam wujud tuturan yang dipergunakan.dari data tersebut diperoleh tipe berikut ini. a. Rumusan Pertanyaan Dari 28 kalimat yang mengimplikasikan imperatif, 21 kalimat berbentuk interogatif atau pertanyaan, hanya 7 yang berbentuk deklaratif. Tampaknya, penggunaan konstruksi interogatif ini mengandung kehalusan makna.dengan interogatif ini, penutur tidak memerintah, namun menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Di balik pertanyaan itulah terdapat makna pragmatif imperatif si penutur. b. Rumusan Saran Imperatif rumusan saran ini adalah imperatif yang bisa dikategorikan halus.hal ini berdasar pada anggapan bahwa penggunaan imperatif dengan rumusan saran ini seolah-olah penutur meminta mengharapkan pertimbangan dari mitra tutur. Dengan rumusan saran ini, penutur menempatkan mitra tutur sebagai mitra. Hal ini sejalan dengan pendapat Lakoff yang menyatkan bahwa agar dianggap santun orang memperlakukan orang lain sejajar dengan dirinya. (14) Saya mau tanya, bagaimana hukumnya kalau shalat memakai perhiasan seperti anting atau cincin.(27/24/8/14) (15) Bagaimana menurut agama kalau saya tidak melunasi hutang itu?(9/21/5/14) c. Rumusan Permintaan Rumusan permintaan ini merupakan salah satu representasi bentuk tuturan deklaratif untuk menyatakan maksud imperatif dalam bahasa Indonesia.Dengan penggunaan deklaratif ini, maksud imperatif dapat dikurangi, sehingga tingkat kesantunannya menjadi tinggi. (15) Ana minta ijin gabung di koperasi CQ. (16/22/6/14) (16) Kalau boleh minta alamat klinik thibbun nabawi di Blitar dan sekitarnya (/20/4/14) F. PENUTUP Dari pengamatan terhadap realisasi pragmatik imperatif Kunjana Rahardi pada penulis rubrik Surat Pembaca, dapat disimpulkan (1) dalam surat pembaca tersebut secara eksplisit pembaca tidak menggunakan bentuk imperatif, namun di dalam teks itu terdapat sebuah kalimat yang menjadi kunci dari pertuturannya; kalimat itu dinyatakan dalam konstruksi deklaratif dan interogatif, (2) tipe wujud imperatif yang digunakan oleh penulis tersebut adalah rumusan pertanyaan, rumusan saran, dan rumusan permintaan. Ketiga tipe wujud imperatif tersebut yang digunakan oleh para penulis Surat Pembaca untuk mengungkapkan tindak kesopanan mereka. Saran bagi pengembangan teori perlu diajukan.tampaknya perlu pendalaman dan pemerluasan setiap tipe wujud imperatif yang dikemukakan oleh Blum-Kulka.Hal ini perlu dilakukan dengan mengingat kebervariasian kata yang ada di dalam bahasa Indonesia. Dengan pendalaman dan pemerluasan teori diharapkan dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan pemakaian imperatif ini secara lebih mendalam. 136

DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Brown, P. dan Stephen C. Levinson. 1987. Politenes Some Universals in Language Use. Great Britain: Cambridge University Press. Departemen Pendidikan Nasional.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: PT Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Bahasa. Leech. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (diterjemahkan M. D. D. Oka). Jakarta. UI Press. Rahardi, Kunjana. 2010. Pragmatik: Kesantunan Impeatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga 137