PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN UMKM, KUK, CAR DAN BOPO TERHADAP KREDIT BERMASALAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA. Masyithah Safira Arimbi

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah pembiayaan diberikan. Namun, NPF dan NPL terjadi pada sistim

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB I PENDAHULUAN. secara praktik operasionalnya. Dalam beberapa penelitian dan kajian, ekonomi islam

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB I PENDAHULUAN. yang berbasis syariah, perkembangan ini juga mendorong bank syariah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan sebagai dasar utamanya yang berupa kepercayaan sebagai agent. melalui kredit dan kemudahan proses pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang didasarkan pada prinsip syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Gadai emas walaupun memberikan pendapatan yang tinggi, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

2016 PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH BERMASALAH TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah dengan berpedoman pada Al Quran

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang menerapkan sistem ribawi menjadi goyah. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Bank merupakan satu lembaga yang berfungsi sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank pada umumnya tentu saja menjalankan fungsi utamanya yakni fungsi intermediasi sebagai penyalur dana dan penghimpun dana. Khususnya pada Bank konvensional dan Bank Syariah yang menjadikan kredit sebagai pemasukan utama, ketika bank menyalurkan kredit maka bank akan selalu menghadapi risiko kredit. Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan dari pinjaman yang diberikannya (Darmawi, 2012). Penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan batas wewenang keputusan kredit bagi setiap aparat perkreditan, berdasarkan kapabilitasnya (autorize limit) dan batas jumlah (pagu) kredit yang dapat diberikan pada usaha atau perusahaan tertentu (credit line limit), serta melakukan diversifikasi. Tingkat kredit bermasalah pada bank konvensional dapat ditunjukkan oleh Rasio Non Performing Loan sedangkan pada bank syariah ditunjukkan oleh Rasio Non Performing Financing. Bank syariah hanya mengenal kata pembiayaan sebagai kegiatan utamanya, dan tidak memberi pinjaman uang seperti pada bank konvensional. Pemberian pinjaman uang pada bank syariah bersifat sosial, dan tidak

2 berbunga. Transaksi komersialnya dilaksanakan melalui jual-beli dengan akad murabahah, sewa-menyewa dengan akad ijarah, dan kerja sama menjalankan suatu bentuk usaha/bisnis dengan mudharabah atau musyarakah. Pembiayaan tidak boleh mengandung unsur riba, bersifat gharar dan maysir. Riba atau bunga, yang ditetapkan di muka terlepas apakah usaha menguntungkan atau merugi, jelas manambah risiko bisnis. Pada akad murabahah, misalnya, bank membelikan barang yang dibutuhkan, dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan tambahan harga sebagai keuntungan bank. Nasabah dapat mengangsur pembeliannya itu kepada bank. Pada akad ijarah, bank menyewakan barang yang dibeli kepada nasabahnya. Pada akad mudharabah, bank sebagai shahibul mal menyediakan modal untuk membiayai usaha yang dijalankan oleh nasabah sebagai mudharib. Pada akad musharakah, bank dan nasabah membiayai dan menjalankan suatu usaha bersama-sama. Pada akad ini, perolehan keuntungan merupakan common interest bagi bank dan nasabah, yang kemudian akan dibagi berdasarkan nisbah yang ditentukan pada awal hendak bekerja sama. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, dalam Bab 1 (ketentuan Umum), pasal 1 dari Undangundang (UU) tersebut, dinyatakan bahwa Usaha Mikro (UMI) adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI sebagai mana diatur dalam UU tersebut. Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

3 dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UM atau Usaha Besar (UB) yang memenuhi kriteria UK sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Usaha menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UMI, UK atau UB yang memiliki kriteria UM sebagaimana yang dimaksud UU tersebut. Di dalam UU tersebut kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai asset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Kriterianya : a) Usaha Mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai asset palung banyak Rp 50 juta atau dengan hasil penjualan paling besar Rp 300 juta. b) Usaha kecil dengan nilai asset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta, hingga maksimum 2,5 milyar. c) Usaha menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari 500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 milyar sampai paling tinggi Rp 50 milyar.

4 Saat ini pengembangan UMKM masih menghadapi kendala terutama dalam mengakses biaya dari sektor perbankan. Kendala tersebut bisa ditinjau dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, UMKM dan KUK memiliki karakteristik yang cukup unik dimana pada umumnya UMKM dan KUK tidak meiliki informasi keuangan yang transparan dan terorganisir yang menyebabkan pemberi kredit memiliki kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan dan usaha dari UMKM dan KUK. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian di beberapa negara, seperti Brazil, Peru, dan sejumlah negara di Afrika Selatan (Cravo, 2010; Falkena dan Herrero, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali (2008) menyebutkan bahwa dari sisi penawaran kredit, keengganan bank dalam memberikan kredit terhadap UMKM dan KUK disebabkan oleh keterbatasan aset yang dapat dijadikan sebagai jaminan (collateral), ketidakpastian bisnis di masa depan, lemahnya manajemen keuangan, dan kurangnya track record. Jika dilihat dari pernyataan di atas, Usaha Mikro Kecil Menengah dan Kredit Usaha Kecil sangat berpengaruh terhadap kredit pada perbankan, namun belum terlihat jelas mana yang lebih berpengaruh terhadap kredit bermasalah pada bank. Apakah UMKM yang berpengaruh ataukah KUK yang lebih berpengaruh terhadap kredit bermasalah pada bank terutama Bank Syariah. Di bawah ini ada tabel NPF Bank Syariah Mandiri dari tahun 2007 sampai tahun 2011 :

5 Tabel 1.1 Rasio Non Performing Financing PT. Bank Mandiri Syariah, Tbk. Tahun 2007-2011 Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan NPF Tahun Mudharabah Musyarakah Mudharabah (a+b)/(c+ Musyarakah (d) (a) (b) (c) d)*100% 2007 25.024.012 124.822.506 2.339.676.256 1.997.758. 463 3,45% 2008 37.575.801 256.539.526 2.963.646.872 2.613.729.398 5,27% 2009 63.393.787.23 4 2010 67.240.959.25 9 2011 80.359.109.42 9 Sumber : www.syariahmandiri.co.id 255.766.593.4 95 365.885.363.3 46 316.028.507.5 31 3.338.842.556. 078 4.240.922.756. 709 4.671.139.955. 353 3.256.612.594.3 50 4.590.190.519.0 57 5.428.200.940.2 64 4,83% 4,93% 3,92% Capital Adequacy Ratio merupakan rasio kecukupan modal bank atau kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. Semain tinggi rasio CAR maka semakin besar kemampuan bank dalam menggunakan modalnya untuk membiayai aktiva bank yang mengandung risiko. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin besar rasio ini maka semakin besar tingkat efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan sautu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan profitabilitas menurun.

6 Berdasarkan latar belakang di atas, pembiayaan UMKM, KUK, CAR dan BOPO berhubungan positif dengan kredit bermasalah (NPF) pada bank Syariah di Indonesia. Maka dari itu, penulis tertarik menelaah lebih dalam tentang kredit bermasalah pada bank syariah melalui penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Pembiayaan UMKM, KUK, CAR dan BOPO terhadap Kredit Bermasalah Pada Bank Syariah Di Indonesia. B. Batasan Masalah Penelitian Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada Bank Syariah, maka penelitian ini hanya membahas pada: 1. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah di Indonesia yaitu pembiayaan UMKM, pembiayaan KUK, CAR, dan BOPO. 2. Data variabel dalam penelitian ini dibatasi hanya pada lima besar bank Syariah dengan laba terbanyak yaitu, Bank Muamalat, Bank Mandiri Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank BRI Syariah yang ada di Indonesia. 3. Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 yakni terdiri atas: a. Kredit Bermasalah (NPF) b. Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) c. Pembiayaan Kredit Usaha Kecil (KUK) d. CAR

7 e. BOPO C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka di dalam penelitian ini akan diajukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berpengaruh terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah (NPF)? 2. Apakah pembiayaan Kredit Usaha Kecil (KUK) berpengaruh terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah (NPF)? 3. Apakah CAR berpengaruh terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah (NPF)? 4. Apakah BOPO berpengaruh terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah (NPF)? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh faktor pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah di Indonesia. 2. Menganalisis pengaruh faktor pembiayaan Kredit Usaha Kecil (KUK) terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah di Indonesia. 3. Menganalisis pengaruh faktor CAR terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah di Indonesia. 4. Menganalisis pengaruh faktor BOPO terhadap kredit bermasalah pada Bank Syariah di Indonesia.

8 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah dan Perbankan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan dalam penentuan kebijakan kredit bermasalah serta mengenai faktor apa yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap kredit bermasalah (NPF) pada Bank Syariah. 2. Bagi dunia akademis (terutama UMY) dan peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain baik mahasiswa UMY sendiri maupun mahasiswa dari kampus lain yang ingin mengulas masalah kredit bermasalah pada perbankan khususnya Bank Syariah dengan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi pembangunan di Fakultas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Bagi penulis dan para pembaca. Hasil penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang penulis peroleh dari bangku kuliah dan mampu membandingkan antara teori yang diterima di dalam perkuliahan dan praktik dilapangan. Dengan demikian, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis maupun yang membaca hasil penelitian ini. 4. Bagi Masyarakat. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan penambahan wawasan untuk masyarakat.