Bab IV Metodologi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab IV Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

STUDI KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI (Studi Kasus: Kota Bandung) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian logam berat di udara ambien-th2013

PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

3. METODE PENELITIAN

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

Bab IV Gambaran Umum Daerah Studi

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG)

3. METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

ANALISIS KARAKTERISASI PARTIKULAT UDARA ABIENT DI SURABAYA

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

SAMPLING DAN PREPARASI SAMPEL POLUTAN UDARA DI LINGKUNGAN PLTU BATUBARA CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Aplikasi Arima Dan Arfima Pada Data Kondentrasi Balck Carbon Partikulat Udara Halus PM2,5 Di Daerah Lembang Bandung

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

1. Indek Standar Pencemar Udara (ISPU)

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pencemaran Timbel (Pb) di Udara dan Kadar Timbel pada Darah Anak2: Studi Kasus di Bandung

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

KANDUNGAN BLACK CARBON PADA PARTIKULAT UDARA HALUS DAN KASAR DALAM UDARA AMBIEN DI DAERAH SERPONG - TANGERANG

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien

Konsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

KARAKTERISTIK PARTIKULAT UDARA AMBIEN DAN TERESPIRASI DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI NON FORMAL. Jl. Tamansari 71, Bandung 40132

Bab III Gambaran Umum Wilayah Studi

KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

BAB III METODE PENELITIAN

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG

Studi Identifikasi Karakteristik Anorganik PM10 terhadap Mortalitas dan Morbiditas di Udara Ambien pada Kawasan Pemukiman

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

Rita Muktar, Esrom Hamonangan...: Komponen Kimia PM 2,5 DAN PM 10. (Diterima tanggal ; Disetujui tanggal )

KUALITAS UDARA DALAM RUANG DI DAERAH PARKIR BASEMENT DAN PARKIR UPPERGROUND (STUDI KASUS DI SUPERMARKET SEMARANG)

Bab II Tinjauan Pustaka

Analisis Karaterisasi Konsentrasi dan Komposisi Partikulat Udara (Studi Case : Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB V HASIL PENELITIAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

Karakteristik Anorganik PM10 Di Udara Ambien Terhadap Mortalitas Dan Morbiditas Pada Kawasan Industri di Kota Bandung

ANALISIS KONSENTRASI PARTICULATE MATTER 10 (PM10) PADA UDARA DILUAR RUANG (STUDI KASUS : STASIUN TAWANG - SEMARANG)

IDENTIFIKASI KADAR UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM HEWAN DI SUNGAI GAJAHWONG YOGYAKARTA DENGAN METODE AANC (ANALISIS AKTIVASI NEUTRON CEPAT)

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA)

ANALISA PENGARUH KELEMBABAN KAYU TERHADAP KONSENTRASI PM 2,5 DALAM DAPUR BERBAHAN BAKAR KAYU SKALA REPLIKASI DAN RUMAH TANGGA

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017

PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT

PENGAMBILAN SAMPEL ANALISA KUALITAS UDARA

Transkripsi:

Bab IV Metodologi Penelitian Alur penelitian yang dilakukan terdiri atas survei lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder, analisis partikulat, serta analisis paparan unsur-unsur kimia. Metodologi penelitian ini juga dilengkapi dengan diagram alir untuk menggambarkan alur penelitan yang dilaksanakan. IV.1 Survei Lapangan Survei lapangan perlu dilakukan sebelum pengambilan sampel partikulat udara di lapangan untuk mengetahui keadaan di lokasi yang akan dilakukan pengambilan sampel. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain pertimbangan dalam penetapan lokasi studi, jenis peruntukkan lokasi, perkiraan sumber pencemar utama, serta keberadaan objek studi, sehingga dapat diketahui hal-hal yang dapat dimungkinkan atau tidak dimungkinkan untuk dilakukan dalam mendukung perolehan data. Lokasi pengambilan sampel partikulat udara dilakukan di empat lokasi yang berbeda. Penentuan lokasi berdasarkan kepada perbedaan tataguna lahan dengan asumsi bahwa dengan perbedaan karakteristik lokasi dapat terlihat perbedaan sumber polutan yang memapari masyarakat di lokasi tersebut. Di samping itu penentuan lokasi juga disesuaikan dengan lokasi stasiun tetap yang dipergunakan oleh BPLHD Provinsi Jawa Barat untuk memantau kualitas udara Kota Bandung perbulan tiap tahunnya dan beberapa penelitian yang terkait hal yang sama. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh data sekunder mengenai partikulat yang dapat mendukung penelitian ini. Lokasi-lokasi tersebut adalah : Daerah Aria Graha : mewakili kawasan pemukiman Daerah Cisaranten Wetan : mewakili kawasan industri Daerah Tegalega : mewakili kawasan bisnis, keramaian transportasi, pasar, dan pertokoan Daerah Dago Pakar : mewakili kawasan bersih

IV.2 Pengumpulan Data Informasi serta data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa konsentrasi paparan partikulat terespirasi serta unsur-unsur kimia yang terkandung di dalamnya. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data kejadian penyakit ISPA di Kota Bandung, data pencemaran udara, serta data tingkat emisi di Kota Bandung. IV.2.1 Pengumpulan Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah data partikulat terespirasi di tiap-tiap lokasi yang ditentukan. Pengambilan sampel menggunakan alat Hi Flow Personal Sampler Gilian HFS-513A yang dilengkapi dengan filter Mixed Cellulose Ester (MCE) diameter 25 mm, kerapatan 0,8μm, dan SKC alumunium cyclone 225-01- 01/02 (SKC Catalog, 2003/2004). Alat tersebut di pasang pada responden selama waktu yang ditentukan yaitu 8 jam kerja sesuai aktifitas responden dan kemampuan alat. Responden di masing-masing lokasi diambil secara sukarela. Responden adalah orang-orang yang melakukan kegiatan dan berada pada lokasi tersebut sepanjang hari seperti pedagang kaki lima, pemilik warung-warung, satpam dan lain sebagainya dengan pertimbangan responden tersebut bekerja di area terbuka sehingga berpotensi terpapar polutan partikulat terespirasi dari udara ambien. Responden yang dipilih adalah orang-orang yang tidak merokok atau yang dipastikan tidak akan merokok selama proses pengambilan sampel berlangsung. Pengambilan sampel dilakukan dua hari dalam satu minggu di setiap lokasi dengan perbedaan hari berdasarkan aktivitas keramaian. Penentuan hari berdasarkan aktivitas yang diamati dan hasil wawancara dengan responden mengenai kondisi daerah tersebut. Adanya perbedaan aktifitas dan keramaian pada waktu-waktu tersebut diperkirakan dapat membuat perbedaan paparan polutan pada masyarakat.

Pengambilan sampel dilakukan dalam tiga kali pengulangan, dengan jumlah responden satu hari yaitu tiga orang sehingga dalam satu lokasi akan diperoleh 24 sampel sehingga dari keseluruhan lokasi akan terkumpul sejumlah 72 sampel. Jumlah sampel yang diperoleh dari masing-masing lokasi diperlihatkan pada Tabel IV.1. Tabel IV.1 Jumlah sampel di setiap lokasi Lokasi Jumlah sampel Hari kerja Akhir pekan Tegalega 9 9 Aria Graha 12 6 Dago Pakar 9 9 Cisaranten Wetan 9 9 Total 39 33 Pada hari kerja jumlah sampel di Aria Graha lebih banyak jika dibandingkan dengan akhir pekan. Hal tersebut didasarkan pada tidak ada perbedaan aktifitas yang mencolok di kawasan tersebut pada hari kerja dan akhir pekan, sehingga diupayakan pengambilan sampel lebih banyak pada hari kerja. Sampel yang terkumpul kemudian dilakukan analisis, yaitu analisis konsentrasi, dan analisis kandungan unsur-unsur. Analisis kandungan unsur-unsur dilakukan dengan tiga cara yaitu analisis elemental dengan INAA, analisis Pb dan Hg dengan AAS, analisis black carbon dengan reflektometer. Analisis konsentrasi dan black carbon dilakukan terhadap seluruh sampel, sedangkan tidak seluruh sampel dianalisis dengan INAA dan AAS. Hal tersebut dikarenakan sampel yang telah dianalisis dengan INAA akan bersifat radioaktif sehingga tidak bisa dilakukan analisis dengan AAS, begitu pula sebaliknya sampel yang telah dianalisis dengan AAS telah mengalami proses destruksi sehingga tidak dapat dianalisis dengan INAA. Dengan demikian sebagian sampel dianalisis dengan INAA dan sebagian dengan AAS. Jumlah sampel yang dianalisis dengan INAA sebanyak 25 sampel dengan masing-masing dipilih tiga sampel pada hari kerja dan akhir pekan dari masing-masing lokasi. Di Aria Graha diambil lima sampel dan akhir pekan dua sampel karena jumlah sampel pada hari kerja diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan pada akhir pekan. Jumlah sampel yang dianalisis

dengan AAS adalah sebanyak 47 sampel, dengan di masing-masing lokasi sebanyak 6 sampel pada hari kerja dan akhir pekan, kecuali di Aria Graha dipilih sebanyak 7 sampel pada hari kerja dan 4 sampel pada akhir pekan. IV.2.2 Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder dibutuhkan untuk menunjang analisis dan pembahasan data paparan partikulat terespirasi sebagai data primer. Data sekunder tersebut diantaranya yaitu data monitoring kualitas udara di kota Bandung yang dilakukan di stasiun-stasiun pemantau kualitas udara BPLHD dan data-data dari penelitian sebelumnya yang menunjang tentang polutan partikulat di udara kota Bandung. Data monitoring khususnya untuk partikulat yang diperoleh dari stasiun pemantau milik BPLHD tidak lengkap mengingat karena berbagai keterbatasan sehingga operasi stasiun pemantau ini tidak maksimal. Data yang digunakan hanya data monitoring dari tahun 2001 hingga 2002 yang dianggap cukup lengkap dibandingkan tahun-tahun sesudahnya. Data sekunder lainnya adalah data kejadian penyakit saluran pernafasan di tiaptiap puskesmas di kota Bandung yang diperoleh dari Dinas kesehatan Kota Bandung. Data ini diperlukan untuk memberikan informasi mengenai jumlah serta perkembangan kejadian penyakit saluran pernafasan dari tahun ke tahun yang terjadi di kota Bandung. Data kejadian penyakit yang digunakan adalah dari tahun 2003 hingga 2006. Data meteorologi, khususnya data kecepatan dan arah angin juga diperlukan untuk mengetahui gambaran umum kondisi meteorologi khususnya arah dan kecepatan angin di kota Bandung dalam satu tahun terakhir. Hal ini diperlukan sebagai pendukung dalam penentuan perkiraan sumber pencemar. Data ini diperoleh dari pencatatan yang dilakukan BMG kota Bandung, serta Lanud Husein Sastranegara Bandung. Data tingkat emisi di kota Bandung, diperlukan untuk mengetahui potensi-potensi pencemaran yang ada di kota Bandung sehingga dapat mendukung dalam proses interpretasi karakteristik perkiraan sumber pencemar. Data emisi ini diperoleh

dari penelitian serta kajian-kajian mengenai emisi dan tingkat emisi yang pernah dilakukan di kota Bandung. Pengukuran serta observasi kondisi lingkungan juga dilakukan pada waktu dilakukan pengambilan sampel partikulat. Parameter yang diukur adalah temperatur kering, temperatur basah, arah angin, cuaca, dan kecepatan angin. Pengukuran temperatur kering dan temperatur basah sekaligus untuk menghitung kelembaban udara menggunakan sling psychrometer. Kecepatan angin diketahui dengan menggunakan anemometer. Arah angin ditentukan dengan menggunakan kompas, sedangkan keadaan cuaca ditentukan dengan mengamati kondisi lingkungan sekitar. IV.3 Analisis Partikulat Terespirasi Partikulat terespirasi di analisis untuk mengetahui konsentrasi, unsur-unsur kimia yang terkandung dalam partikulat terespirasi tersebut. 1. Analisis Konsentrasi Partikulat Analisis gravimetri dilakukan untuk mengetahui konsentrasi partikulat pada sampel yang terukur di setiap lokasi penelitian. Konsentrasi partikulat terespirasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Wight, 1994): C s = M V s Keterangan: C S : Konsentrasi partikulat tersuspensi (µg/m 3 ) M s : Massa yang terkumpul (μg) V : Volume udara (m 3 ) 2. Identifikasi Unsur-unsur Kimia dalam Partikulat Terespirasi Metoda ini menggunakan tiga alat yaitu EEL smokestain reflectometer, Analisa Pengaktifan Neutron (APN) atau dikenal juga sebagai Instrumental Neutron

Activation Analysis (INAA), dan dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). A. Pengukuran black carbon Pengukuran black carbon dilakukan setelah penimbangan berat sampel partikulat sebelum dilakukan analisis dengan INAA atau dengan AAS. Pengukuran black carbon ini menggunakan metode refleksi cahaya dengan alat EEL smokestain reflectometer. Pengukuran black carbon dilakukan di PTNBR BATAN Bandung. Perhitungan konsentrasi black carbon menggunakan rumus (Cohen et al., 2000): keterangan : A 100 Ro BC = ln V 2ε R BC : Konsentrasi black carbon (μg/m 3 ) A : Luas permukaan sampel (cm 2 ) V : Volume udara (m 3 ) R 0 R ε : Reflektansi filter kosong : Reflektansi sampel : Koefisien absorbsi (m 2 /g) = 7 untuk aerosol B. Analisis Unsur dengan INAA INAA merupakan analisis unsur-unsur menggunakan neutron yang diaktivasi. Pemanfaatan INAA diantaranya untuk mengkarakterisasi partikel-partikel di udara dengan ketelitian hingga nanogram (Santoso, 2006). Proses iradiasi sampel partikulat udara dilakukan di BATAN Serpong, dan proses pencacahan unsur dilakukan di Serpong dan Bandung. Kadar unsur dalam sampel yang telah diiradiasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Susetyo, 1984): A t = A o ε t T. 0,693. A C = A o ostd W x V std

Keterangan: A t A o A ostd t T W std : Aktivitas radioaktif unsur setelah diiradiasi (cps) : Aktivitas radioaktif unsur sebelum diiradiasi (cps) : Aktivitas radioaktif standar sebelum diiradiasi (cps) : Waktu iradiasi (s) : Waktu paruh unsur (s) : Berat standar (μg) V : Volume udara (m 3 ) C. Analisis Pb dan Hg Beberapa elemen logam tidak dapat dikarakterisasi menggunakan INAA, karena itu dilakukan analisis dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) untuk mengetahui keberadaan logam Pb dan Hg baik secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis dengan AAS ini dilakukan di PTNBR BATAN Bandung. Dasar perhitungan kadar unsur Pb dan Hg menggunakan persamaan berikut (Sumber: GBC, 1993): C = K s D Keterangan: C : Kadar unsur (ppm) K s D : Konsentrasi sampel dari kurva yang terbaca (ppm) : Densitas (berat sampel/pengenceran) (mg/ml) IV.4 Analisis Sumber Pencemar Analisis faktor digunakan sebagai alat untuk memperkirakan sumber yang berkontribusi dalam pencemaran partikulat. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) ver.11.5. Interpretasi terhadap hasil yang diperoleh didasarkan atas unsur-unsur penanda pada profil sumber yang dikeluarkan oleh US EPA dan dilengkapi dengan literatur-literatur lain serta hasil penelitian terdahulu mengenai karakterisasi

partikulat. Langkah-langkah dalam analisis sumber ini ditampilkan dalam Lampiran K. IV.5 Analisis Paparan Unsur-unsur Kimia Analisis paparan partikulat dilakukan dengan perhitungan nilai IEC (Inhalation exposure concentration). Perhitungan nilai IEC dilakukan sebagai gambaran awal untuk mengetahui potensi paparan dari unsur-unsur kimia terhadap manusia melalui jalur inhalasi di lingkungan umum (udara ambien), dengan menggunakan persamaan berikut (Foster, 1994): ET EF ED IEC = Ca BIO 24 365 70 Keterangan: IEC : Inhalation exposure concentrations atau konsentrasi paparan melalui inhalasi (mg/m 3 ) Ca : Konsentrasi unsur kimia di udara (mg/m 3 ) ET : Waktu paparan (jam/hari) EF : Frekuensi paparan (hari/tahun) ED : Durasi terpapar (tahun) BIO : Faktor bioavailibility = 1,0 Dalam perhitungan IEC, waktu paparan ET yang digunakan untuk seluruh lokasi adalah 8 jam disesuaikan dengan rata-rata aktivitas di luar ruangan dari penduduk di keseluruhan lokasi. Frekuensi paparan (EF) yang digunakan adalah 365 hari, sedangkan durasi terpapar (ED) adalah selama 67,8 tahun yang merupakan ratarata usia harapan hidup penduduk Indonesia baik laki-laki maupun perempuan pada periode 2000-2005 (Statistik Indonesia, 2008) Hasil dari perhitungan IEC merupakan gambaran yang akan merujuk pada estimasi rata-rata paparan polutan partikulat terespirasi pada masyarakat selama kurun waktu tersebut. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai dasar untuk studi

epidemiologi dengan menghubungkannya dengan data kejadian penyakit saluran pernafasan. IV.6 Diagram Alir Alur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan secara sederhana dalam diagram alir. Diagram alir tersebut ditampilkan pada Gambar IV.1

Identifikasi Permasalahan Survei Lapangan Pengumpulan Data di Lapangan Pengumpulan Data Primer: Sampel partikulat terespirasi Penentuan Konsentrasi Partikulat Terespirasi Pengumpulan Data Sekunder: - Data monitoring kualitas udara BPLHD Provinsi Jawa Barat - Data Kejadian ISPA di kota Bandung Penentuan Unsur-unsur Kimia Analisis Elemental Analisis Pb dan Hg Analisis black carbon Penentuan Sumber Pencemar Analisis Paparan Terhadap Reseptor Kesimpulan Gambar IV.1 Diagram alir garis besar penelitian