KERAGAMAN GENETIK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DARI KABUPATEN JEMBRANA DAN KARANGASEM, BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

Keragaman Spesies Ikan Tuna di Pasar Ikan Kedonganan Bali dengan Analisis Sekuen Kontrol Daerah Mitokondria DNA

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

II. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

Genetic diversity of yellowfin tuna (Thunnus albacares) from two populations in the Moluccas Sea, Indonesia

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

KERAGAMAN GENETIK, STRUKTUR POPULASI DAN FILOGENETIK IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) DI PERAIRAN MALUKU UTARA DAN AMBON, INDONESIA

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA POPULASI IKAN BATAK (Tor soro) DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) 1

ANALISIS STRUKTUR GENETIK HIU Carcharhinus falciformis (SILKY SHARK) DI INDONESIA BERDASARKAN GEN CONTROL REGION DNA MITOKONDRIA

BAB 4. METODE PENELITIAN

STRUKTUR GENETIK DAN FILOGENI YELLOWFIN TUNA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA BERKELANJUTAN Januari 2015 ISBN: Penyusun.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

GENETIKA POPULASI Manta alfredi (Krefft, 1868) ANTARA RAJA AMPAT, PULAU KOMODO DAN NUSA PENIDA BERDASARKAN DNA MITOKONDRIA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

IDENTIFIKASI SPESIES BAKTERI STAFILOKOKUS PADA IKAN KERAPU DI KARANGASEM DENGAN ANALISIS SEKUENS 16S rrna SKRIPSI. Oleh. Ketut Wella Mellisandy

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

MATERI DAN METODE. Materi

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA.

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAHAN DAN METODE. Analisis Kekerabatan Rayap Tanah M. gilvus dengan Pendekatan Perilaku

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

Struktur Genetik Penyu Hijau Di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, Dengan Marker Molekul D-Loop Dna Mitokondria

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

3. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

BAB III BAHAN DAN METODE

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belakang, dan mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip

3 Metodologi Penelitian

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

ANALISIS SEKUENS D-LOOP DNA MITOKONDRIA SAPI BALI DAN BANTENG DIBANDINGKAN DENGAN BANGSA SAPI LAIN DI DUNIA

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

The Origin of Madura Cattle

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian

G091 ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

Kolokium Liliani Isna Devi G

Kolokium Liliani Isna Devi G

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

DNA BARCODE DAN ANALISIS FILOGENETIK MOLEKULER BEBERAPA JENIS BIVALVIA ASAL PERAIRAN SULAWESI UTARA BERDASARKAN GEN COI

III. METODE PENELITIAN

RAGAM ALEL KELAPA PUDAK, PADMA, BLULUK DAN BUNGA DI KECAMATAN MANGGIS, KARANGASEM, BALI BERDASARKAN PENANDA DNA MIKROSATELIT

BARCODING ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi) BERDASARKAN GEN CYTOCHROME-B SEBAGAI UPAYA KONSERVASI GENETIK

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

III. MATERI DAN METODE A.

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

Keragaman Genetik Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dari Kabupaten Jembrana dan Karangasem, Bali [Fakhrurrasi Fakhri, dkk.] KERAGAMAN GENETIK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DARI KABUPATEN JEMBRANA DAN KARANGASEM, BALI GENETIC DIVERSITY OF SKIPJACK TUNA (Katsuwonus pelamis) FROM JEMBRANA AND KARANGASEM REGENCIES, BALI Fakhrurrasi Fakhri 1, Inna Narayani 1, I.G.Ngurah Kade Mahardika 2 1 Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana 2 Indonesian Biological Research Centre, Universitas Udayana Email:in86narayani@yahoo.com INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang ada di Kabupaten Jembrana dan Karangasem, Bali. Sampel DNA diambil dari 30 ekor di kabupaten Jembrana dan 30 ekor di kabupaten Karangasem. Ekstraksi DNA dilakukan dengan menggunakan chelex 10% dan amplifikasi menggunakan metode PCR dengan konfigurasi HotStart pada control region DNA mitokondria, menggunakan primer forward CRK dan primer reverse CRE. Analisis filogenetika dilakukan dengan menggunakan metode Neighbor Joining dengan model Kimura 2-parameter. Variasi dari setiap sekuen diperoleh dengan menghitung jumlah, persentase dari tiap haplotipe, keragaman haplotipe (hd) dan keragaman nukleotida (π) menggunakan program DnaSP 5.10. Analisis Fst (Fixation Index) berdasarkan frekuensi haplotipe menggunakan Arlequin 3.1. Haplotipe pada sampel Jembrana berjumlah 28 haplotipe dan sampel Karangasem berjumlah 15 haplotipe dengan nilai hd secara keseluruhan yaitu 0,997±0,006 dan untuk keragaman nukleotida (π) sebesar 0,04694. Nilai Fst yang diperoleh yaitu -0,00334 dan Fst P sebesar 0,90918±0,0100, menunjukkan bahwa populasi ikan cakalang di Kabupaten Jembrana dan Karangasem berasal dari populasi induk yang sama. Kata kunci : keragaman genetik, ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), Jembrana, Karangasem, keragaman haplotipe. ABSTRACT This research aimed to determine the genetic diversity of skipjack (Katsuwonus pelamis) from Jembrana and Karangasem Regencies, Bali. DNA samples were collected from 30 individual fish in the Jembrana district and 30 individuals in the district of Karangasem. DNA extraction was conducted using chelex 10% and the amplification using PCR method with HotStart configuration on mitochondrial DNA control region, with CRK forward primer and CRE reverse primer. Phylogenetic analysis was performed in Neighbor Joining method with Kimura 2-parameter models. Variations of each sequences were obtained by calculating the number, the percentage of each haplotype, haplotype diversity (hd) and nucleotide diversity (π) analysed in DnaSP 5:10 program. Analysis Fst (Fixation Index) based on haplotype frequencies using Arlequin 3.1. There was 29 haplotypes identified from Jembrana population, and 15 from Karangasem. The haplotype diversity value was 0.997 ± 0.006, and the nucleotide diversity value was of 0.04694. Fixation Index confirmed that both populations were phylogenetically originated from the same descendant cannot be differentiated (P values of 0.90918 ± 0.0100). Keywords: genetic variation, skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) haplotype diversity. PENDAHULUAN Kepulauan Indonesia terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Ikan cakalang merupakan salah satu komoditi ikan tangkap di perairan tersebut yang bernilai ekonomi tinggi setelah tuna sirip biru dan tuna sirip kuning dan sangat diminati terutama untuk industri ikan kaleng karena memiliki kandungan gizi yang tinggi dan lengkap serta dagingnya yang relatif lembut. Ikan cakalang juga banyak dijual dalam keadaan beku sebagai komoditi ekspor dan dijual dalam keadaan segar maupun dikalengkan bahkan di beberapa daerah di Indonesia ada yang menggunakannya sebagai ikan asap. Ikan cakalang atau skipjack tuna termasuk ke dalam famili Scombridae dan digolongkan sebagai ikan tuna. Ikan cakalang akan menjadi tangkapan alternatif ketika tuna sirip biru terancam punah dan stok tuna sirip kuning mulai menurun akibat penangkapan yang berlebihan (IOTC Report, 2013). Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan RI tahun 2013, hal ini disebabkan karena terjadi kelebihan tangkap pada beberapa spesies tuna (Berita Negara Republik 11

JURNAL BIOLOGI Volume 19 No.1 JUNI 2015 Indonesia 2013) Variasi genetik dari suatu populasi merupakan gambaran adanya perbedaan intraspesies. Dengan berkembangnya teknologi, muncul berbagai macam metode baru di bidang molekuler. Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan secara meristik, morfometrik dan elektroforesis karakter dari ikan cakalang yang berada di Samudera Pasifik, bahwa variasi genetik ikan cakalang sangat kecil dan menunjukkan sedikit perbedaan antarindividu dari kedalaman laut yang ber beda (Argue, 1981). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi DNA ikan cakalang di wilayah Bali. MATERI DAN METODE Pengambilan sampel ikan cakalang dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pengambengan, di Kabupaten Jembrana pada bulan November 2013 dan Pasar Karangasem pada bulan Januari 2014 masingmasing sebanyak 30 sampel. Sampel yang diambil adalah sirip punggung berukuran 1x1 mm dan disimpan dalam tabung yang sudah diisi etanol 96%. Ekstraksi DNA Potongan sirip punggung (sekitar 1x1 mm) tersebut dipindahkan ke dalam tabung eppendorf yang sudah berisi 250 µl larutan chelex 10% dalam ddh 2 O (Walsh et al., 1991) lalu diuraikan dengan vortex selama 1 menit. Kemudian, campuran disentrifuge (8000 rpm) selama 1 menit menggunakan microcentrifuge, dan diinkubasi selama 60 menit pada suhu 95 C menggunakan heating block. Sampel diuraikan kembali dengan vortex selama 1 menit dan disentrifuge selama 1 menit (8000 rpm). Sampel DNA berupasupernatan diambil dan disimpan dalam lemari es pada suhu 2-8 C sampai digunakan lebih lanjut. Amplifikasi Amplifikasi daerah control region pada DNA mitokondria dilakukan menggunakan primer CRK (5 -AGCTC AGCGC CAGAG CGCCG GTCTT GTAAA) dan CRE (5 -CCTGA AGTAG GAACC AGATG) (Lee, et al., 1995) Proses amplifikasi diawali dengan pembuatan 2 buah mastermix. Master mix I terdiri dari 5,5 µl ddh 2 O, 1,5 µl 10x PCR Buffer (PE-II), 2,5 µl dntps (8 mm), 2,0 µl MgCl 2 solution (25 mm), 1,25 µl primer CRK (10 µm), 1,25 µl primer CRE (10 µm) (Lee et al., 1995). Master mix II terdiri dari 9 µl ddh 2 O, 1 µl 10X PCR Buffer (PE-II), 0,125 µl PE Amplitaq (5 units/µl). Master mix I dimasukkan ke dalam tabung PCR yang sudah berisi 1 µl DNA template. Setelah itu 14 µl mastermix I dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf khusus untuk PCR. Tabung tersebut dimasukkan ke dalam mesin penyiklus DNA (Thermal Cycler, Applied Biosystem, Massachussets, USA). Suhu dinaikkan hingga 80 C dan dimasukkan master mix II ke dalam masingmasing tabung PCR. Konfigurasi suhu amplifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut: fase pra-denaturasi (15 detik pada suhu 94 C), denaturasi (30 detik pada suhu 94 C), penempelan primer (30 detik pada suhu 50 C), pemanjangan fragmen (45 detik dengan suhu 72 C). Semua siklus diulang sebanyak 38 kali. Untuk penyempurnaan, tahap akhir pemanjangan dilakukan selama 10 menit pada suhu 72 C) dan tahap penyimpanan pada suhu 24 C selama 1 menit. Elektroforesis DNA hasil amplifikasi dielektroforesis pada gel agarosa 1% dalam SB (sodium borat) buffer yang mengandung etidium bromida pada tegangan 100 Volt, dengan arus 400 ma selama 30 menit. Selanjutnya visualisasi fragmen DNA menggunakan transluminator ultraviolet (UV) dan didokumentasi dengan kamera digital. Sekuensing Sekuensing fragmen DNA hasil amplifikasi dilakukan di UC Berkeley DNA Sequencing Facility, USA. Analisis Data Sekuen hasil penjajaran dianalisis dengan menggunakan Clustal W dalam program MEGA 5 (Tamura et al., 2011) kemudian dibandingkan dengan sekuen yang ada di Gen Bank menggunakan fasilitas BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) yang terdapat dalam situs NCBI (http://www.ncbi.nlm.nih.gov). Analisis filogenetika dilakukan dengan menggunakan metode Neighbor Joining (Tamura et al., 2011). Variasi dari setiap sekuen dihitung untuk mengetahui jumlah dan persentase dari tiap haplotipe, keragaman haplotipe (haplotype diversity, hd) dan keragaman nukleotida (π) yang diolah menggunakan program DnaSP 5.10 (Rozas et al., 2003). Selanjutnya dilakukan analisis Fst (Fixation Index) untuk melihat perbedaan antarpopulasi berdasarkan frekuensi haplotipe menggunakan program Arlequin 3.5 (Excoffier et al., 2010). HASIL Hasil amplifikasi produk PCR dari 60 sampel yang diperoleh dari kabupaten Jembrana dan Karangasem, Bali, dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Visualisasi hasil elektroforesis sampel kabupaten Karangasem (KR1-KR12) dan kabupaten Jembrana (NG1). M: DNA 100 bp ladder Pita dibawah 400 bp adalah primer dimer Dari hasil elektroforesis, 60 sampel sirip cakalang hanya 44 sampel yang tampak pada Gambar 1. Hasil sekuensing dapat terbaca dengan baik berkisar antara 508-532) bp. Hasil analisis dengan fasilitas BLAST 12

Keragaman Genetik Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dari Kabupaten Jembrana dan Karangasem, Bali [Fakhrurrasi Fakhri, dkk.] menunjukkan bahwa ikan cakalang yang diperoleh di Kabupaten Jembrana dan Karangasem dikonfirmasi sebagai spesies Katsuwonus pelamis. Semua data diregistrasi di GenBank dengan kode akses KM094130- KM094173. Analisis keragaman haplotipe menggunakan program DnaSP 5.10 menghasilkan 41 haplotipe, di mana sampel Jembrana berjumlah 28 haplotipe dan Karangasem 15 haplotipe dengan 2 haplotipe terdapat di kedua lokasi. Nilai hd secara keseluruhan adalah 0,997±0,006 dan untuk keragaman nukleotida (π) sebesar 0,04694. Tabel 1. Jumlah sampel (n), jumlah haplotipe (h), keragaman haplotipe (hd) dan keragaman nukleotida (π) ikan cakalang (K. pelamis) dari populasi Jembrana dan Karangasem, Bali. Lokasi N h Hd π Jembarana 29 28 0,998±0,010 0,04684 Karangasem 15 15 1,000-0,024 0,04995 Keseluruhan 44 41 0,997±0,006 0,04694 Hasil analisis filogenetik untuk melihat kekerabatan antarhaplotipe menggunakan metode Neighbor Joining dengan model Kimura 2-parameter menyatakan bahwa terdapat dua grup (clade) ikan cakalang yaitu G1 dan G2 (Gambar 2). 0.02 37 Hap 21 23 Hap 26 9 Hap 25 Hap 3 13 33 Hap 9 Hap 32 7 Hap 23 14 7 Hap 37 7 Hap 2 Hap 5 49 Hap 7 3 Hap 16 G2C 64 24 Hap 33 31 Hap 41 36 Hap 18 31 Hap 19 Hap 35 61 Hap 14 36 15 Hap 20 55 Hap 4 7 JF752032 25 Hap 10 68 Hap 28 Hap 12 Hap 1 76 57 Hap 15 16 Hap 40 73 37 Hap 24 9 Hap 13 24 G2B Hap 29 8 Hap 39 Hap 6 26 Hap 30 38 85 Hap 38 91 JF752330 Hap 27 86 Hap 17 G2A 66 Hap 34 Hap 31 29 Hap 8 81 Hap 11 G1 60 Hap 22 37 Hap 36 Thunnus albacares KC165948 Gambar 2. Pohon filogeni yang menunjukkan kekerabatan antarhaplotipe dalam populasi ikan cakalang dari Jembrana dan Karangasem, Bali, dengan metode Neighbor Joining dan model Kimura 2-parameter. Sampel dengan kode NG berasal dari Jembrana dan KR dari Karangasem. Sekuens standar Katsuwonus pelamis dari GenBank dengan kode akses ditandai dengan kotak persegi ( ). Data haplotipe dianalisis untuk mendapatkan nilai Fst dan P menggunakan program Arlequin 3.5. Nilai Fst yang diperoleh adalah -0,00334 dan nilai P dari Fst sebesar 0,90918±0,0100. PEMBAHASAN Pada hasil penelitian ini, didapat nilai hd secara keseluruhan yaitu 0,997±0,006, dengan nilai hd pada sampel Jembrana adalah 0,998±0.010 dan Karangasem 1,000-0,024 (nilai hd 0<0,5 keragaman haplotipe rendah, sedangkan hd >0,5 1 keragaman haplotipe tinggi). Nilai ini menunjukkan bahwa populasi ikan cakalang pada daerah Jembrana dan Karangasem memiliki tingkat keragaman haplotipe tinggi. Haplotipe yang beragam ini menunjukkan tingkat keragaman genetik yang tinggi dalam suatu populasi. Semakin beragam haplotipe dari dua daerah tersebut maka tingkat keragaman genetik akan semakin tinggi dan begitu juga sebaliknya (Smith dan Chesser, 1981). Nilai hd pada lokasi Jembrana (28 sampel) lebih rendah dibandingkan dengan Karangasem (15 sampel), yang berarti bahwa sampel dari Jembrana memiliki tingkat keragaman yang lebih rendah dibanding dengan sampel dari Karangasem. Pada penelitian ini diperoleh hasil adanya kedekatan genetik dengan data genetik ikan cakalang dengan melihat hasil sekuen DNA dan diperoleh tingkat homologi 96-99%. Temuan ini serupa dengan pola umum genetik ikan tuna secara umum di dunia, yaitu bahwa populasi ikan tuna dunia sangat bervariasi dan terjadi pencampuran antarpopulasi pada saat migrasi dalam rentang laut yang luas yang disebut panmictic species. Panmictic species memiliki kemampuan individu dalam suatu populasi untuk bergerak bebas dalam habitatnya yang mencapai ribuan kilometer dan akan terjadi perkawinan bebas antar populasi (Dobzhansky, 1950). Perbedaan populasi kedua daerah tersebut dianalisa dengan uji Fst, hasil yang diperoleh yaitu -0,00334 (nilai Fst 0 < 0,5 tidak berbeda nyata, Fst > 0,5 1 berbeda nyata). Nilai Fst dari penelitian ini (-0,00334) menunjukkan bahwa populasi Jembrana dan Karangasem tidak berbeda nyata. Walaupun keragaman haplotipenya tinggi dalam kedua populasi, namun nilai dari keragaman nukleotidanya rendah. Sebaran haplotipe pada kedua lokasi tidak memperlihatkan perbedaan struktur antarpopulasi. Pada sampel Karangasem hanya separuhdari sampel keseluruhan yang berhasil teramplifikasi sehingga menyebabkan nilai menjadi negatif. Nilai Fst dapat bernilai negatif ketika jumlah sampel sedikit (Bird et al., 2011). Nilai P dari uji Fst yang diperoleh adalah 0,90918±0,0100 (jika nilai P 0<0,05 maka kedua populasi berbeda nyata, sedangkan jika P >0,5 1 tidak berbeda nyata). Pada tingkat signifikan 0,05 kedua populasi tidak berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa populasi ikan cakalang dari Jembrana dan Karangsem berasal dari populasi induk yang sama dan bermigrasi dengan pola yang sama. SIMPULAN Keragaman genetik ikan cakalang yang diperoleh di kabupaten Jembrana dan Karangasem, Bali, sangat tinggi, namun diyakini berasal dari populasi induk yang sama. 13

JURNAL BIOLOGI Volume 19 No.1 JUNI 2015 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Indonesian Biodiversity Research Center (IBRC) yang diketuai oleh kepada Prof. Gusti Ngurah Kade Mahardika, yang telah membantu mendanai dan membimbing selama penelitian, dan Dita Cahyani (Indonesian Biodiversity Research Center-IBRC) yang membantu selama proses analisis keragaman haplotipe. DAFTAR PUSTAKA Argue, A.W., 1981. Report of the second skipjack survey and assessment programme workshop to review results from genetic analysis of skipjack blood samples. Tech. Rep. Skipjack Surv. Assessmt Progm. S. Pacif. Commn (Noumea. New Caledonia) 6, 1-37. Bird, C.E., A.K. Stephen., E.S. Peter and J.T. Robert. 2011. Detecting and Measuring Genetic Differentiation. CrustIssues19. 39:10-27 Dobzhansky, T. 1950. Mendelian populations and their evolution. American Naturalist. 84:401-418 Excoffier, L., G. Laval and S.Schneider. 2009. Arlequin ver 3.5, An Integrated Software Package for Population Genetics Data Analysis. Computational and Molecular Population Genetics Lab (CMPG). Institute of Zoology. University of Berne. Baltzerstrasse 6. 3012 Bern, Switzerland Ely, B., J. Vinas, J.R.A. Bremer, D. Black, L. Lucas, K. Covello, A.V. Labrie and E. Thelen. 2005. Consequences of the historical demography on the global population structure of two highly migratory cosmopolitan marine fishes: the yellowfin tuna (Thunnus albacares) and the skipjack tuna (Katsuwonus pelamis). BMC Evolutionary Biology. 5:19 Lee, W.J., W.H. Howell, T.D. Kocher. 1995. Structure and Evolution of Teleost Mitochondrial Control Regions. J Mol Evol. 41:54 66 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.29/ MEN/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan di Bidang Penangkapan Ikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 46) Report of the Sixteenth Session of the IOTC Scientific Committee. December 2013 Rozas, J., J.C. Sanchez-DelBarrio., X. Messeguer, and R. Rozas. 2003. DnaSP, DNA polymorphism analyses by coalescent and other methods. Bioinformatics 19:2496-2497 Smith, M.H., R.K. Chesser. 1981. Rationale for conserving genetic variation of fish gen poll. Ecology Bullettin of Stockholm, 23: 119-130. Tamura, K., D. Peterson, N. Peterson, G. Stecher, M. Nei, and S. Kumar. 2011. MEGA 5 : Molecular Evolutionary Genetics Analysis Using Maximum Likelihood, Evolutionary Distance and Maximum Parsimony Methods. Mol.Biol.Evol.10.1093. Walsh, P.S., D.A. Metzger, R. Higuchi. 1991. Chelex-100 as a Medium for Simple Extraction of DNA for PCR Based Typing from Forensic Material. Biotechniques. 10: 506 513. 14