PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI BAKTERI PGPR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L.) HARMOKO NPM. 7 483 699 ABSTRAK Terjadinya penurunan produktivitas tanaman kacang tanah di Kabupaten Batang Hari salah satu faktor disebabkan serangan hama penyakit. Adanya dampak negatif dari pestisida maka dibutuhkan teknologi alternatif untuk meningkatkan produksi pertanian yang lebih aman. Teknologi yang memungkinkan untuk dikembangkan dan relatif aman adalah pemanfaatan PGPR. PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka menemukan bahwa keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu pertumbuhan tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman nantinya akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas satu faktor yaitu pemberian Bakteri PGPR dengan 6 tingkat perlakuan dan 4 ulangan, dengan jumlah pengambilan tanaman sampel sebanyak 3 tanaman per petak. Adapun perlakuannya sebagai berikut, Po (Tanpa pemberian PGPR), P1 (Konsentrasi cc PGPR/L), P2 (Konsentrasi cc PGPR/L), P3 (Konsentrasi cc PGPR/L), P4 (Konsentrasi cc PGPR/L), P (Konsentrasi cc PGPR/L). Analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut Duncan (DNMRT) taraf %. pemberian bakteri PGPR berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji, dan hasil per hektar dari tanaman kacang tanah. konsentrasi cc / L air adalah konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Key words : kacang tanah, Arachis hypogaea L.,bakteri PGPR, PENDAHULUAN Kabupaten Batanghari Tahun 11 pertanaman tercatat 38 hektar dengan produksi 6 ton dan produktivitas 1,62 ton /ha. Sebagai gambaran luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah di Kabupaten Batanghari tahun 11 dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1 Luas tanam, Luas panen, produktivitas dan produksi tanaman kacang tanah Kabupaten Batanghari tahun 7-11 No Tahun Luas Tanam (ha) Luas panen (ton/ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) 1 7 77 1,94 97 2 8 6 46 1,91 88 3 9 91 91 1,46 133 4 6 6 1,98 119 11 38 37 1,62 6 Sumber Data : Dinas pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Batanghari Tahun 12 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari tahun ke tahun telah terjadi penurunan luas tanam. Serangan hama dan penyakit adalah salah satu faktornya, sehingga petani lebih memilih untuk membudidayakan tanaman yang lain. Untuk mengatasi masalah tersebut, akhir-akhir ini, teknologi unggul Plant Growth Promoting
Rhizobacteria atau disingkat dengan PGPR telah cukup berhasil mengendalikan berbagai penyakit pada komoditas sayuran. PGPR merupakan sekumpulan bakteri yang berasal dari rhizospere tanaman, khusus untuk PGPR yang bersumber dari akar bambu dan akar rumput gajah mengandung bakteri Pseudomonas flourenscens dan Bacilus polymixa dan dapat dipindahkan dari habitat aslinya ke habitat lain. Pada habitat baru bakteri ini dapat berfungsi sama baiknya dengan habitat sebelumnya asalkan syarat tumbuh terpenuhi. Mikroorganisme dalam PGPR dapat bermanfaat bagi kesehatan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai fungsi. Sebagai kumpulan bakteri tanah, PGPR mempengaruhi tanaman secara langsung melalui kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi fithothormon pemacu tumbuh tanaman sehingga memiliki ketahanan terhadap serangan penyebab penyakit. Sedangkan secara tidak langsung berkaitan dengan kemampuannya menekan aktivitas pathogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik bagi penyebab penyakit terutama pathogen tular tanah (Samsudin, 8; Widodo, 6). Ketahanan tanaman terhadap serangan penyebab penyakit ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor tanaman itu sendiri, penyebab penyakit (pathogen) serta lingkugan tempat tumbuh tanaman. Lingkungan tumbuh tanaman dapat berupa lingkungan abiotik maupun biotik. Lingkungan biotik termasuk di dalamnya mikroorganisme yang ada di dalam tanah tempat tumbuh tanaman. Keberadaaannya merupakan penghuni asli tanah setempat atau hasil introduksi dari lokasi lain, berupa: bakteri, jamur maupun jenis lainnya. (Anonim, 12b) Kloepper Schroth (1978) mengatakan bahwa kamampuan PGPR sebagai agen pengendalian hayati adalah karena kemampuannya bersaing untuk mendapatkan zat makanan, atau karena hasil-hasil metabolit seperti siderefor, antibiotic, atau enzim ekstraselluer yang bersifat antagonis melawan pathogen. Kemampuan PGPR dalam mensintesis dan mengubah konsentrasi fitohormon mengakibatkan tanaman tahan terhadap serangan penyakit, sehingga menarik untuk dikaji untuk tujuan perlindungan tanaman akan sangat membantu dalam pengurangan penggunaan pestisida kimia sistesis yang diketahui dapat menurunkan kualitas produk pertanian akibat efek residu yang ditinggalkan. (Anonim, 12a). BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya Muara Bulian, tanggal 3 Mei 14 sampai September 14. Ketinggian tempat 12 M dpl, ph tanah 6, dan jenis tanah tempat penelitian yaitu PMK ( Podzolik Merah Kuning). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas Kelinci, pupuk kandang, pupuk urea, KCL, TSP, insektisida Regent, furadan, Dithane-4, akar bambu, gula, terasi, dedak, air dan penyedap rasa. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, timbangan analitik, papan merk, alat tulis, pagar mulsa, Tugal kayu, gelas ukur, kep, kompor, kain, jerigen dan dandang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas satu faktor yaitu pemberian Bakteri PGPR dengan 6 tingkat perlakuan dan 4 ulangan, dengan jumlah pengambilan tanaman sampel sebanyak 3 tanaman per petak. Adapun perlakuannya sebagai berikut: Po : Tanpa pemberian PGPR P1 : Konsentrasi cc PGPR / L P2 : Konsentrasi cc PGPR / L P3 : Konsentrasi cc PGPR / L P4 : Konsentrasi cc PGPR / L P : Konsentrasi cc PGPR / L Untuk melihat pengaruh terhadap variabel yang diamati, maka data dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DNMRT (Duncan New Multiple Range Test ) pada tarap uji %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Tinggi Tanaman Menurut Pemberian Tinggi Tanaman (cm) 4,21 a 48,7 b 46, c 42,29 d 4, e 33,17 f Tabel 3. Jumlah cabang Menurut Pemberian Jumlah Cabang (cabang) 6,7 a 6, b, c, d 4,67 d 4,17 e Tabel 4. Jumlah Polong Berisi Menurut Pemberian Jumah Polong Berisi per Tanaman (polong) 28,33 a 27,17 a 22,8 b 22,17 b 22,8 b 21,92 b Tabel. Bobot Biji per Tanaman Menurut Pemberian Bbot Biji per Tanaman (g) 8,9 a 7,77 b 7,42 b 7, bc 6,42 c,9 c Tabel 6. Bobot Biji Kering Menurut Pemberian Berat Biji (g) 46,37 a 44,7 ab 43,49 bc 43,4 bc 41,63 c 41,62 c
Tabel 7. Hasil per Hektar Menurut Pemberian Hasil per Hektar (ton) 1,7 a 1,426 b 1,328 bc 1,7 cd 1,124 d,96 e Hasil percobaan menunjukan bahwa pemberian bakteri PGPR dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji, dan hasil per hektar dari tanaman kacang tanah. konsentrasi cc/l memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang per tanaman, ini menunjukan bahwa semakin tinggi jumlah pemberian bakteri PGPR maka akan semakin meningkatkan pertumbuhan tanaman kacang tanah. Hal ini diduga bakteri PGPR bekerja secara maksimal dalam memproduksi hormon pemacu pertumbuhan tanaman dan dalam memproduksi antibiotik serta aktif menjadi pesaing patogen penyebab penyakit, sehingga tanaman terlihat baik dalam pertumbuhannya. Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fikasi nitrogen bebas. Nitrogen bebas diubah menjadi amonia kemudian disalurkan ke tanaman. Bakteri akar ini juga mampu menyediakan beragam mineral yang dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang. PGPR juga memacu peningkatan hormon tanaman. Peningkatan hormon tanaman inilah yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman. (Anonim,12f). Bakteri ini sanggup membunuh organisme patogen atau penyakit tanaman setelah bakteri tersebut berkembang biak dengan baik. Agen pengendali biologis yang telah banyak diteliti adalah genus Bacillus, Streptomyces, Pseudomonas, Bulkholderia dan Agrobacterium. Mikroba tersebut menekan pertumbuhan penyakit melalui mekanisme: Induksi resistensi sistemik dari tanaman, Produksi siderofor yang mengkhelat besi sehingga besi tidak tersedia untuk patogen, Sintesis metabolit yang bersifat anti jamur seperti antibiotik, enzim yang mendegradasi dinding sel jamur, atau hidrogen sianida yang menekan pertumbuhan jamur patogen dan mampu berkompetisi dengan patogen untuk nutrisi atau tempat di akar. (Anonim 12f) konsentrasi cc/l memberikan pengaruh terhadap bobot biji pertanaman dan bobot biji kering dan jumlah polong berisi per tanaman, percobaan ini menunjukan bahwa semakin banyak jumlah bakteri PGPR yang diberikan maka akan semakin meninggkatkan bobot biji kacang tanah. Hal ini diduga karena pemberian bakteri PGPR pada konsentrasi cc/l mampu meningkatkan penyerapan unsur P dan K yang tersedia dalam tanah oleh tanaman, sehingga pembentukan biji berjalan optimal. Unsur P terhadap hasil biji kacang tanah berperan mempercepat pembungaan dan pemasakan biji dengan sempurna, memperbesar persentase pembentukan bunga menjadi biji dan sebagai bahan penyusun inti sel, lemak dan protein. Unsur K terhadap biji kacang tanah selain meningkatkan kualitas biji (rasa, warna dan berat) juga sebagai katalisator dalam transormasi tepung, gula dan lemak. (anonim 13) Hasil per hektar tertinggi didapat pada pemberian bakteri PGPR pada konsentrasi cc/l, percobaan ini menjunjukan bahwa pemberian bakteri PGPR pada konsentrasi cc/l mampu menekan patogen yang merugikan, memperbaiki perakaran tanaman, dan meningkatkan ketersediaan unsur hara yang selanjutnya berdampak positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Bakteri Pseudomonas menghasilkan fitohormon atau faktor tumbuh (growth regulator) yang menyebabkan tanaman menghasilkan akar rambut dalam jumlah yang lebih besar sehingga meningkatkan
permukaan absortif akar untuk menyerap unsur hara. Fitohormon yang dihasilkan adalah asam indol asetat (Indole acetic acid, IAA), sitokinin, giberelin. (Anonim, 12f) KESIMPULAN Pemberian bakteri PGPR berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji, dan hasil per hektar dari tanaman kacang tanah. konsentrasi cc / L air adalah konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan dan hasil kacang tanah. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1991. Jambi Dalam Angka. Kantor Statistik Provinsi Jambi. Dalam Proposal Skripsi Adi Warman 1994. Pengaruh Dosis Kapur Dan Mulsa Alang-Alang Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis Hypogaea. L) Ditanah Podsolik Merah Kuning. STIP-GK Muara Bulian. Batang Hari. ----------, 9. Budidaya Tanaman Kacang Tanah. Yrama Widya, Bandung. ----------.. Ditjen Pertanian Tanaman Pangan ----------,. Membuat PGPR Dengan Mudah. www.gerbangpertanian.com ----------, 11. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Batanghari. ----------, 12a. Pengambilan Dan Pembiakan PGPR. www.pertaniansehat.co.id -----------,12b. PGPR Mengendalikan Layu Dan Menyuburkan Tanaman. www.gerbangpertanian.com ----------, 12c. Apa Itu PGPR. www.jogjatani.16mb.com -----------, 12d. Perbanyakan Bakteri PGPR Secara Sederhana. Desimustar.wordpress.com ----------, 12e. Pembuatan Dan Pengaplikasian PGPR. Kuliahagroteknologi.blogspot.com ----------, 12f. Membuat dan mengembangkan PGPR. petanigunungkidul.blogspot.com/ ----------, 13 Skripsi Sumiyati 13. Pengaruh dosis pemberian Trichoderma sp terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) STIP-GK Muara bulian. Batang hari AAK, 1991. Kacang Tanah Kanisius. Yogyakarta. Adi Sarwanto, 1. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Dilahan Sawah Dan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta. Danarti dan nijiyati. S, 1993. Palawija. Budidaya Dan Analisa Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Kloeper,J.w and M. N. Schroth. 1978. Rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman. www.pertaniansehat.or.id Samsudin. 8. pengendalian hama dengan insektisida botani. www.pertanian sehat.or.id Somatdja, 1993. Proses Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1. Kacang-Kacangan. Gramedia. Jakarta. Dalam Proposal Skripsi Adi Warman 1994. Pengaruh Dosis Kapur Dan Mulsa Alang- Alang Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis Hypogaea. L) Ditanah Podsolik Merah Kuning. STIP-GK Muara Bulian. Batang Hari. Sumarno, 1987. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprapto, 1993. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Dalam Skripsi Yesi Rosita 3. Respon Kacang Tanah Terhadap Pemberian Dolomit. STIP-GK Muara Bulian. Batang Hari. Widodo. 6. Peran mikroba bermanfaat dalam pengelolaan terpadu hama dan penyakit tanaman.