Sauland Sinaga 1) dan Marsudin Silalahi 2) 1. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Curcuminoid pada Babi Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Ransum

Pengaruh Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) dalam Ransum Babi Starter terhadap Kecernaan Energi dan Protein. Samosir, Jerisco, M

PENGARUH PENAMBAHAN SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP EFISIENSI RANSUM PADA BABI STARTER

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

Sauland Sinaga dan Sri Martini Fapet Unpad Bandung

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

THE EFFECT OF TURMERIC POWDER (Curcuma domestica,val) AND SODIUM BUTYRATE TO WEIGHT GROW AND FEED EFFICIENCY OF LANDRACE PIG ON STARTER PHASE

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

BAB III METODE PENELITIAN

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung ABSTRAK

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

Performans Produksi Babi Akibat Tingkat Pemberian Manure Ayam Petelur Sebagai Bahan Pakan Alternatif

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

III. MATERI DAN METODE

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

S. Akhadiarto dan N. Rofiq Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. MH. Thamrin 8 Jakarta

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

PEMBERIAN CURCUMIN DALAM RANSUM BABI SEBAGAI PENGGANTI ANTIBIOTIK SINTETIS UNTUK PERANGSANG PERTUMBUHAN

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower

BAB III METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 48 ekor itik Cihateup fase grower dengan

MATERI DAN METODE. Materi

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. (2): 77-83 ISSN 40-5020 Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kurkuminoid terhadap Kecernaan Protein, Efisiensi Protein dan Kecepatan Laju Makanan dalam Sistem Pencernaan Babi Finisher The Effect of Providing Various Curcuminoid Dosage to Digestible Protein, Protein Efficiency and The Rate of Passage of Feed in Finisher Pig s Digest System. Sauland Sinaga ) dan Marsudin Silalahi 2) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jln. Hi. Z.A. Pagar Alam No. A Rajabasa, Bandar Lampung 3545 E-mail : bptp.lampung@telkom.net ABSTRACT PENDAHULUAN The research on The Effect of Providing Curcuminoid Dosage To Digestible protein, Protein Efficiency and The Rate of Passage of Feed in Grower Period Pig s Digest System has been conducted since January 0 th, to 27 th February 2008, at Pig Livestock Laboratory and Teaching Farm of KPBI Obor Swastika in Cisarua, Bandung, Indonesia. The aim of this research was to state the effect of providing and the best dosage of curcuminoid in meal to digestible protein, protein efficiency and the rate of passage of feed in grower period pig s digest system. This research used 20 grower period pigs with 35 kg average body weight and 2,3 percent variation coefficient. The experiment used the completely randomized design, the treatment given was the addition level of curcuminoid dosage (0, 4, 8 and 2 mg curcuminoid/kg body weight). Each treatment was done five times. The result of this research gives 4 mg curcuminoid/kg body weight give in ration finisher pig increase protein digestability and no significant for protein efficiency and passing rate feed Keywords : Curcuminoid, Digestible Protein, Protein Efficiency, Rate of Passage of Meal in Digest System, Grower Period Pig Diterima: 2-02-20, disetujui: 28-04-20 Permintaan konsumen akan daging babi cukup tinggi. Peningkatan kebutuhan akan daging babi sebesar 7,%, yakni dari 64.49 ton naik menjadi 77.093 ton, sedangkan peningkatan populasi babi hanya sebesar 3,63% yakni dari 5.926.807 ekor menjadi 6.50.535 (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2003). Pemakaian beberapa zat perangsang menguntungkan dunia peternakan baik dari produsen maupun dari segi konsumen. Bagi produsen, penggunaan zat perangsang pada babi dapat memberikan

Sauland Sinaga dan Marsudin Silalahi: Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis... pertumbuhan yang lebih cepat, efisiensi pakan yang baik dan menurunkan moralitas. Sedangkan bagi konsumen meningkatnya efisiensi dapat menyebabkan harga produk-produk peternakan menjadi lebih murah, sehingga lebih mudah dijangkau. Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah asli Asia Tenggara, ekstrasi tanaman kunyit yaitu kurkuminoid mempunyai efek yang sinergis, misalnya merangsang pertumbuhan. Estraksi tanaman ini dipakai dengan beberapa tujuan, diantaranya merangsang nafsu makan, meningkatkan percernaan makanan, merangsang saraf Olfaktori dan papila gustatori, meningkatkan sekresi kelenjar empedu, lambung, pankreas, dan usus. Ekstraksi tanaman akan menurunkan ph dalam usus meningkatkan sekresi cairan empedu yang dapat membantu pencernaan, dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan, misalnya bakteri asam laktat. Komponen kurkuminoid juga mempunyai sifat kolagoga, yaitu meningkatkan produksi, meningkatkan dan sekresi empedu, juga memengaruhi kerja syaraf, hipofisa, dan organ hati, memproduksi dan menskresi cairan empedu serta mampu merangsang sekresi hormon dari kelenjar bruner pada dinding usus halus. Keuntungan lain menggunakan ekstrak tanaman bagi ternak adalah dapat mengurangi dan mencegah terbentuknya senyawa racun, sehingga organ dapat bekerja dengan baik. Pemberian tepung kunyit pada dosis tertentu tidak berpengaruh pada konsumsi, dan bobot badan, tetapi meningkatkan efisiensi penggunaan protein. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian berbagai dosis kurkuminoid dalam ransum terhadap efisiensi penggunaan protein, kecernaan protein dan kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan pada babi finisher. METODE Penelitian ini dilakukan di laboratorium Penelitian dan Teaching Farm Ternak Babi Koperasi Peternakan Babi Indonesia, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni 2008. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah babi peranakan Landrace, sebanyak 20 ekor babi jantan kastrasi dengan berat rata-rata 55 65 kg, dengan koefisien variasi,42%. Babi ditempatkan secara acak dalam kandang individu yang berukuran 0,6 x 2 x,2 m dengan lantai semen dan beratap seng, dilengkapi tempat makan dan tempat minum sebanyak 20 unit. Tiap kandang diberi nomor untuk memudahkan dalam pengontrolan dan pengambilan data. Kondisi lingkungan harus sama. Kurkuminoid yang digunakan merupakan hasil ekstraksi dari tepung kunyit. Dalam penelitian kurkuminoid berasal dari perusahaan farmasi (PT. Phytochemindo Reksa Jakarta). Kurkuminoid diberikan dengan cara ditambahkan pada ransum penelitian, setiap perlakuan diberikan kurkuminoid dengan berbagai dosis sebagai berikut : R0 = Ransum penelitian sebagai kontrol (tanpa kurkuminoid) R = Ransum penelitian + 4 mg kurkuminoid/kg bobot badan R2 = Ransum penelitian + 8 mg kurkuminoid/kg bobot badan R3 = Ransum penelitian + 2 mg kurkuminoid/kg bobot badan. Bahan makanan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Dedak Padi, Jagung, Tepung Ikan, Bungkil Kelapa, Bungkil Kedelai, Tepung Tulang, Premix dan kurkuminoid. Penyusunan ransum dilakukan berdasarkan pada kebutuhan zat-zat makanan yang dianjurkan National Reearch Council (998). Volume, Nomor 2, Mei 20 78

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Komposisi zat makanan dan susunan ransum yang digunakan selama penelitian diperlihatkan pada Tabel dan 2, kemudian kandungan ransum penelitian terdapat pada Tabel. Tabel. Kandungan zat makanan bahan ransum yang digunakan selama penelitian Bahan makanan EM PK SK Kalsium Posfor (kkal) ----------------------------------- % ---------------- Jagung 3.420 0,50 2,00 0,4 0,3 Dedak Padi 2.980 2,00 9,00 0,04,04 Tepung Ikan 2.856,2 48,67 0,0 6,32 2,95 Bungkil Kelapa 3.698 6,25 9,92 0,05 0,60 Bungkil Kedelai 2.550 47,00 5,00 0,24 0,8 Premix 0,00 0,00 0,00 0,3 0, Tepung Tulang 0,00,04 0,00 5,6 0,4 (Sumber : Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet IPB, 2005). Tabel 2. Susunan Ransum Penelitian untuk Babi Periode Finisher Bahan Makanan % Susunan Ransum Jagung 42,75 Dedak Padi 3,80 Tepung Ikan 2,25 Bungkil Kelapa 8,50 Bungkil Kedelai 3,40 Premix 0,50 Tepung Tulang 0,80 Total 00,00 (Sumber : Hasil perhitungan). Tabel 3.Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian Periode Finisher dan Menurut NRC Tahun 998 Ransum Percobaan Finisher NRC* (* Sumber NRC 998). EM PK Ca P SK (kkal) ----------------------------------- % ---------------- 3.244,76 4,0 0,32 0,66 7,50 3.275 3,20 0,50 0,40 7,00 Pemberian ransum dilakukan dua kali sehari, pukul 07.00 WIB sebanyak 2 kg ransum dicampur dengan dosis kurkuminoid dan pukul 3.00 WIB diberikan ransum kg tanpa kurkuminoid, sisa ransum ditimbang pada pagi hari berikutnya pukul 06.30 WIB, dan selisihnya adalah jumlah konsumsi ransum. Koleksi fases dilakukan setiap hari selama minggu. Penimbangan fases kering dilakukan selama periode penampungan feses, yaitu dengan cara feses basah yang telah ditampung pada pagi hari sebelum diberi ransum (sebelum jam 07.00 WIB) dijemur di sinar matahari sampai kering lalu ditimbang sebagai feses kering (gram/hari), selanjutnya jumlah feses kering selama seminggu dihitung sebagai jumlah feses kering (gram/minggu). Ketika mengukur efisiensi penggunaan protein dan kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan, untuk mengetahui saat koleksi yang tepat, pada ransum baik di awal maupun di akhir koleksi ditambahkan indikator Cr 2 O 3 sebanyak 0,2%. Selanjutnya, khusus untuk mengukur efisiensi penggunaan protein, feses yang diperoleh disemprot dengan larutan asam borat 5% dengan tujuan mencegah Nitrogen yang hilang karena penguapan, lalu feses dianalisis kandungan proteinnya secara Kjeldhal. 79 Volume, Nomor 2, Mei 20

Sauland Sinaga dan Marsudin Silalahi: Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis... Untuk menganalisis kadar protein kasar feses dan kadar indikator dalam bahan kering (%) seteleh periode penampungan fese, dengan cara mengambil sample feses sebanyak 00 gram/minggu ke dalam kantong palstik lalu dianalisis di laboratorium. Perubahan yang diamati adalah Rasio Efisiensi Protein (REP), kecernaan protein, dan kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan. Kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan diukur dengan menggunakan marker khoromix oxida (Cr 2 0 3 ) yang ditambahkan kedalam ransum. Pengukuran dilakukan setelah marker muncul bersama fese (Sihombing, 997). Metode penelitian yang digunakan dalam penilitian adalah metode eksperimental yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Still and Torrie, 2006) dengan empat macam dosis pemberian kurkuminoid (0, 4, 8, dan 2 mg) pada ransum. Masing-masing perlakuan terdiri atas 5 ulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Protein Rataan kecernaan protein untuk setiap perlakuan disajikan dalam tabel 4. Tabel 4. Rataan Kecernaan Protein pada tiap Perlakuan Selama Penelitian Perlakuan Ulangan R 0 R R 2 R 3 Rataan 2 3 4 5 42,69 42,75 43,92 40,4 42,66 48,85 46,54 46,3 47,7 47,75 40, 42,08 42,27 43,80 42,6 4,3 4,2 42,25 4,2 44.68 Total 22,6 236,98 20,42 20,57 27,53 Rataan 42,43 47,39 42,08 42, 43,50 Hasil pengamatan selama penelitian mengenai pengaruh perlakuan terhadap kecernaan protein pada babi finisher dapat dilihat pada Tabel 4. Rataan kecernaan protein adalah 43,50%. Hasil ini lebih rendah dari pada pendapat Sinaga (2003) yang menyatakan bahwa kecernaan protein babi dalam kebanyakan bahan makanan dengan kandungan Energi Metabolisme 3.90 kkal dan Protein Kasar 4% berkisar antara 75-90%. Kecernaan protein yang rendah pada babi salah satunya ditentukan oleh genotip. Babi yang digunakan dalam pelitian ini adalah babi peranakan Landrace, yaitu bangsa babi yang sudah tidak murni lagi karena hasil persilangan antara dari babi Landrace dengan babi lokal sehingga kecernaan proteinnya tidak sebaik babi Landrace murni. Berdasarkan Tabel 4, kecernaan protein tertinggi diperlihatkan oleh babi finisher yang diberi perlakuan R (47,39%), kemudian berturut-turut disusul oleh perlakuan R 0 (42,43%), R 3 (42,%) dan R 2 (42,08%). Babi yang diberi perlakuan R dengan pemberian dosis 4 mg kurkuminoid/kg, bobot badannya memiliki daya cerna protein tertinggi, karena pemberian kurkuminoid pada dosis yang tepat dapat meningkatkan kecernaan zat-zat makanan khususnya protein. Hal ini disesui dengan pernyataan Arifin dan Kardiyono (985) serta Martini (998), bahwa kurkuminoid dapat merangsang sekresi hormon dari kelenjar Brunner pada dinding usus halus, selanjutnya hormon inilah yang akan merangsang peningkatan sekresi enzim-enzim pencernaan dari kelenjar pancreas yang oleh enzim Volume, Nomor 2, Mei 20 80

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan enterokinase dalam usus halus diubah menjadi enzim tripsin yang pada akhirnya dapat meningkatkan kecernaan protein. Analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa pemberian kurkuminoid dalam ransum menunjukkan adanya perbedaan yang nyata yaitu F hit > F 0,05. untuk mengetahui perlakuan yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kecernaan protein dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan hasilnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Jarak Berganda Duncan R R0 R3 R2 Keterangan: Perlakuan Kecernaan Protein Signifikasi 0,05 47,39 B 42,43 A 42, A 42,08 A Huruf yang sama ke arah kolom pada kolom signifikasi menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Pada babi yang diberi perlakuan R 2 dan R 3 daya cerna bahan pakannya menurun, hal ini disebabkan jumlah pemberian dosis tidak tepat dan dalam jumlah yang lebih besar sehingga tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap babi. Hal ini sesuai dengan pendapat Bile et al.(985) yang menyatakan bahwa pemberian kurkuminoid dalam jumlah yang berlebih dalam ransum babi dapat mengakibatkan kerusakan ginjal, hati, dan kelenjar tiroid. Pengaruh Perlakuan Terhadap Efisiensi Protein Rataan efisiensi untuk setiap perlakuan disajikan dalam tabel 6. Tabel 6. Rataan Efisiensi Protein pada Tiap Perlakuan Selama Penelitian. Ulangan R 0 R Perlakuan R 2 R 3 Rataan 2 3 4 5 42,69 42,75 43,92 40,4 42,66 48,85 46,54 46,3 47,7 47,75 40, 42,08 42,27 43,80 42,6 4,3 4,2 42,25 4,2 44,68 Total 22,6 236,98 20,42 20,57 27,53 Rataan 42,43 47,39 42,08 42, 43,50 Nilai rata-rata efisiensi protein adalah,27 (Tabel 6), nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan NRC (998), pertambahan bobot badan harian untuk babi finisher adalah 800 g/hari dengan kebutuhan protein 4% dan konsumsi ransum 2.500 3.000 g/hari, maka di dapat efisiensi penggunaan proteinnya adalah 2,03. Berdasarkan tabel 6, efisiensi protein tertinggi diperlihatkan oleh babi finisher yang diberi perlakuan R (45) kemudian berturut-turut R 0 (,35), R (,7), dan R 2 (,0). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kurkuminoid dalam ransum tidak berbeda nyata terhadap efisiensi protein F hit < F 0,05. Pemberian kurkuminoid dengan jumlah yang tepat dapat meningkatkan proses pencernaan dan mengoptimalkan manfaat dari protein yang terkandung dalam ransum yang pada akhirnya akan memengaruhi efisiensi protein ransum (Thilman et al., 986). Penggunaan kurkuminoid pada penelitian ini kemungkinan belum menemukan dosisi yang tepat sehingga tidak berimplikasi terhadap efisiensi protein ransum. 8 Volume, Nomor 2, Mei 20

Sauland Sinaga dan Marsudin Silalahi: Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis... Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecepatan Laju Makanan Dalam Sistem Pencernaan Rataan kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan untuk setiap perlakuan disajikan dalam tabel 7. Tabel 7. Rataan Kecepatan Laju Makanan pada Tiap Perlakuan Selama Penelitian Ulangan 2 3 4 5 Perlakuan R 0 R R 2 R 3 Rataan 48,85 40, 4,3 46,54 42,08 4,2 46,3 42,27 42,25 47,7 43,80 4,2 47,75 42,6 44,68 42,69 42,75 43,92 40,4 42,66 Total 22,6 236,98 20,42 20,57 27,53 Rataan 42,43 47,39 42,08 42, 43,50 Hasil pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan babi finisher dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan adalah 9,50 jam, hasil ini sesuai dengan pendapat Sihombing (997) yang menyatakan bahwa kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan pada babi remaja atau dewasa berkisar antara 0 24 jam. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian dosis (0, 4, 8, 2 mg kurkuminoid/kg bobot badan) dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan pada F hitung < dari F 0,05. Menurut pendapat Ramprasad dari Sirsi (956) yang menyatakan bahwa peristaltik usus halus dapat memengaruhi keceapatn laju makanan dalam sistem pencernaan. Kurkuminoid dapat mempengaruhi tonus dan kontraksi usus halus. Pemberian kurkuminoid pada dosis rendah secara berulang mempercepat kontraksi tonus usus halus tetapi pada dosis tinggi akan memperlambat bahkan dapat menghentikan kontraksi spontan. Akibatnya, perjalanan ransum dalam usus halus menjadi lebih lama. Penggunaan kurkuminoid pada penelitian ini kemungkinan belum menemukan dosis yang tepat sehingga tidak berimplikasi terhadap kecepatan laju makanan di dalam saluran pencernaan. KESIMPULAN Pemberian kurkuminoid dalam ransum sampai tingkat 4 mg kurkuminoid/kg bobot badan memberikan pengaruh yang positif terhadap kecernaan protein dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap efisiensi protein ransum dan kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan babi finisher. Pemberian kurkuminoid pada dosis 4 mg kurkuminoid/kg bobot badan memberikan hasil terbaik terhadap kecernaan protein dan pemberian kurkuminoid sampai 2 mg/kg bobot badan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap efisiensi protein serta kecepatan laju makanan dalam sistem pencernaan babi finisher. SARAN Pemberian dosis kurkuminoid dalam ransum babi finisher sebanyak 4 mg kurkuminoid/kg bobot badan dapat meningkatkan daya cerna babi terhadap protein ransum babi finisher. Volume, Nomor 2, Mei 20 82

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan DAFTAR PUSTAKA Bile N, Larsen JC, Hansen EN, Wuthzen G. 995. Subcronis Oral Toxicity of Tumeric oleorisin in pig. Food Chem Toxicol 23 : 367 973. Direktorat Jendral Peternakan 2003. Statistik Indonesia. Jakarta. Martini, S. 998. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Berbagai Jenis Curcuma dan Kombinasinya Sebagai Pakan Adiktif Terhadap Produksi Karkas Serta Komposisi Asam Lemak Karkas pada Kelinci Peranakan New Zealand White. Disertasi. Unpad Bandung. Nasional Research Council (NRC), 998. Nutrient Requitmens of Swine. National Academy Press, Washington D. C. Ramprassad, C dan M. Sirsi, 956. Studies on Indian Medical Plant : Curcuma Loa Linn. Effevt of Curcuma and the Esensential oil of C. Longa on bile Secretion, J. Sci. Industry. Res 5 (2) : 262 265. Sihombing, DTH. 997. Ilmu Ternak Babi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sinaga, S. 2003. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Aditif Tepung Kunyit pada Babi Periode Finisher. Fapet, Unpad Bandung. Steel, R.G.D dan J. H. Torrie. 2006. Prinsip dan Prosedur Statistika (terjemahan) 4 PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal 289-300. Cetakan ke-. Tillman AD, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokesumo, S. Lebdosoekojo. 983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM. 83 Volume, Nomor 2, Mei 20