BAB I PENDAHULUAN , , ,793

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELATIHAN RULE MODEL SUPPORT GROUP DAN HOME BASE CARE DI 2 KABUPATEN (TEMANGGUNG DAN BANYUMAS)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

KERANGKA ACUAN KEGIATAN CAPACITY BUILDING IBU RUMAH TANGGA DENGAN ODHA DAN PEDILA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

KAJIAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

KESIMPULAN DAN SARAN. penderita dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam pelaksanaannya, KDS Metacom

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB IV ANALISIS, DISKUSI DAN PEMBAHASAN

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. kali muncul di wilayah Bali pada tahun 1987 (Toha Muhaimin: 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat

Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) merupakan seseorang,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV dan AIDS pada saat ini merupakan salah satu permasalahan sosial yang ada di kalangan masyarakat luas. Peningkatan penyebaran HIV dan AIDS saat ini semakin mengkuatirkan. Maraknya pola pergaulan hidup bebas di kalangan kelompok usia remaja hingga kelompok dewasa semakin memicu tingginya tingkat penyebaran penyakit HIV dan AIDS baik di kota kecil di Indonesia maupun di kota besar. Permasalahan ini tentunya menjadi salah satu perhatian penting bagi berbagai kalangan yang ada di Indonesia mengingat hal ini juga menjadi salah satu bagian dari program Millenium Development Goals dari pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah. Pada saat ini di Provinsi Yogyakarta sendiri terdapat 2611 kasus HIV dan 916 kasus AIDS berdasarkan data 2014. Berbagai program dilakukan oleh pemerintah untuk menekan tingkat penyebaran pertumbuhan penderita penyakit tersebut, baik melalui program pemerintah maupun melalui lembaga swadaya masyarakat sebagai perpanjangan tangan dan wakil pemerintah dalam menanggulangi masalah tersebut, adapun data penderita HIV/AIDS di Indonesia sampai 2014 adalah; Tabel 1.1 Persentasi Infeksi HIV dan AIDS 2008-2014 Jenis Kelamin No Tahun Laki-laki % Perempuan % Jumlah 1 2008 6,797 65.6 3,565 34.4 10,362 2 2009 6,334 64.7 3,459 35.3 9,793 3 2010 13,231 61.3 8,360 38.7 21,591 4 2011 11,766 55.9 9,265 44.1 21,031 5 2012 12,193 56.7 9,318 43.3 21,511 6 2013 16,758 57.7 12,279 42.3 29,037 7 2014* 9,006 58.0 6,528 42.0 15,534 (sumber : http://aidsyogya.or.id) Tabel persentasi infeksi HIV dan AIDS berdasarkan jenis kelamin 2008-2014 diatas berdasarkan laporan provinsi melalui SIHA per Agustus 2014 dapatdilihat bahwa penyebaran

penderita HIV dan AIDS di Indonesia dalam kurun waktu tersebut mengalami tingkat fluktuatif dari tahun ke tahun. Dari data diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah penderita HIV dan AIDS di Indonesia walaupun adanya penurunan persentase nya dari tahun 2008-2013. Persentase penderita HIV dan AIDS pada kelompok pria cenderung mengalami perubahan yang stabil sedangkan pada kelompok wanita mengalami peningkatan penderita. Hal ini menjadi suatu acuan penting bagi proses penanggulangan dan pencegahan penyakit HIV dan AIDS ini di kalangan masyarakat agar perempuan khususnya menyadari proses penyebaran penyakit HIV dan AIDS ini bahwa mereka tetap merupakan kelompok rentan penularan HIV dan AIDS dari faktor-faktor yang menyebabkan penyakit HIV dan AIDS tersebut seperti hubungan seks bebas tanpa pengaman dan penggunaan jarum suntik. Sedangkan data penderita HIV dan AIDS di Provinsi Yogyakarta berdasarkan data Triwulan ke 4 2014 adalah yang dijabarkan ke dalam beberapa klasifikasi ialah ; 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1.2 Persentasi Infeksi HIV dan AIDS Jenis Kelamin Jenis Kelamin Aids Hiv Jumlah Laki laki 802 1118 1920 Perempuan 366 577 943 Tidak diketahui 10 60 70 Jumlah 1178 1755 2933 (sumber : http://aidsyogya.or.id Penderita HIV dan AIDS di kota Yogyakarta pada saat ini masih didominasi oleh kelompok pria hal ini dapat dilihat dari data tabel diatas. Namun jumlah penderita dari kelompok wanita juga cukup tinggi hal ini menunjukan tingkat penyebaran HIV dan AIDS yang mengkuatirkan mengingat wanita sebagai kelompok rentan. Yogyakarta sebagai suatu kota dengan tingkat pelajar pendatang tertinggi dan destinasi wisata menjadikan daerah ini sebagai wilayah yang rentan terdapat kasus HIV dan AIDS sehingga dibutuhkan suatu program yang memberikan kesadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya pencegahan penyakit HIV dan AIDS tersebut di kota Yogyakarta. Budaya pergaulan bebas anak muda di Yogyakarta yang semakin membudaya menjadikan faktor yang meningkatkan jumlah penderita HIV dan AIDS di Yogyakarta akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran pencagahan penularan penyakit HIV dan AIDS tersebut. 2. Berdasarkan Asal penderita

Tabel 1.3 Persentasi Infeksi HIV dan AIDS Asal Penderita Asal AIDS HIV Jumlah Yogya 248 554 802 Bantul 235 347 582 Kab. Kulon Progo 51 85 136 Kab. Gunung Kidul 98 56 154 Kab. Sleman 281 387 668 Luar DIY 229 266 495 Tidak Diketahui 36 60 96 Jumlah 1178 1755 2933 (sumber : http://aidsyogya.or.id) Penyebaran penyakit HIV dan AIDS di kota Yogyakarta tidak hanya terpusat di daerah kota Yogyakarta dari data diatas terlihat bahwa penderita HIV dan AIDS berasal dari hampir sebagian daerah lain di sekitar kota Yogyakarta. Hal ini tentu menjadi permasalahan yang penting untuk diatasi oleh pemerintah provinsi Yogyakarta maupun lembaga lembaga yang terkait didalamnya. Penyebaran HIV dan AIDS yang berada di Yogyakarta telah menyebar luas sehingga dibutuhkan penanganan serius oleh semua aspek terkait untuk mencegah penyebaran tersebut sehingga semua daerah yang terkait diharapkan berkoordinasi untuk mencegah penyebaran penyakit HIV dan AIDS tersebut. 3. Berdasarkan Data Pekerjaan dan Profesi Tabel 1.4 Persentasi Infeksi HIV dan AIDS Profesi Pekerjaan Kasus Jumlah Aids Hiv Tenaga profesional 5 2 7 medis Tenaga Non 98 74 172 Profesional Seniman / Artis 5 8 13 Buruh Kasar 98 92 190 PNS 28 22 50 Narapidana 10 120 130

Pelaut 2 2 4 Profesional Non 116 134 250 Medis Wiraswasta 202 246 448 Petani / Peternak 30 22 52 TNI / POLRI 10 9 19 Penjaja Seks 22 152 174 IRT 188 156 344 Supir 16 21 Siswa/ Mahasiswa 58 124 182 Lain lain 104 148 252 Tidak diketahui 186 423 609 Jumlah 1178 1755 2933 (sumber : http://aidsyogya.or.id) Penyebaran penyakit HIV dan AIDS juga tidak hanya melibatkan kaum pekerja seks komersial di Yogyakarta. Dari tabel profesi penderita HIV dan AIDS diatas terlihat bahwa ibu rumah tangga menjadi profesi yang paling besar terjangkit HIV dan AIDS hal ini menjadi masalah besar mengingat wanita sebagai kelompok rentan dari penyebaran penyakit ini akibat kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh suami akan penularan penyakit HIV dan AIDS melalui hubungan seksual. Hal ini menjadi suatu permasalahan besar mengingat bahwa salah satu penularan HIV dan AIDS adalah berasal dari ibu ke anak melalui air susu ibu, apabila ibu rumah tangga tidak menyadari hal tersebut akan meningkatkan jumlah anak yang terjangkit HIV dan AIDS sejak dini, padahal penyakit ini sampai saat ini belum ditemukan pengobatanya. Penyebaran penyakit ini juga ternyata tidak hanya mengenai kelompok profesi yang tingkat pendidikan nya cukup memadai kelompok dengan profesi terdidik pun ternyata memiliki tingkat penderita yang cukup tinggi hal ini menunjukkan bahwa kalangan ana saja dapat terjangkit oleh penyakit HIV dan AIDS apabila tidak ada kesadaran dari diri sendiri untuk mencegah penyebaran dan penularan penyakit tersebut sehingga untuk menanggulang masalah tersebut dibutuhkan kesadaran dan kerjasama dari berbagai pihak baik pemerintah maupun masyrakat guna menangani berbagai macam hal-hal yang berkaitan dengan HIV dan AIDS terutama yang berkaitan dengan penyakit HIV dan AIDS tersebut serta peularan, pencegahan dan penanggulangan penyakit ini. Hal ini berguna untuk mengurangi penyebaran penyakit HIV dan AIDS di kota Yogyakarta.

Dari tabel-tabel di atas menjelaskan bahwa saat ini permasalahan HIV dan AIDS sudah menjadi masalah serius di daerah Yogyakarta tidak lagi hanya mencakup wilayah kota besar penyebaranya melainkan sudah mencapai daerah daerah di luar kota Yogyakarta namun dalam lingkup provinsi Yogyakarta. Permasalahan HIV dan AIDS juga tidak lagi menjangkiti para pekerja malam atau pekerja seks komersial namun sudah menjangkiti berbagai macam kalangan masyarakat yang ada di Provinsi Yogyakarta. Hal ini merupakan suatu masalah yang menjadi tugas besar untuk dicegah oleh berbagai pihak yang terkait. Tingginya jumlah sebaran kasus HIV dan AIDS serta penyebarannya yang menyentuh hampir semua kalangan inilah yang menyebabkan mengapa penanganan masalah ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Lembaga swadaya masyarakat merupakan salah satu jawaban dari permasalahan ini terutama dalam hal pendampingan dan pemberdayaan Orang dengan HIV dan AIDS agar muncul kesadaran untuk tidak menularkan penyakit ini kepada orang lain. Banyak lembaga masyarakat yang berkembang di masyarakat yang ikut ambil bagian dalam pencegahan dan penanggulangan msalah HIV dan AIDS ini, mereka menawarkan berbagai program untuk menanggulangi masalah ini. Program-program yang ditawarkan oleh lembaga masyarakat ini perlu diperhatikan bagaimana keefektivitasannya dalam penerapannya dilapangan sehingga dengan demikian dapat diketahui seberapa berdaya guna atau seberapa efektif program tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Lembaga Swadaya Masyarakat Victory Plus merupakan salah satu aspek penting dalam penanggulangan penyebaran HIV dan AIDS terutama di daerah Yogyakarta. Pemberdayaan dalam bentuk pendampingan ODHA dan OHIDHA merupakan salah satu faktor kunci dari penanggulangan penyebaran penyakit HIV dan AIDS di masyarakat. Hal ini dikarenakan ODHA merupakan salah satu objek utama penyebaran dari penyakit HIV danaids dengan munculnya kesadaran pribadi dari mereka untuk mengikuti arahan arahan dari para konsultan bagaimana cara untuk meminimalisasi bahkan menghilangkan kemungkinan penyebaran penyakit tersebut kepada orang lain melalui interaksi langsung dengan ODHA. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas program-program pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilakukan oleh LSM Victory Plus? 2. Bagaimana efektivitas organisasi mempengaruhi efektivitas program dukungan sebaya Lembaga Swadaya Masyarakat Victory Plus dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Yogyakarta. Penelitian ini dibatasi pada penelitian terhadap efektivitas program dukungan sebaya lembaga swadaya masyarakat Victory Plus. Victory Plus yang mencakup LSM dan Program-program yang didukungnya. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian Efektivitas program dukungan sebaya LSM Victory Plus dalam penanggulangan penularan penyakit HIVdan AIDS yaitu untuk mengetahui ; 1. Efektifitas program- program yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Victory Plus dalam penanganan masalah penyebaran penyakit HIV dan AIDS di Yogyakarta. 2. Kerjasama hubungan mitra yang dijalin berbagai pihak yang terkait guna menuntaskan masalah HIV dan AIDS tersebut. 3. 1.4 Manfaat Penelitian Secara praktis 1. Masyarakat Memberikan tambahan wawasan kepada masyarakat tentang apa itu penyakit HIV dan AIDS. Memberikan wawasan tentang ODHA dan OHIDHA serta bagaimana untuk tidak melakukan diskriminasi negatif bagi kelompok tersebut. 2. Pemerintah Dasar bagi pemerintah dalam proses perumusan kebijakan yang lebih tepat kedepanya dalam hal menangani penyebaran penyakit HIV dan AIDS di Indonesia maupun di Yogyakarta secara khusus.

Masukan bagi pemerintah untuk menganalisis keberadaan ODHA dan OHIDHA dan penyebaran nya di masyarakat. 3. Swasta Sebagai masukan bagi kelompok swasta untuk memperhatikan keberadaan masalah masalah sosial yang ada di masyarakat dan menjadi pertimbangan untuk melindungi hak hak penderita ODHA. Menjadi masukan untuk memasukan hal ini sebagai bagian dari program Coorporate Sosial Responsibility suatu perusahaan.