KRISIS PETANI BERDAMPAK PADA KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA. Oleh: I Ketut Suratha. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

dokumen-dokumen yang mirip
POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

KEMENTERIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

REVITALISASI PERTANIAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

BPS PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Arah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

Transkripsi:

ISSN 0216-8138 67 KRISIS PETANI BERDAMPAK PADA KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA Oleh: I Ketut Suratha Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali ABSTRAK Petani memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu bangsa. Oleh karena setiap manusia hidup memerlukan berbagai kebutuhan hidupnya, petani berperan penting bagi penyedia berbagai keperluan tersebut. Di dalam suatu negara, petani membantu memenuhi kebutuhan pangan bagi kebutuhan negaranya. Indonesia merupakan negara agraris. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani di Indonesia tahun 2013 mencapai 31, 70 juta orang yang terbagi ke dalam sektor tanaman pangan, holtikultural, perkebunan, peternakan, budidaya ikan, penangkapan ikan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara agraris, yang sebagaian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian, tergantung pada keberhasilan petaninya untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Petani yang ada di Indonesia membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, petani yang ada di Indonesia harus diperhatikan dengan baik agar Indonesia yang sebagai negara agraris dapat terus memasok pangan yang bersumber dari petani dalam negeri. Kata-Kata Kunci: Krisi Petani, Ketahanan Pangan. PENDAHULUAN Petani memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu bangsa. Oleh karena setiap manusia hidup memerlukan berbagai kebutuhan hidupnya, petani berperan penting bagi penyedia berbagai keperluan tersebut. Di dalam suatu negara, petani membantu memenuhi kebutuhan pangan bagi kebutuhan negaranya. Indonesia merupakan negara agraris. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani di Indonesia tahun 2013 mencapai 31, 70 juta orang Krisis Petani Berdampak Pada Ketahanan Pangan. (I Ketut Suratha)

ISSN 0216-8138 68 yang terbagi ke dalam sektor tanaman pangan, holtikultural, perkebunan, peternakan, budidaya ikan, penangkapan ikan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara agraris, yang sebagaian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian, tergantung pada keberhasilan petaninya untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Petani yang ada di Indonesia membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, petani yang ada di Indonesia harus diperhatikan dengan baik agar Indonesia yang sebagai negara agraris dapat terus memasok pangan yang bersumber dari petani dalam negeri. Keberhasilan petani dalam produksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung. Petani akan dapat memproduksi hasil pertanian dengan baik jika berbagai kebutuhannya dapat dipenuhi. Sehingga produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dapat tercukupi. Namun, seiring perkembangan jaman petani dihadapi berbagai permasalahan dalam proses produksi yang dilakukannya. Permasalahan tersebut di pengaruhi oleh berbagai faktor yang menyebabkan kualitas produksi petani semakin menurun. Banyaknya permasalahan yang dihadapi membuat jumlah petani semakin menurun, sehingga menyebabkan krisis petani di Indonesia. Jika tidak di tanggulangi dengan cepat, krisis petani yang terjadi pada di Indonesia akan mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karena, Indonesia merupakan negara agraris sudah seharusnya pemerintah memperhatikan keadaan petani agar stabilitas negara dapat dijaga dan mengurangi risiko dalam masalah pangan akibat dari krisis petani di Indonesia. PEMBAHASAN 1. Krisis Petani di Indonesia Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), menurut hasil sensus pertanian yang dilakukan tahun 2013 terjadi penurunan signifikan terhadap jumlah petani di Indonesia. Selama periode 10 tahun yaitu dari tahun 2003 sampai 2013, Indonesia mengalami penurunan jumlah petani sangat drastis, mencapai 16 persen yakni dari 31,23 juta menjadi 26,14 juta orang. Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 1 Juni 2015

ISSN 0216-8138 69 Jika pemerintah tak serius menangani masalah ini, Indonesia bisa mengalami krisis petani, karena tak ada regenerasi. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut bisa menyebabkan terjadinya krisis pangan. Meluasnya konversi lahan menjadi penyebab utama para petani meninggalkan sawahnya. Hal itu diperparah dengan tidak dilaksanakannya reforma agraria. Setiap hari diperkirakan sekitar lima ribu petani meninggalkan profesinya. Petani memilih pergi ke kota dan terpaksa menjadi kuli, buruh migran atau sektor informal yang lain. Hal tersebut menyebabkan jumlah petani yang ada di Indonesia terus berkurang. Petani di Indonesia sebagaian besar merupakan petani-petani gurem dengan penguasaan lahan 5.000 meter persegi dan petani kecil semakin berkurang. Padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak, sehingga menyebabkan kebutuhan masyarakatnya akan pangan menjadi tinggi pula. Dibutuhkan kurang lebih 7,3 juta ha areal sawah, 1,4 juta ha untuk kedelai, jagung 2 juta ha, serta tebu dan hortikultura sebesar 2,6 juta ha untuk memenuhi kecukupan pangan penduduk Indonesia yang tumbuh 1,3% per tahunnya. Bappenas mengestimasi penduduk Indonesia akan membengkak menjadi 284,82 juta pada 2025, meningkat 46,31 juta dibandingkan pada 2010 yang hanya 238,51 juta penduduk. Pada 2015 sendiri, Bappenas mengestimasi penduduk Indonesia telah mencapai 255,46 juta orang. Adapun Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan, Indonesia akan mengalami neraca pangan negatif pada 2020 apabila program peningkatan produktivitas areal dan diversfikasi pangan mengalami kegagalan. BKKBN mendasarkan asumsi kebutuhan pada angka konsumsi padi per kapita sebesar 125,3 kg, sementara angka konsumsi padi yang diklaim oleh Kementerian Pertanian lebih besar lagi, yaitu 139 kg. Kebutuhan pangan yang tinggi akibat jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan Indonesia tercancam krisis pangan, hal ini diperparah oleh jumlah petani di Indonesia yang terus berkurang setiap tahunnya. Keadaan tersebut akan membuat Indonesia menghadapi masalah, yang mana salah satu faktornya adalah dipengaruhi oleh krisis petani di Indonesia. Krisis Petani Berdampak Pada Ketahanan Pangan. (I Ketut Suratha)

ISSN 0216-8138 70 2. Penyebab Terjadinya Krisis Petani di Indonesia Sebagai negara agraris, Indonesia seharusnya mampu berswasembada beras maupun komoditas lainnya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Hal itu salah satunya dikarenakan sektor pertanian yang semakin tidak diperhatikan. Kebijakan pemerintah di Indonesia yang kurang pro terhadap pertanian, baik terhadap petani maupun terhadap peningkatan produksi pertanian. Sedangkan, dilihat dari kualitas petani masih rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil Sensus Pertanian 2003 yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari jumlah petani adalah dari kategori berpendidikan rendah, kebanyakan hanya sekolah dasar (SD). Rendahnya pendidikan formal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani Indonesia mengadopsi teknologi-teknologi baru, termasuk menggunakan traktor dan mesin pertanian lainnya secara efisien. Sehingga hal tersebut membuat petani di Indonesia cenderung memiliki produktivitas/ pendapatan yang rendah, pendapatan yang rendah tersebut cenderung membuat petani ingin beralih bekerja pada sektor lainnya, akibatnya jumlah petanipun semakin berkurang. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis petani. Biaya Usaha Tani Dalam usaha tani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dikeluarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Biaya seringakali menjadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi. Karena kurangnya biaya yang tersedia tidak jarang petani mengalami kerugian dalam usaha taninya. Dari segi teknis dan pengetahuan, sebagian besar petani sudah memahami fungsi teknologi yang mereka peroleh dari surat kabar, radio, televise, penyuluhan, sarasehan, pendidikan tidak formal, selebaran-selebaran, dan atau dari hasil obrolan di warung kopi. Mereka sudah menyadari pentingnya teknologi, tetapi kendalanya adalah modal. Teknologi yang benar dan tepat menghendaki biaya yang cukup tinggi dan harus tersedia tepat waktu pula, tetapi masalahnya sebagian besar Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 1 Juni 2015

ISSN 0216-8138 71 petani di Indonesia tidak mampu untuk membiayai usaha pertanian meraka secara maksimal sehingga hasil yang diperoleh pun tidak memuaskan. Sistem Usaha Tani yang Masih Terbelakang Sistem usaha tani mengandung pengertian pola pelaksanaan usaha tani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau usaha tani yang diterapkan sebagian petani di Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pola subsistence). Hal ini berarti belum sepenuhnya bertujuan untuk dijual ke pasar (market oriented) seperti halnya usaha tani di Negara-negara yang telah maju. Dengan pola subsistence tersebut pertanian Indonesia lambat berkembang dan upaya pemacuan produksi tidak dapat berjalan lancar dan produktif. Sedangkan, dilihat dari kualitas petani masih rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil Sensus Pertanian 2003 yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari jumlah petani adalah dari kategori berpendidikan rendah, kebanyakan hanya sekolah dasar (SD). Rendahnya pendidikan formal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani Indonesia mengadopsi teknologi-teknologi baru, termasuk menggunakan traktor dan mesin pertanian lainnya secara efisien. Sehingga hal tersebut membuat petani di Indonesia cenderung memiliki produktivitas/ pendapatan yang rendah, pendapatan yang rendah tersebut cenderung membuat petani ingin beralih bekerja pada sektor lainnya, akibatnya jumlah petanipun semakin berkurang. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis petani. Biaya Usaha Tani Dalam usaha tani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dikeluarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Biaya seringakali menjadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi. Karena kurangnya biaya yang tersedia tidak jarang petani mengalami kerugian dalam usaha taninya. Dari segi teknis dan pengetahuan, sebagian besar petani sudah memahami fungsi teknologi yang Krisis Petani Berdampak Pada Ketahanan Pangan. (I Ketut Suratha)

ISSN 0216-8138 72 mereka peroleh dari surat kabar, radio, televise, penyuluhan, sarasehan, pendidikan tidak formal, selebaran-selebaran, dan atau dari hasil obrolan di warung kopi. Mereka sudah menyadari pentingnya teknologi, tetapi kendalanya adalah modal. Teknologi yang benar dan tepat menghendaki biaya yang cukup tinggi dan harus tersedia tepat waktu pula, tetapi masalahnya sebagian besar petani di Indonesia tidak mampu untuk membiayai usaha pertanian meraka secara maksimal sehingga hasil yang diperoleh pun tidak memuaskan. Sistem Usaha Tani yang Masih Terbelakang Sistem usaha tani mengandung pengertian pola pelaksanaan usaha tani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau usaha tani yang diterapkan sebagian petani di Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pola subsistence). Hal ini berarti belum sepenuhnya bertujuan untuk dijual ke pasar (market oriented) seperti halnya usaha tani di Negara-negara yang telah maju. Dengan pola subsistence tersebut pertanian Indonesia lambat berkembang dan upaya pemacuan produksi tidak dapat berjalan lancar dan produktif. Kerusakan Sumber Daya Alam Kerusakan sumber daya alam akan menjadi pangkal tolak kerusakan sisi kehidupan lainnya. Maka pembangunan tidak hanya mengutamakan kepentingan ekonomi saja, tetapi seharusnya juga mengutamakan kepentingan lingkungan dan sosial. Sekarang ini banyak kita jumpai bahwa areal pertanian mati pada saat musim kering. Hal ini disebabkan karena tempat penyerapan air hujan yaitu hutan, sudah tidak berfungsi secara optimal. Hutan di Indonesia sudah banyak yang rusak karena penebangan secara liar maupun karena kebakaran hutan sehingga cadangan air untuk musim kering menjadi hilang. Akibatnya lahan pertanian menjadi kering dan berdampak pada krisis pangan. Rendahnya Penerapan Teknologi Budidaya Tampak dari besarnya kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil di lapangan yang diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan karena pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru yang kurang dapat Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 1 Juni 2015

ISSN 0216-8138 73 dipahami oleh petani secara utuh sehingga penerapan teknologinya sepotongsepotong. Seperti penggunaan pupuk yang tidak tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal diterapkan petani belum optimal karena lemahnya sosialisasi teknologi, sistem pembinaan serta lemahnya modal usaha petani itu sendiri. Selain itu juga karena cara budidaya petani yang menerapkan budidaya konvensional dan kurang inovatif seperti kecenderungan menggunakan input pupuk kimia yang terus menerus, tidak menggunakan pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih tinggi 15 20 % dan memakai air irigasi yang tidak efisien. Akibatnya antara lain berdampak pada rendahnya produktivitas yang mengancam kelangsungan usaha tani dan daya saing di pasaran terus menurun. Rendahnya produktivitas dan daya saing komoditi tanaman pangan yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk mengembangkan usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala luas mempengaruhi produksi nasional. Alih Fungsi Lahan Pertanian Rendahnya produktivitas dan daya saing komoditi tanaman pangan yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk mengembangkan usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala sulitnya melakukan peningkatan produksi pangan nasional antara lain karena pengembangan lahan pertanian pangan baru tidak seimbang dengan konversi lahan pertanian produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti permukiman. Lahan irigasi Indonesia sebesar 10.794.221 hektar telah menyumbangkan produksi padi sebesar 48.201.136 ton dan 50 %-nya lebih disumbang dari pulau Jawa. Akan tetapi mengingat padatnya penduduk di pulau Jawa keberadaan lahan tanaman pangan tersebut terus mengalami degradasi seiring meningkatnya kebutuhan pemukiman dan pilihan pada komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti hortikultura. Jika tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas secara nyata dan/atau membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti produksi pangan dalam negeri tidak akan mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional. Kurang Optimalnya Peranan Koperasi Koperasi yang ada di Pedesaan Krisis Petani Berdampak Pada Ketahanan Pangan. (I Ketut Suratha)

ISSN 0216-8138 74 Koperasi pertanian yang ada di desa semastinya memiliki peranan yang sangat penting dalam hubungannya dengan keberadaan pangan di negeri ini. Sebagai koperasi yang sehat dan mampu mensejahtrakan anggotanya, koperasi semestinya dapat memberikan modal untuk pertanian kepada petani dan dapat menyerap hasil pertanian dengan harga yang sesuai pada musim panen untuk diperoleh lebih lanjut. Namun kenyataannya tidaklah demikian, koperasi pertanian desa dan pertanian gagal menyalurkan kredit pertanian karena prosedurnya yang dianggap berbelit-belit dan adanya uang yang diselewengkan oleh oknum-oknum pengurus koperasi itu sendiri. Kurangnya Motivasi dari para Petani Masalah yang penting dalam menggerakkan usaha tani bukanlah sekedar penyediaan kredit saja atau perbaikan sisitem penyaluran. Tetapi usaha mendorong motivasi petani agar berani berusaha dengan menanggung resiko adalah lebih penting. Petani-petani pada umumnya masih belum berani berusaha dengan menanggung resiko. Akibatnya fasilitas permodalan yang disediakan kadang-kadang tidak dimanfaatkan. Ketidakberanian petani menanggung resiko ini adalah karena mereka belum dapat menafsirkan atau memperkirakan sejauh mana keberhasilan usahanya kelak dengan resiko yangditanggumg.hal inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa panen sering gagal yang berakibat pada masalah krisis pangan (http://balipaper.wordpress.com.2010) Semakin tingginya harga bahan bakar maka harga yang dibutuhkan untuk pendistribusian bahan pangan semakin tinggi, akibatnya daya beli masyarakat semakin menurun yang menyebabkan petani kesulitan dalam memasarkan hasil pertaniannnya. Saat ini akibat pemanasan global dan perubahan iklim semakin membuat petani kesulitan dalam menentukan saat bercocok tanam dan saat tepat untuk memanen, sehingga saat ini banyak petani yang mengalami gagal panen disebabkan curah hujan yang tinggi ataupun suhu bumi yang semakin meningkat banyaknya kendala-kendala yang dihadapi oleh petani membuat mereka cenderung ingin meninggal pekerjaannya sebagai petani dan beralih bekerja di sektor lainnya. Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 1 Juni 2015

ISSN 0216-8138 75 3. Dampak Krisis Petani Terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan, pada 2015 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 243 juta jiwa. Dengan konsumsi beras per kapita per tahun 139 kilogram, dibutuhkan beras 33,78 juta ton. Pada 2030, kebutuhan beras untuk pangan akan mencapai 59 juta ton untuk jumlah penduduk yang diperkirakan 425 juta jiwa. Itu artinya, Indonesia berisiko mengalami krisis pangan pada 2025. Oleh karena itu, pemerintah harus meningkatkan produksi pangan. Karena, pertumbuhan jumlah penduduk mengikuti deret ukur. Sementara itu, peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung yang artinya laju pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan ketersediaan pangan. Ketergantungan Indonesia yang besar terhadap impor sejumlah komoditas pangan utama menyebabkan Indonesia terancam menghadapi krisis pangan. Pada tahun 2014, Indonesia berencana akan kembali mengimpor beras sebesar 1,75 juta ton. Jika ini terealisasi, maka Indonesia merupakan importir beras terbesar kedua di dunia. Bukan hanya beras, ketergantungan pemenuhan kebutuhan pangan nasional utama lainnya terhadap impor juga cukup besar seperti kedelai (70 persen), garam (50 persen), daging sapi (23 persen), dan jagung (11,23 persen). Ketergantungan impor inilah yang menyebabkan Indonesia terancam menghadapi krisis pangan, karena saat ini harga pangan dunia sudah dalam level berbahaya dan pasokan yang terus menipis. Impor yang tinggi merupakan salah satu dampak dari rendahnya produksi pangan dalam negri yang mana hal tersebut diawali oleh krisis petani di Indonesia akibat dari terus berkurangnya jumlah petani yang ada di Insonesia. Padahal, jika Indonesia terus melakukan impor pangan akan menyebabkan terjadinya pembengkakan pada anggaran belanja negara, sehingga akan menimbulkan banyak permasalahan bagi negara Indonesia. Selain itu, sentra produksi pangan hanya ada di daerah tertentu. Sementara itu, wilayah lain juga membutuhkan makanan, namun ongkos distribusi pangan mahal. Kondisi itu akan diperparah jika krisis petani tak segera diatasi. Krisis petani akibat terus berkurangnya jumlah petani yang ada di Indonesia dan kebutuhan pangan yang semakin tinggi akibat pertambahan jumlah Krisis Petani Berdampak Pada Ketahanan Pangan. (I Ketut Suratha)

ISSN 0216-8138 76 penduduk menyebabkan Indonesia terancam mengalami krisis pangan. Krisis pada petani membuat pemerintah kesulitan memenuhi pasokan pangan dalam negeri akibat petani yang ada tersebut tidak mampu memasok pangan sesuai kebutuhan penduduk Indonesia akibatnya kelangkaan pangan di Indonesia antinya tidak akan dapat dihindari jika tidak segera ditanggulangi oleh pemerintah. Selain itu, jika pemerintah mengalami kesulitan dalam menginpor pangan dari negara lain maka penduduk Indonesia akan kesulitan untuk mendapatkan pangan yang dibutuhkannya. Akibatnya Indonesia akan mengalami krisis pangan yang menyebabkan berbagai masalah di negara Indonesia. 4. Solusi Terhadap Krisis Petani di Indonesia Berbagai upaya harus segera dilakukan untuk menanggulangi krisis petani yang terjadi di Indonesia. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis petani: Pemerintah memberikan kompensasi kepada petani Untuk mengurangi jumlah petani yang terus berkurang, pemerintah sebaiknya menghargai para petaninya dengan memberikan kompensasi kepada petani yang mau menggarap lahannya. Pemerintah juga perlu merumuskan teknologi baru dan menciptakan pangan alternative. Penyediaan pupuk dan benih murah serta perbaikan sistem pasar Selama ini petani sering mengalami kesulitan dalam mendapat pupuk dan benih yang murah, akibatnya petani harus rela membeli pupuk dan benih dengan harga tinggi, akibatnya biaya produksi petani semakin tinggi yang menjadikan petani semakin sedikit mendapatkan keuntungan. Jika pemerintah menyediakan pupuk dan benih yang murah maka petani akan semakin termotivasi untuk menggarap lahan pertanian mereka. Selain itu, jika pemerintah memperbaikan sistem pemasaran hasil produksi petani maka petani tidak akan kesulitan dalam memasarkan hasil panen mereka. Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 1 Juni 2015

ISSN 0216-8138 77 Melakukan Regenerasi Petani Pemerintah perlu mengadakan program regenerasi petani di Indonesia. Regenerasi petani ini dapat dilakukan dengan mengirim anak bangsa untuk belajar pertanian di Jepang. Mereka difasilitasi dan dibiayai untuk persiapan jadi petani serta belajar ilmu pertanian di Jepang. Para pemuda yang dikirim ke Jepang akan menjadi petani muda yang kompeten guna mengembangkan pertanian di Indonesia. Penyuluhan dan pelatihan akan membuat petani lebih berkualitas dan berkompeten. Memperhatikan Pertanian Lokal Memperhatikan pertanian lokal akan membuatnya dapat berkembang dengan baik. Selain itu, pemerintah harus membatasi pintu masuk impor dan menerapkan bea masuk produk impor pertanian yang lebih tinggi agar masyarakat cenderung beralih pada produk pertaian lokal. Sehingga dengan begitu petani lokal akan lebih mudah memasarkan hasil panen mereka. Mengintensipkan Petani Harus ada insentif bagi petani. Pemerintah harus memastikan orang yang akan menjadi petani memiliki lahan. Karena, sebenarnya banyak yang ingin menjadi petani, namun tak memiliki lahan. Selain itu, pemerintah harus memberi dukungan teknologi yang ramah untuk anak muda. Kebijakan Pertanian Dibutuhkan campur tangan dari pemerintah dalam penanganan masalah melalui kebijakan pertanian, meliputi dukungan pendidikan, riset, hingga pemberian subsidi yang dapat menjamin petani untuk terus berproduksi. Pemerintah yang membela kedaulatan pangan, menilai orang-orang yang memproduksi, mendistribusi dan mengonsumsi pangan sebagai pusat dalam pembuatan keputusan terkait sistem dan kebijakan pangan, bukan tuntutan pasar atau korporasi yang mendominasi sistem pangan. Pemerintah harus membuat politik atau kebijakan pertanian yang lebih memihak petani dan pertanian Indonesia, kebjikan-kebikan tersebut seperti: - Menghentikan konversi lahan pertanian produktif Krisis Petani Berdampak Pada Ketahanan Pangan. (I Ketut Suratha)

ISSN 0216-8138 78 - Meningkatkan luas lahan pertanian oleh petani - Mengoptimalkan lahan tidur yang dikuasai oleh negara untuk pertanian - Membuat regulasi upah tani - Peningkatan teknologi pertanian - Mengurangi nilai ekspor pertanian - Membuat riset/penelitian yang melibatkan anak-anak bangsa dan para petani dalam menciptakan efisiensi dan efektifitas pola pertanian dalam rangka mendapatkan hasil pertanian yang berkualitas dalqam jumlah kuantitas yang besar dalam tempo waktu yang singkat. Dengan adanya kebijakan yang menguntungkan petani maka petani akan semakin berkembang. Pemberdayaan dan Kewirausahaan Petani Kecil Pemberdayaan dan kewirausahaan petani Kecil mengantarkan petani agar berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dalam ekonomi global, oleh karena itu diperlukan adanya pemberdayaan (empowerment) dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship). Pemberdayaan petani sudah barang tentu harus dilakukan secra bertahap. Pemberdayaan dapat dilakukan antara lain dengan menstimulasi munculnya jiwa kewirausahaan di antara para petani kecil (Winangun, Wartaya. 2005). PENUTUP Simpulan 1. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), menurut hasil sensus pertanian yang dilakukan tahun 2013 terjadi penurunan signifikan terhadap jumlah petani di Indonesia. Selama periode 10 tahun yaitu dari tahun 2003 sampai 2013, Indonesia mengalami penurunan jumlah petani sangat drastis, mencapai 16 persen yakni dari 31,23 juta menjadi 26,14 juta orang. Jika pemerintah tak serius menangani masalah ini, Indonesia bisa mengalami krisis petani, karena tak ada regenerasi. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut bisa menyebabkan terjadinya krisis pangan. Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 1 Juni 2015

ISSN 0216-8138 79 2. Krisis petani akibat terus berkurangnya jumlah petani yang ada di Indonesia dan kebutuhan pangan yang semakin tinggi akibat pertambahan jumlah penduduk menyebabkan Indonesia terancam mengalami krisis pangan. Krisis pada petani membuat pemerintah kesulitan memenuhi pasokan pangan dalam negeri akibat petani yang ada tersebut tidak mampu memasok pangan sesuai kebutuhan penduduk Indonesia akibatnya kelangkaan pangan di Indonesia antinya tidak akan dapat dihindari jika tidak segera ditanggulangi oleh pemerintah. Selain itu, jika pemerintah mengalami kesulitan dalam menginpor pangan dari negara lain maka penduduk Indonesia akan kesulitan untuk mendapatkan pangan yang dibutuhkannya. Akibatnya Indonesia akan mengalami krisis pangan yang menyebabkan berbagai masalah di negara Indonesia. Saran Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis petani. Pemerintah memberikan kompensasi kepada petani Penyediaan pupuk dan benih murah serta perbaikan sistem pasar Melakukan Regenerasi Petani Memperhatikan pertanian lokal Mengintensipkan Petani Kebijakan Pertanian Pemberdayaan dan Kewirausahaan Petani Kecil DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Sensus Pertanian 2013. Balipaper.wordpress.com.2010. Penyebab Krisis Pangan Indonesia. http://balipaper.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Maret 2014. Rokhma, Nourida Mulya. 2006. Menyelamatkan Pangan. Jakarta: Impulse. Sasongko, Tri Hadiyanto. 2006. Potret Petani: Basis Pembaruan Agraria. Bandung: Akatiga. Krisis Petani Berdampak Pada Ketahanan Pangan. (I Ketut Suratha)

ISSN 0216-8138 80 viva.com. 2014. Krisis Petani di Negeri Agraris. http://sorot.news.viva.co.id. Diakses pada tanggal 18 Maret 2015 Winangun, Wartaya. 2005. Membangun Karakter Petani Organik Sukses dalam Era Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius. Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 1 Juni 2015