BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

HASIL DAN PEMBAHASAN

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zingiber officinale yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu singibera yang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

TINJAUAN PUSTAKA. bahan pangan yang sehat, tanpa dikurangi komponen-komponennya (Hadiwiyoto,

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

III. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia, sebagian besar

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Jahe Merah Tanaman jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu tanaman rimpang yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum) adalah varietas jahe yang memiliki ciri khas dengan rimpang yang berwarna merah serta memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding jahe gajah dan jahe emprit. Secara morfologi jahe merah tersusun atas akar, rimpang, batang, daun dan bunga (Ekasari dan Yudoyono, 2013). Daun jahe merah memiliki panjang, lebar, dan warna daun yang khas (Bustan et al., 2008) Daun dari tanaman jahe merah berdaun sempit, dengan panjang daun 24,30-4,79 cm dan lebar 2,79-31,18 cm, tangkai daun berbulu memiliki panjang 2-4 mm, bentuk lidah daun memanjang dengan panjang 7,5-10 cm ada yang tidak berbulu dan berseludang agak berbulu (Herlina et al., 2002). Senyawa aktif dalam daun jahe memiliki persamaan dengan bagian rimpangnya, hanya saja presentasinya lebih rendah yaitu 91% (Sivasothy et al., 2012). Umumnya, daun jahe dimanfaatkan sebagai obat demam, obat luka, rempah-rempah bahan masakan dan untuk kecantikan. 2.2. Susu Pasteurisasi Susu adalah cairan bergizi yang didapat dari hasil perahan ambing sapi. Komposisi kimia susu segar yaitu terdiri dari air, protein (kasein dan albumin), lemak, laktosa dan abu. Susu pasteurisasi merupakan susu yang telah mengalami

5 proses pemanasan. Proses pasteurisasi dapat dilakukan dengan metode High Temperature Short Time (HTST), Low Temperature Long Time (LTLT) atau Ultra High Temperature (UHT). Lemak susu merupakan senyawa yang membentuk citarasa susu. Namun, lemak dapat mengalami kerusakan akibat adanya interaksi dengan senyawa prooksidan yang dihasilkan bakteri akan membentuk reaksi oksidasi lemak sehingga dapat menyebabkan perubahan citarasa pada susu dan susu mengalami kerusakan. Rentang waktu oksidasi lemak pada susu sekitar 4 sampai 5 jam ditandai dengan methilen blue yang ditambahkan menjadi putih (Suhartati dan Aryani, 2014). Susu yang kaya akan protein dan laktosa memungkinkan menjadi media pertumbuhan dan perkembangan bakteri, jika susu mengandung bakteri lebih dari yang ditentukan SNI-01-3951-1995 maka susu akan mengalami kerusakan mutu mikrobiologis, fisik dan kimia yang ditandai dengan perubahan organoleptik yang meliputi warna, rasa dan aroma susu, penggumpalan susu, dan ketengikan serta perubahan total mikroba dalam susu pasteurisasi. 2.3. Ekstrak Daun Jahe Merah sebagai Antioksidan dan Antimikroba Antioksidan terdiri dari komponen polifenol yang dapat ditemukan seluruh bagian tanaman baik batang, rimpang maupun daun (Stilova et al., 2007). Daun jahe merah memiliki aktivitas antioksidan yang hampir sama dengan bagian rimpangnya pada beberapa varietas seperti pada Halia Bentong (jahe gajah) aktivitas antioksidan daun jahe 51,12% sedangkan rimpang jahe 51,41% dan Halia Bara (jahe merah) aktivitas antioksidan daun jahe 56,36% sedangkan rimpang jahe 58,22% (Ghasemzadeh et al., 2010). Senyawa antioksidan dan

6 antimikroba merupakan senyawa yang terdapat pada tanaman. Antioksidan merupakan senyawa fitokimia yang berfungsi sebagai penangkap radikal bebas dan mencegah proses oksidasi lemak. Fenol merupakan senyawa antioksidan yang dominan dalam daun jahe (Chan et al., 2008). Antimikroba merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Senyawa antioksidan dalam daun jahe dalam bentuk gugus fenolik (Chan et al., 2011). Ekstak daun jahe merah mengandung 47,1% sesquiterpenoids dan monoterpenoid 42,6% tersusun atas β-caryophyllene, geranial, neral, caryophillene oxida, geraniol, α pinene dan trans-α-farnesena yang merupakan senyawa terpen yang paling banyak pada daun jahe merah (sivasothy et al., 2011). 2.4. Aktivitas Antioksidan Senyawa antioksidan berperan mencegah proses oksidasi pada susu, karena susu mengandung lemak dan lemak mudah teroksidasi, sehingga penambahan EJM bertujuan untuk memperpanjang daya simpan SPK dengan mencegah reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi pada SPK akan menyebabkan terjadinya perubahan aroma dan rasa susu serta kehilangan senyawa riboflavin (Ambarsari et al., 2013). Senyawa antioksidan berfungsi juga sebagai antibakteri yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri, mengambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Senyawa falvonoid merupakan salah satu senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan sekaligus antimikroba (Fitrial et al., 2008).

7 2.5. Total Mikroba pada Susu Mikroba yang banyak terdapat pada susu pasteurisasi adalah jenis Staphylococcus aureus, Salmonella sp., Bacillus cereus, Escherichia coli dan yang paling banyak adalah bakteri penghasil asam laktat. Maksimal syarat cemaran mikroba pada susu segar adalah 10 6 CFU/ml sedangkan pada susu pasteurisasi 10 4 CFU/ml, jika lebih dari 10 4 CFU/ml maka susu pasteurisasi tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat mutu susu SNI dan tidak layak dikonsumsi. Apabila jumlah mikroba lebih dari 10 4 CFU/ml maka mikroba berkembang cepat dan toksin telah terbentuk (Suwito, 2010). Membandingkan total mikroba yang terdapat pada SPK yang ditambahkan EJM dan yang tidak ditambahkan EJM menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Semakin lambat pertumbuhan bakteri dalam SPK menunjukkan semakin efektif antimikroba yang terdapat pada daun jahe merah (Maitimu et al., 2011). 2.6. ph Susu Nilai ph menunjukkan asam atau basanya suatu larutan. Nilai ph merupakan salah satu faktor yang dapat mengindikasikan mutu SPK. Menurut SNI 01 3951 1995, susu pasteurisasi memiliki ph sekitar 6,40-6,80. Jika ph SPK di atas batas yang ditentukan SNI, kemungkinan besar sapi menderita mastitis. Namun, apabila ph SPK di bawah batas yang ditentukan SNI, SPK mengalami kerusakan. Umumnya, selama proses penyimpanan terjadi penurunan ph. Penurunan ph pada SPK menunjukkan adanya aktivitas bakteri asam laktat yang bekerja memecah laktosa menjadi asam laktat. Proses fermentasi pada susu berlangsung akibat adanya aktivitas bakteri asam laktat yang menyebabkan

8 penurunan ph susu dan penggumpalan kasein (Gustiani, 2009). Semakin rendah ph susu maka semakin banyak asam laktat yang dihasilkan bakteri asam laktat. Kerusakan mutu akibat cemaran mikroba bukan hanya diindikasikan dengan perubahan ph saja tetapi juga dengan penggumpalan kasein susu (Isniawan et al., 2013). 2.7. Sifat Organoleptik Susu Uji organoleptik merupakan uji kualitas mutu pangan berdasarkan indera yang dimiliki manusia seperti perasa, peraba, pembau, penglihatan dan pendengaran. Uji organoleptik pada SPK mencakup aroma, rasa, kenampakan susu, dan overall. Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui daya terima dan palatabilitas SPK dengan penambahan EJM. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Susu Pasteurisasi 01-3951-1995, syarat mutu susu berdasarkan organoleptiknya memiliki ciri susu berwarna putih, bau dan rasa khas susu serta konsistensi normal. Susu yang memiliki kualitas bagus selama penyimpanan dan pengolahan tidak mengalami perubahan organoleptik dari segi rasa, warna dan aroma yang signifikan (Nefasa et al., 2013). Susu memiliki rasa yang sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya kandungan gula laktosa dan garam mineral dalam susu. Rasa susu mudah berubah bila terkena benda-benda tertentu, misalnya makanan ternak penghasil susu, kerja enzim dalam tubuh ternak, ataupun wadah tempat menampung susu yang dihasilkan nantinya. Rasa susu dapat berubah menjadi pahit atau asam karena aktivitas mikroba pada susu (Diastari dan Agustina, 2013).

9 Warna susu pasteurisasi merupakan salah satu faktor penentu mutu susu. Normalnya, susu pasteurisasi berwarna putih kekuning-kunigan atau putih kebiruan. Warna putih susu disebabkan kandungan kasein dan kalsium fosfat yang merupakan dispersi koloid sehingga tidak tembus cahaya, sedangkan warna kekuningan disebabkan kandungan lemak susu, terutama dipengaruhi zat-zat terlarut dalam lemak seperti karoten yang berasal dari pakan (Sawitri et al., 2010). Bila susu berwarna merah, maka bagian ambing yang mengeluarkan susu tersebut terserang mastitis dan susu tidak layak konsumsi. Aroma merupakan sifat fisik dari susu. Susu memiliki aroma khas. Aroma khas susu disebabkan adanya komponen lemak yang terdapat pada susu yang dapat menyerap aroma yang berada di sekitarnya. Aroma susu dapat beranekaragam, tergantung pakan yang diberikan kepada ternak. Akan tetapi, aroma susu dapat terjadi penyimpangan, seperti bau busuk. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor biologis, faktor kimiawi, dan faktor mekanis. Faktor biologis disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme yang menempel pada susu. Faktor kimia disebabkan oleh adanya aktivitas enzim lipase yang terdapat pada susu yang dapat memecah lemak susu. Adanya paparan oksigen pada lemak susu, dapat pula menyebabkan terjadinya oksidasi lemak susu sehingga susu akan cepat beraroma tengik (Laryska da Nurhajati, 2013).. Sedangkan faktor mekanis lebih disebabkan karena lemak pada susu dapat menyerap aroma disekitarnya. Tingkat kesukaan overall adalah uji penerimaan dengan mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap produk secara keseluruhan, dari segi rasa, aroma,

10 tekstur, dan warna (Masyitah et al., 2016). Tingkat kesukaan overall dapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui daya terima konsumen terhadap produk yang dihasilkan, apakah disukai atau tidak. Jika panelis banyak yang menyukai produk yang di ujikan dapat mengindikasikan produk tersebut berkemungkinan dapat diterima dan disukai konsumen.