BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab II Landasan Teori

BAB II Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun kualitasnya semakin rendah hal ini

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

PENERAPAN MODEL DiSCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DI SDN SUKO 2 KELAS IV

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem pembelajaran yang efektif bagi siswa. Karena dalam metode ceramah

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah:

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa secara optimal baik pada aspek kognitif, efektif maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB II Kajian Pustaka

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah segala macam kegaitan yang dilakukan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Sebelum membahas mengenai hasil belajar maka ada baiknya apabila terlebih dahulu kita melihat apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran, berikut ini merupakan pendapat para ahli mengenai belajar: menurut T. Gagne (Susanto 2013:1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa lain saat pembelajaran berlangsung, sedangkan menurut Broton (Susanto, 2013:3) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dan individu lain, individu dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku dan perubahan ini dapat diperoleh melalui latihan. Belajar merupakan sebuah proses yang memiliki tujuan yang jelas. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dalam proses belajar dirumuskan dalam suatu tujuan pembelajaran. Jadi dalam proses belajar hal yang sangat diperhatikan dan sangat penting adalah tujuan belajar, karena proses belajar tidak akan pernah lepas dari tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Proses pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan tujuan awal yang telah dibuat oleh guru. Jadi tujuan pembelajaran merupakan patokan dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Sedangkan menurut para ahli definisi dari hasil belar dapat dilihat sebagai berikut. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah mengikuti kegiatan belajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Anak-anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional (Susanto, 2013:5). 6

7 Menurut Purwanto (2011:44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar, pegertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukan suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan perubahan input. Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dari sebelumnya. Menurut Winkel dalam Purwanto (2011:45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Jika menurut Bloom yang dikutip oleh Susanto (2013:5) hasil belajar diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pernyataan beberapa ahli tersebut dapat diketahui bahwa perubahan tingkah laku yang dialami oleh siswa adalah sebagai bukti dari hasil belajar siswa yang telah dilakukan. Hasil belajar merupakan alat ukur keberhasilan dalam proses belajar, ketika siswa memiliki hasil belajar yang tinggi maka proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil, namun apabila hasil belajar siswa masih rendah maka proses pembelajaran perlu dilakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan siswanya. Oleh karena itu keberhasilan dalam pembelajaran merupakan tanggung jawab guru dan ditentukan oleh guru, karena gurulah yang merancang proses pembelajaran, guru yang menentukan metode pembelajaran dan gurulah yang mengerti bagaimana karakteristik siswa dikelasnya. Jadi dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh siswa setelah dilakukan suatu proses yang memiliki tujuan yang jelas (belajar) dan kemampuan menyerap materi yang diperoleh oleh siswa setelah proses belajar berlangsung. Perubahan tingkahlaku yang dimaksud disini adalah, perubahan siswa dari yang sebelumnya tidak mengetahui menjadi tahu. 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Wasliman didalam Susanto (2013:12-13), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhui, baik faktor internal maupun eksternal. Secara terperinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

8 1. Faktor internal: faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2. Faktor eksternal: faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami-istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Dikemukakakan juga oleh Wasliman (Susanto, 2012:13) bahwa, sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran disekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Jadi selain faktor guru sebagai pengajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. 2.2 Hakekat Matematika 2.2.1 Pembelajaran Matematika Susanto (2013:184) mengatakan bahwa matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan menurut Maryana dan Soedarinah (2001:65) matematika adalah pengetahuan yang bersifat hirarkis, artinya tersusun dalam urutan tertentu, bermula dari urutan sederhana kemudian menuju hal yang rumit, dari hal yang kongkrit menuju ke hal yang abstrak. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, hal tersebut diakibatkan karena matematika berawal dari hal yang kongkret menuju ke hal yang bersifat

9 abstrak. Hal yang bersifat abstrak selalu membutuhkan argumen untuk menjelaskannya, dan dalam memberikan argumen kemampuan berfikir siswa meningkat, karena siswa harus kritis pada saat berargumen. Pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh Susanto (2013:186) adalah, suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Hal itu berarti pembelajaran matematika berperan juga dalam mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa, selain pendapat Susanto (2013:1) mengatakan bahwa pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kemampuan tentang bahan matematika yang dipelajari. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang terencana yang disusun secara khusus untuk menyampaikan materi matematika yang dapat melatih kreativitas, kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa. 2.2.2 Tujuan Matematika Sesuai yang disajikan Depdiknas dalam Susanto (2013:189) tujuan pembelajaran matematika disekolah dasar adalah sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

10 5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. 2.3 Pembelajaran Discovery Metode pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas dan daya imajinasi siswa. Dilihat dari katanya, discover memiliki arti menemukan, dan discovery sendiri adalah penemuan. Oemar Hamalik dalam Mochamad Takdir Ilahi (2012:29) menyatakan bahwa pembelajaran discovery adalah proses pebelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan dilapangan. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendidikan matematika pada tingkat Sekolah Dasar yang sudah dibahas sebelumnya. Pembelajaran discovery membantu siswa untuk tidak tergantung dengan penjelasan dari guru, karena siswa mencari tahu sendiri dan menemukan sendiri konsep dari materi yang sedang dipelajari dengan media pembelajaran yang telah disediakan oleh guru. Metode pembelajaran ini menitik beratkan pada kemampuan siswa dalam menemukan sesuatu melalui proses yaitu penelitian yang dilakukan oleh siswa secara mandiri ataupun dalam kelompok kecil. Pada saat proses pembelajaran, guru tidak langsung memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran, namun guru memberikan peluang kepada peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri konsep mengenai materi yang sedang dipelajari dengan cara menghadapi masalah yang tersedia, yaitu masalah yang sudah disediakan oleh guru. Menurut Bell dalam Hosnan (2014:281) belajar penemuan (discovery) adalah belajar yang terjadi sebagai hasil siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentansformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam pembelajaran discovery, tugas guru adalah sebagai pembimbing dan fasilitator, yaitu guru yang membimbing siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan konsep dengan kreativitas mereka sendiri tanpa dibatasi oleh guru. Guru sebagai fasilitator adalah guru yang memfasilitasi atau

11 menyediakan media yang diperlukan, menyediakan suasana belajar yang menyenangkan dan membantu siswa ketika siswa membutuhkan beberapa informasi untuk didiskusikan. Selain itu guru juga sebagai evaluator, yaitu guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung dan guru bertanggug jawab atas metode pembelajaran yang dipilih terhadap hasil belajar peserta didik. Guru bertanggung jawab atas pemilihannya menggunakan metode pembelajaran, dan memiliki kewajiban untuk memperbaiki pembelajaran dan memilih metode yang tepat untuk pembelajaran selanjutnya. Menurut Hosnan (2014:282) pembelajaran discovery adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang akan setia dan tahan ama dalam ingatan siswa, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan (discovery) siswa dapat belajar analisis dan mencoba memecahkan sendiri permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajara discovery adalah suatu pebelajaran penemuan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok. Penemuan ini dilakukan dengan bimbingan guru dan diawali dengan pemberian suatu permasalahan untuk dapat diselesaikan oleh siswa. Pembelajaran discovery dapat melatih kemandirian siswa utuk tidak tergantung dengan penjelasan dari guru, namun siswa menemukan konsep sendiri dari materi yang sedang dipelajari. Pembelajara discovery merupakan pembelajaran yang bermakna dan membantu siswa untuk mengingat materi lebih lama. 2.3.1 Tujuan Pembelajaran Discovery Beberapa tujuan dari pembelajaran discovery meurut Ilahi (2012:47) adalah sebagai berikut: 1. Untuk Mengembangkan Kreativitas Pengertian kreatifitas itu sendiri terbagi dalam tiga kelompok yaitu, kreativitas sebagai gaya hidup, kreativitas sebagai karya tersendiri,dan kreativitas sebagai proses intelektual. Kemampuan untuk menghasilkan

12 kreatifitas memiliki dampak yang sangat besar bagi kemampuan berpikir anak didik. 2. Untuk Mendapatkan Pengalaman Langsung dalam Belajar Melalui pemahaman ilmiah, dapat disimpulkan bahwa tujuan model discovery adalah untuk memperoleh pengalaman langsung sesuai dengan strategi pembelajaran yang ditawarkan. Belajar berdasarkan penemuan yang melalui proses pengalaman langsung merupakan kondisi yang sangat baik utuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dihasilkan sesuatu perubahan karakter dan tingkah laku anak didik, yang membawanya pada perubahan interaksi, variasi dan aspek lingkungan. 3. Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Rasional dan Kritis. Kemampuan para anak didik dapat dilihat melalui cara mereka berpikir. Ketika mereka memiliki kemampuan untuk berpikir secara rasional dan kritis, berarti mereka mampu mengaktualisasi potensi berpikir guna menghadapi suatu persoalan secara rasional dan kritis.dalam hal berfikir, anak didik dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji ketajaman gagasan dan menyelesaikan masalah. 4. Untuk Meningkatkan Keaktifan anak didik dalam Proses Pembelajaran Dengan keterlibatan secara langsung, para anak didik dituntut untuk memaksimalkan kegiatan belajar dengan penuh keseriusan dan kecermatan. Sebab, bagaimanapun juga keaktifan menjadi salah satu modal utama dalam memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Untuk itu mereka harus menggunakan kemampuan berpikir untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar. 5. Untuk Belajar Memecahkan Masalah Tujun dari pembelajaran discovery adalah belajar memecahkan masalah (problem solving). Tujuan ini mempunyai relevansi dengan kemampuan berfikir solutif pada anak didik dalam memahami suatu konsep atau eori yang membutuhkan analisis. Ketika mereka mampu menggunakan kemampuan berfikir mereka secara solutif melalui analisis dan pengkajian, maka secara tidak langsung mereka akan menemukan sesuatu yang baru dari analisis dan

13 pengkajian tersebut. Memecahkan masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelaksananya untuk menemukan jawaban tanpa bantuan khusus. Anak didik mampu memecahkan masalah dari suatu persoalan, pada gilirannya akan berproses menjadi seorang penemu atau self discover. 6. Untuk Mendapatkan Inovasi dalam Proses Pembelajaran. Selama ini, pembelajaran disekolah sebagian besar adalah terpusat pada guru. Dalam pelaksanaannya guru menyajikan fakta-fakta dan menjelaskan konsepkonsep yang menjadi bahan pelajaran. Sementara peserta didik hanya berkesempatan menyimak, menghafalkan, dan memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Padahal untuk mengembangkan kualitas pendidikan, dibutuhkan situasi demokrasi pembelajaran yang mengarah pada kreatifitas anak didik guna menumbuhkan potensi yang mereka miliki. 2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan dalam Model Pembelajaran Discovery Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran discovery, berikut ini merupakan kelemahan dan kelebihan pembelajaran discovery menurut Takdir Ilahi (2012:70-73) 1. Kelebihan-kelebihan pembelajaran discovery: a. Dalam penyampaian bahan pembelajaran discovery. Digunakan kegiatan dan pengalaman langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna. b. Pembelajaran Discovery lebih strategis dan mempunyai makn, karena anak didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata. Mereka lagsung menerapkan bahan uji coba yang diberikan oleh guru. c. Discovery merupakan suatu model pemecahan masalah. Para peserta didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Melalui strategi ini, mereka

14 mempunyai peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah, sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan dikemudian hari. d. Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan pembelajaraan discovery akan lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan dengan aktivitas pembelajaran. e. Pembelajaran discovery banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk terlibt langsung dalam kegiatan belajar. kegiatan demikian akan banyak membangkitkan motivasi belajar, karena disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri. 2. Kelemahan Discovery: a. Berkenaan dengan waktu. Belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran discovery membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode langsung. Hal ini disebabkan untuk bisa memahami strategi ini, dibutuhkan tahapan-tahapan yang panjang dan kemampuan memanfaatkan waktu dengan sebaikbaiknya. b. Bagi anak didik berusia muda, kemampuan berfikir rasional mereka masih sangat terbatas. Dalam belajar discovery, sering mereka menggunakan empirisnya yang sangat subjektif untuk memperkuat pelaksanaan prakonsepnya. c. Kesukaran dalam menggunakan factor subjektifitas ini menimbulkan kesukaran dalam memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan discovery strategy. d. Fsktor kebudayaan dan kebiasaan. Pembelajaran ini menuntut kemandirian, percaya kepada diri sendiri dan bertindak sebagai subjek. Tutntutan tuntutan akan memberikan keterpaksaan yang tidak biasa dilakukan dengan menggunakan sebuah aktivitas yang biasa dalam proses pembelajaran.

15 2.3.3 Langkah-langkah dan Pembelajaran discovery Penerapan metode pembelajaran Discovery dalam pembelajaran menurut Soli.A (2008:7.12) langkah-langkah dalam discoveri learning adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan persiapan a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa b. Merumuskan tujuan pembelajaran c. Menyiapkan problem (materi pembelajaran) yang akan dipecahkan. Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataanpernyataan. Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas. d. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2. Kegiatan pelaksanaan discovery 1) Kegiatan pembukaan a. Melakukan apresepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan b. Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan c. Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu. 2) Kegiatan Inti a. Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan b. Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan. c. Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan. d. Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa.

16 e. Membantu siswa melakukan analisis hasil temuan jika diperlukan. f. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa g. Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan h. Memberi kesempatan kepada siswa melaporkan hasil penemuan 3) Kegiatan Peutup a. Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. b. Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan c. Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik. 2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah, penelitian yang dilakukan oleh Pratiknjo, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Discovery Pada Siswa Kelas VI SD Negeri I Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang berisi alur penelitian meliputi empat tahapan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: penerapan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA Kelas VI SD dari siklus 1 sampai siklus 2. Jumlah siswa dalam kelas penelitian adalah 37 siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar adalah 68%. Sedangkan pada siklus II hasil belajar menujukkan bahwa 95% siswa tuntas dalam belajar. Selain itu terdapat pula penelitian lain yaitu oleh Kristiawan, Yohanes (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Metode Discovery Di SDN Tingkir Tengah 02 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdapat 2 kali pertemuan.

17 Dari hasil penelitian yang jumlah siswa dalam kelas penelitian terdapat 39 siswa menunjukkan bahwa pra siklus pada bab sifat-sifat cahaya yaitu 58,97% atau sebanyak 23 dari 39 siswa dengan nilai rata-rata 68,59. Sedangkan hasil tes pada siklus 1 menunjukkan 30 siswa dari 39 siswa atau 76,92% dengan nilai rata-rata 75,77. Kemudian hasil tes pada siklus II menunjukkan 94,87% atau sebanyak 37 dari 39 siswa telah memenuhi standar keberhasilan dengan nilai rata-rata 86,28. Hal ini menunjukan bahwa penelitian menggunakan metode discovery telah berhasil. Penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa metode pembelajaran discovery telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena proses pembelajaran yang diubah dari semula berpusat kepada guru berubah menjadi berpusat kepada siswa dan siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dari hal tersebut dilakukan penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas IV semester II Tahun pelajaran 2015/2016. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah, penelitian yang sudah dijelaskan diatas adalah mata pelajaran IPA, namun kali ini peneliti menggunakan mata pelajaran matematika untuk menerapkan proses pembelajaran dengan metode pembelajaran discovery. 2.5 Kerangka Berfikir Hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang masih rendah. Dari 32 siswa siswa yang mendapatkan nilai tuntas atau nilai diatas KKM hanya berjumlah 9 orang siswa. Hal tersebut disebabkan karena metode pembelajaran yang dipakai oleh guru masih menggunakan model konvensional yaitu siswa hanya memperhatikan ceramah yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran konvensional tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dan tidak tertarik dengan pembelajaran yang berlangsung, karena pembelajaran berpusat pada guru. Ketidak tertarikan siswa terhadap pembelajaran dan kepasifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran menyebabkan daya serap siswa terhadap materi masih rendah. Daya ingat siswa pun menjadi rendah juga atau dapat dikatakan siswa mudah

18 melupakan materi begitu saja disebabkan oleh karena proses pembelajaran kurang bermakna. Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti menggunakan metode pembelajaran discovery pada proses pembelajaran kelas IV SD negeri Patemon 01 pada mata pelajaran matematika pada Standar Kompetensi Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar, karena dengan penggunaan metode discovery ini diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri Patemon 01 semester II tahun pelajaran 2015/2016. Dengan pembelajaran discovery diharapkan siswa memiliki kertertarikan yang besar terhadap materi yang dipelajari dan lebih lama mengingat apa yang sudah dipelajari. Seperti pada pernyataan Hosnan (2014:282), yang mengatakan bahwa pembelajaran discovery adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang akan setia dan tahan ama dalam ingatan siswa, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan (discovery) siswa dapat belajar analisis dan mencoba memecahkan sendiri permasalahan yang dihadapi. Pelaksanaa penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat seperti pada gambar 2.1 berikut ini: Kondisi Awal Tindakan Berpusat Pada Guru (Pembelajaran Konvensioanal. Proses Pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Discovery Hasil Belajar Siswa Rendah Sebagian Besar Siswa Mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu >70 Siklus 1 menggunakan metode pembelajaran discovery Siklus II menggunakan metode pembelajaran discovery Kodisi Akhir Hasil Belajar Seluruh siswa Meningkat Mendapatkan 70 Gambar 2.1 Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Discovery

19 Gambr 2.1 menjelaskan bahwa sebelum tindakan menunjukan hasil belajar siswa rendah dan setelah dilakukan tindakan dengan pembelajaran discovery dengan melalui 2 siklus maka diharapkan hasil belajar siswa meningkat. 2.6 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Penerapan metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2015/2016.