I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI UBI JALAR (Studi Kasus Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

TANAMAN PENGHASIL PATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pangan Nasional Tahun

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PRODUKSI PADI DAN JAGUNG KALIMANTAN BARAT ANGKA SEMENTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PERTANIAN.

PRODUKSI PADI DAN JAGUNG TAHUN 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ketersediaan makanan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu sektor pertanian merupakan salah satu kunci dalam pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan juga sebagai kunci dalam pemantapan ketahanan pangan nasional. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan atas dasar harga yang berlaku periode 2006-2009 PDB tanaman pangan meningkat dari Rp. 214.346,30 miliar menjadi Rp. 419.194,80 miliar 1. Kontribusi nominal PDB dari tanaman bahan makanan merupakan kontribusi terbesar PDB sektor pertanian. Namun, peningkatan PDB tanaman pangan tersebut tidak diikuti oleh kenaikan kontribusinya, karena kontribusi tanaman pangan tersebut menurun pada periode 2006-2009 yaitu dari 49,5 persen menjadi 48, 9 (Tabel 1). Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun 2006-2010 (Miliar Rupiah) No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010* 1 Nasional 2.774.281,10 3.339.216,80 3.950.893,20 4.951.356,70 5.613.441,70 2 Pertanian 433.223,40 541.931,50 716.065,30 857.241,40 985.143,60 3 Pangan 214.346.30 265.090.90 349.795,00 419.194,80 135.258,10 4 Perkebunan 63.401,40 81.664,00 105.969,30 111.423,10 135.258,10 5 Peternakan 51.074,70 61.325,20 82.676,40 104.883,90 119.094,90 6 Kehutanan 30.065,70 36.154,10 40.375, 10 45.119,60 48.050,50 7 Perikanan 74.335,30 97.697,30 137.249, 50 176.620,00 199.219,00 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah) *Data sementara Salah satu subsektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan pertanian adalah subsektor tanaman pangan. Beberapa peran strategis subsektor tanaman pangan diantaranya dalam hal pertumbuhan dan pengembangan ketahanan pangan, PDB, kesempatan kerja serta sebagai sumber pendapatan perekonomian regional dan nasional. Peranan tanaman pangan dalam hal 1 http://www.bps.go.id, [18 Mei 2011] xvii

mewujudkan ketahanan pangan erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, ketahanan dan keamanan nasional. Bahan pangan yang tidak tesedia dengan cukup dan harga yang tidak terjangkau oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat secara luas baik dari segi ekonomi maupun sosial (Hafsah, 2004). Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal; mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan; mengembangkan teknologi produksi pangan; mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan; serta mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif (Tunggal 1996 dalam Khotimah 2008). Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dengan laju pertumbuhan mencapai 1,3 persen per tahun, maka kebutuhan akan pangan semakin meningkat. Alternatif solusi untuk mengatasi masalah pertumbuhan konsumsi adalah program diversifikasi pangan. Kebijakan untuk mewujudkan adanya diversifikasi dapat dilaksanakan melalui (a) pengembangan konsumsi pangan karbohidrat yang beragam, (b) pengembangan dan peningkatan daya tarik pangan karbohidrat non beras, dan (c) pengembangan produk dan mutu produk pangan karbohidrat non beras yang bergizi tinggi dan memungkinkan untuk dikembangkan (Nurmalina, 2008). Upaya mendukung program percepatan penganekragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, pengembangan kelompok pangan sumber karbohidrat khususnya umbi-umbian perlu menjadi perhatian. Diantara kelompok umbi-umbian, ubi jalar merupakan salah satu bahan pangan lokal yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang program diversifikasi pangan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ubi jalar merupakan;(1) sumber karbohidrat keempat setelah padi, jagung dan ubikayu; (2) memiliki produktivitas tinggi dibandingkan dengan beras dan ubikayu. Ubi jalar dengan masa panen empat bulan dapat berproduksi hingga 25-30 ton/ha lebih; (3) memiliki potensi diversifikasi produk yang cukup beragam; (4) memiliki potensi permintaan pasar baik lokal, regional maupun ekspor yang terus meningkat; (5)serta memiliki xviii

kandungan gizi yang cukup beragam dan tidak dimiliki oleh tanaman pangan lainnya (Tabel 2). Tabel 2. Kandungan Gizi pada 100 Gram Ubi Jalar, Beras, Jagung dan Terigu No Zat Makanan Ubi Putih Ubi Oranye Beras Jagung Terigu 1 Kalori (kal) 123,00 123,00 360,00 355,00 365,00 2 Protein (g) 1,80 1,80 1,10 9,2 8,90 3 Lemak (g) 0,70 0,70 0,40 3,90 1,30 4 Karbohidrat (g) 27,90 27,90 32,30 73,70 77,30 5 Vitamin A-(SI) 60,00 7.700,00 0,26-0,12 6 Vitamin B 1(mgr) 0,90 0,90 - - - 7 Vitamin C 22,00 22,00 0,12-0,12 8 Kalsium 30,00 30,00 - - - Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam Susmono (1995) Kandungan gizi mineral ubijalar lebih tinggi dibadingkan dengan kandungan gizi mineral pada nasi. Perbandingan kandungn mineral antara ubi jalar dan nasi per 100 gr diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Gizi Mineral Ubijalar Dibandingkan Dengan Nasi Per 100 gram Mineral Ubi jalar(mg/100 gr) Nasi(mg/100 gr) Thiamin 0,09 0,02 Riboflavin 0,06 0,01 Niacin 0,60 0,04 K 243,00 28,00 P 47,00 28,00 Fe 0,70 0,20 Ca 32,00 10,00 Sumber: Horton et al.(1989), dalam Zuraida dan Supriati (2005) Permintaan ubi jalar sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia, selain itu digunakan untuk pakan ternak dan industri. Hingga saat ini, ubi jalar masih banyak dikonsumsi kalangan menengah kebawah dalam bentuk rebusan, gorengan dan berbagai macam bentuk camilan lainnya. Di Jepang, olahan ubi jalar baik yang berbentuk rebusan, gorengan ataupun chips telah xix

menjadi makanan ringan yang tidak hanya dijumpai diwarung-warung namun juga telah banyak pada restoran maupun hotel berbintang (Hafsah, 2004). Di Indonesia ubijalar pada umumnya digunakan sebagai bahan pangan sampingan seperti chips, gaplek, keripik, cookies dan lainnya, kecuali untuk beberapa daerah di Papua ubi jalar digunakan sebagai bahan makanan utama. Pada Tabel 4 menunjukkan konsumsi kalori perkapita per hari penduduk Indonesia pada tahun 2010. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 komoditi padipadian menjadi konsumsi kalori bahan makanan tertinggi namun cenderung mengalami penurunan. Konsumsi kalori dari bahan makanan yang kedua yaitu dari komoditas umbi-umbian yang salah satunya berasal dari ubi jalar. Konsumsi ubi jalar meningkat tipis dari tahun 2005 hingga tahun 2008 yakni dari 51,08 kal/hari menjadi 52,75 kal/ha. Data sementara tahun 2009 menunjukkan adanya penurunan konsumsi rumah tangga terhadap ubi jalar yakni sebesar 39,39 kal/hari. Tabel 4. Rata-rata Konsumsi Kalori per Hari Menurut Kelompok Makanan di Indonesia Pada Tahun 2010 No. Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009 1 Padi-padian 1 009.13 992.93 953.16 968.48 939.99 2 Umbi-umbian 56.01 51.08 52.49 52.75 39.97 3 Ikan 47.59 44.56 46.71 47.64 43.52 4 Daging 41.45 31.27 41.89 38.6 35.72 5 Telur dan susu 47.17 43.35 56.96 53.6 51.59 6 Sayur-sayuran 38.72 40.2 46.39 45.46 38.95 7 Kacang-kacangan 69.97 64.42 73.02 60.58 55.94 8 Buah-buahan 39.85 36.95 49.08 48.01 39.04 9 Minyak dan lemak 241.87 234.5 246.34 239.3 228.35 10 Bahan minuman 110.73 103.69 113.94 109.87 101.73 12 Makanan jadi 233.08 216.83 246,04 289,85 278.46 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Produk ubi jalar akan menguntungkan bila menjadi komoditas ekspor mengingat nilai ekspor yang terus meningkat pada tiap tahunnya. Permintaan ekspor ini datang dari berbagi kawasan seperti, Brunei Darussalam, Taiwan, Nigeria dan Ethiopia serta Arab Saudi. Perkembangan ekspor ubi jalar terlihat pada tabel 5. xx

Tabel 5. Perkembangan Ekspor Ubi Jalar Indonesia Tahun 2006-2010 No Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) 1 2006 11.215.834 6.259.034 2 2007 8.388.721 6.197.464 3 2008 8.442.670 6.593.920 4 2009 7.343.583 6.052.634 5 2010 7.083.483 5.317.067 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Perkembangan produktivitas, luas lahan dan produksi ubi jalar di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6. Pada periode 2005-2009, luas areal panen ubi jalar berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2005-2006 luas areal panen menurun dari 178.336 hektar menjadi 176. 507 hektar, tetapi mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 183.162. Penurunan luas lahan ini diindikasikan karena konversi lahan pertanian. Namun terdapat kenaikan produktivitas pada tiap tahunnya yang menunjukkan adanya perkembangan budidaya yang baik pada petani ubijalar dari 104,13 ku/ha pada tahun 2005 menjadi 113,27 ku/ha pada tahun 2010. Peningkatan produktivitas juga diiringi dengan peningkatan produksi nasional dari 1.856.969 pada tahun 2005 menjadi 2.050.805 pada tahun 2010. Tabel 6. Perkembangan Produktivitas, Luas Panen, dan Produksi Ubi Jalar di Indonesia 2010 Tahun Luas Panen(ha) Produktivitas(ku/ha) Produksi(ton) 2005 178.336 104,13 1.856.969 2006 176.507 105,05 1.854.238 2007 176.932 106,64 1.886.852 2008 174.561 107,80 1.881.761 2009 183.162 110,69 2.027.495 2010 181 048 113, 27 2.050.805 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Sentra produksi ubi jalar terbesar nasional pada tahun 2010 adalah Jawa Barat 23,41 persen dari produksi ubi jalar nasional. Diurutan kedua yaitu Papua 16,68 persen dari produksi nasional. Selanjutnya yaitu Jawa Timur (7,86%); Jawa Tengah (7,17%); Sumatera Utara(6,92%); dan daerah lainnya (8,9%). Pada masing-masing daerah memiliki produktivitas yang berbeda beda bergantung pada beberapa hal seperti kondisi lahan, varietas ubi jalar yang ditanam dan teknologi xxi

usahatani yang digunakan. Pengembangan ubi jalar untuk daerah Jawa Barat mempunyai potensi yang sangat mendukung terlihat dari luas panen yang mencapai 34.000 ha untuk musim tanam 2010 dengan produksi mencapai 474.570 ton sedangakan produktivitasnya sebesar 139,61 ku/ha lebih tinggi dari rata-rata produktivitas nasional 120 ku/ha (Tabel 7). Tabel 7. Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Ubi Jalar pada Sentra Produksi Ubi Jalar Tahun 2010 Provinsi Luas Panen(ha) Produktivitas Produksi (ku/ha) (ton) Jawa Barat 34.000 139,61 476.670 Papua 33.935 99,64 338.137 Jawa Timur 16.040 99,33 159.326 Jawa Tengah 8.961 162,33 145.446 Sumatera Utara 12.489 112,45 140.438 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Provinsi Jawa Barat sendiri mengalami fluktuasi dalam luas panen produksi dan produktivitas tiap tahunnya, namun cenderung mengalami penurunan. Luas panen ubi jalar di Jawa Barat 30.794 hektar pada tahun 2005 dan menjadi 27.252 pada tahun 2008. Pada tahun 2010 luas panen kembali meningkat menjadi 34.000 hektar. Perkembangan produktivitas mulai tahun 2005 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan dari 126, 77 kuintal per hektar menjadi 140, 67 kuintal per hektar dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu menjadi 139, 61 kuintal per hektar. Namun dari segi porduksi terus mengalami peningkatan (Tabel 8). Tabel 8. Produktivitas, Luas Panen dan Produksi Ubi Jalar Jawa Barat Tahun 2010 Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton) 2005 30 794 126,77 390 386 2006 29 805 130,53 389 043 2007 28 096 133,73 375 714 2008 27 252 138,15 376 490 2009 33 387 140,67 469 646 2010 34.000 139,61 476.670 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 xxii

1.2. Perumusan Masalah Salah satu daerah sentra budidaya ubi jalar yaitu Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Ubi jalar merupakan salah satu komoditas alternatif yang dapat dibudidayakan untuk mendukung suksesnya diversifikasi pangan secara nasional. Budidaya ubi jalar di Kabupaten Bogor masih dapat dikembangkan melihat adanya potensi lahan pertanian yang masih luas. Luas lahan berdasarkan penggunaanya di Kabupaten Bogor mencapai 299.990,00 hektar dengan potensi areal pengembangan baik untuk lahan pertanian maupun lahan non pertanian. Sebagian besar lahan tersebut dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian yaitu sebesar 159.151, 36 hektar. Pemanfaatan lahan pertanian di Kabupaten Bogor dibagi menjadi dua macam yaitu lahan pertanian berupa sawah dan lahan pertanian bukan sawah. Lahan pertanian bukan sawah digunakan untuk aktivitas berladang, tegal, perkebunan besar dan perkebunan rakyat, aktivitas penggembalaan, dan juga untuk kolam ikan atau empang. Luas lahan bukan sawah ini mencapai 110.264,36 hektar (Tabel 9). Tabel 9. Potensi Penggunaan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Potensi Luas (Ha) A Lahan Pertanian 159.152, 36 Lahan Sawah 48.888,00 Lahan Bukan Sawah 110.264,36 - Tegal Kebun 56.277,00 - Ladang/Huma 10.671,00 - Penggembalaan/padang 1.510,00 - Sementara tidak diusahakan 710,00 - Perkebunan Besar Negara 5.219,15 - Perkebunan Besar Swasta 4.128,35 - Perkebunan Rakyat 14.102,20 - Ditanami pohon/hutan Rakyat 15.345,66 - Kolam/Tebat/Empang 2.351,00 B Lahan Bukan Pertanian 140.837,64 JUMLAH 299.990,00 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011 Berdasarkan Tabel 9, potensi areal untuk budidaya ubi jalar cukup luas, mengingat ubi jalar dapat menggunakan lahan yang digunakan untuk sawah maupun tegal atau ladang. Selain itu, masih ada lahan yang tidak digunakan yang xxiii

dapat dimanfaatkan yang juga dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan ubi jalar. Akan tetapi tingkat produksi ubi jalar di Kabupaten Bogor masih rendah, jika dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Produksi dan produktivitas pertanian secara umum di Kabupaten Bogor belum mencapai sasaran yang ditargetkan. Komoditas ubi jalar sendiri ditargetkan mencapai 59.253 ton dengan produktivitas 145,35 kuintal per hektar, namun pada realisasinya produksi yang mampu dicapai hanya sebesar 35.183 ton dengan produktivitas 134,83 kuintal per hektar, masih jauh dari target yang diinginkan (Tabel 10). Tabel 10. Tingkat Produksi dan Produktivitas Padi, Palawija,dan Sayuran di Kabupaten Bogor Tahun 2010 Produksi No Komoditas Sasaran Realisasi (Ton) (Ton) 1 Padi Sawah 504.817 485.104 Padi Gogo 10.431 7.638 Jumlah 515.248 492.742 2 Palawija a. Jagung 23.296 6.369 b. Kedelai 200 35 Jumlah 23.496 6.404 3 Umbi-umbian a. Ubi Kayu 189.056 140.106 b. Ubi Jalar 59.253 35.183 c. Talas 13.820 8.786 Produktivitas Sasaran Realisasi (Ku/Ha) (Ku/Ha) 61,78 63,01 31,71 28,50 39,47 13,33 219,66 145,39 145,47 34,97 11,75 188,52 134,83 141,01 Jumlah 262.129 183.975 4 Kacang-kacangan a. Kacang Tanah b. Kacang Hijau 2.934 430 1.337 29 Jumlah 3.364 1.366 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011 13,87 10,78 12,66 10,22 Kecamatan Dramaga merupakan salah satu sentra penghasil ubi jalar di Kabupaten Bogor. Dibandingakan dengan beberapa daerah sentra penghasil ubi jalar di Kabupaten Bogor lainnya produktivitas ubi jalar di Kecamatan Dramaga sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 produktivitasnya yaitu sebesar 147 ku/ha dan mengalamai penurunan hingga menjadi 143,8 ku/ha pada tahun 2009. Produktivitas ubi jalar untuk sentra penghasil ubi jalar di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 11. xxiv

Tabel 11. Produktivitas Ubi Jalar di Sentra Ubi Jalar BogorTahun 2005-2010 (ku/ha) No Lokasi 2005 2006 2007 2008 2009 1 Ciampea 145,00 172,78 146,10 146,33 145,50 2 Dramaga 147,00 167,30 145,44 142,96 143,81 3 Cibungbulang 150,00 170,20 140,37 146, 91 146,39 4 Pamijahan 146,00 166,44 147,37 145,84 145,60 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011 Salah satu Desa di Kecamatan Dramaga sebagi penghasil ubi jalar yaitu Desa Purwasari. Pada kasus usahatani ubi jalar di Desa Purwasari, keragaan usahatani ubi jalar dapat dilihat dari aplikasi teknik budidaya yang masih tradisional atau sangat sedikit mengalami penyerapan teknik dan teknologi budidaya oleh petani. Insentif usahatani yang belum optimal terlihat dari rendahnya harga jual yang hanya berkisar Rp. 700,- sampai dengan Rp 1.000,-. Selain itu produktivitas ubi jalar pada Desa Purwasari masih di bawah rata-rata untuk daerah Kecamatan Dramaga yaitu 125 ku/ha. Teknik budidaya, pendapatan usahatani dan penggunaan faktor produksi merupakan tiga hal yang berkaitan. Teknik budidaya yang digunakan akan mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan petani, dengan teknik budidaya yang benar maka akan dihasilkan ouput usahatani yang optimal sehingga akan memberikan pendapatan yang optimal pada petani. Petani yang pada teknik budidayanya mampu mengelola penggunaan sumberdaya yang ada untuk mencapai output maksimum atau meminimalkan penggunaan input untuk mencapai output yang sama, dapat dikatakan telah mencapai efisiensi. Efisiensi pada alokasi penggunaan faktor produksi yang menghasilkan ouput yang optimal maka akan mempengaruhi pendapatan petani. Maka dari itu diperlukan informasi mengenai keragaan budidaya untuk mengetahui pendapatan usahatani dan faktorfaktor yang mempengaruhi produksi usahatani ubi jalar pada Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Efisiensi alokasi faktor-faktor produksi dan tingkat pendapatan usahatani yang dijalankan dapat digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan pengkombinasian input usahatani yang optimal dan kebijakan pertanian kedepannya. xxv

Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keragaan usahatani ubi jalar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor 2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani ubi jalar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3. Apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pada usahatani ubi jalar di Desa Purwasari Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 1.3. Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis keragaan usahatani ubi jalar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis tingkat pendapatan usahatani ubi jalar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3. Menganalisis faktor-faktor produksi dan efisiensi alokatif usahatani ubi jalar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 1.4. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Sebagai bahan informasi bagi Petani ubi jalar dalam pengambilan keputusan pada usaha budidaya ubi jalar yang dilakukan. 2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi Pemerintah daerah dalam upaya penyusunan strategi dan kebijakan pertanian terutama menyangkut ubijalar. 3. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dalam melakukan penulisan ilmiah dan penelitian. 4. Sebagai informasi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang yang sama. xxvi