RINGKASAN. hot.spot dan pemantauan daerah yang terbakar dengan menggunakan data Landsat-TM 17 Jani~ari

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA, KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN)

Pengamatan kebakaran dan penyebaran asapnya dari angkasa: Sebuah catatan kejadian kebakaran hutan/lahan di Sumatera Selatan tahun 2014

Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Fauzi, 2015

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Indonesia

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008).

DEPARTEMEN KEHUTANAN November, 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MODEL SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus di Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah) SAMSURI

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB II METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan berbagai

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 12/Menhut-II/2009 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

1. Jumlah update laporan hotspot tanggal 01 Oktober 2016 adalah sebagai berikut :

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 732/Kpts-II/1998 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBAHARUAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Disamping itu hutan juga memiliki fungsi hidrologi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis pemetaan titik api (hotspot) pemicu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasi yang masih hidup maupun mati, serasah, humus, semak dan gulma

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 20 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

1. Jumlah update laporan hotspot tanggal 26 September 2016 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 13 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN PADA LAHAN BASAH DIKECAMATAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak

III. BAHAN DAN METODE

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abdul Jawad, Bachrun Nurdjali, Tri Widiastuti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

P R O G R A M INDONESIA MEMANTAU HUTAN

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

2.7.6 Faktor Pembatas BAB III METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat Bahan Lokasi Penelitian...

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INONESIA

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

: Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. : Balai Pemantapan Kawasan Hutan

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR,

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

ANALISIS DATA TITIK PANAS (HOTSPOT) DAN AREAL KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2016

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di areal perkebunan PT Panca Surya Agrindo Oktober 2015

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUDAYA MASYARAKAT DAN KEBAKARAN HUTAN (Studi Kasus di Desa Mio dan Desa Boentuka Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur)

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM

1. Jumlah update laporan hotspot tanggal 12 September 2016 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 14 OKTOBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN

Transkripsi:

RINGKASAN Endang Ratnasari. E01495083. Pemantanan Kebakaran Hutan dengan Menggunakan Data Citra NOAA-AVHRR dan Citra Landsat-TM (Siucli Kasus Di Daerah Kalimantan Tirnur). Di bawah bimbingan Ir. Emi Karminarsih, MS dan Dra. Sri Rahayu, MSi. - - Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang paling cepat dan paling besar daya rqsaknya. Melihat besamya dampak yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran hutan maka perlu dilakukan usaha penanggulangan sedini mungkin dawcara terus-menerus. Usaha penanggulangan ini dapat dilakukan dengan cara konvensional maupun dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, khususnya teknologi satelit yang mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang cukup luas, guna memantau kejadian-kejadian dan pembahan-pembahan situasi sumber daya hutan secara cepat dalam memberikan informasi yang sangat membantu dalam memutuskan kebijakan-kebijakan yang hams segera dilakukan dalam usaha merehabilitasinya. Satelit NOAA-AVHRR (Advanced Very High I<e.solrrtion Iladiometer) yang merupakan satelit lingkungan dan cuaca, dapat diynakan untuk memantaulmendeteksi hot spot (titik panas) di permukaan bumi sebagai indikasi adanya kebakaran hutan, sehingga apabila terjadi kebakaran hutan atau lahan dapat diketahui sejak dini. Sedangkan data satelit Landsat-TM (T77enmlic Mapper) dapat digunakan untuk memantau jenis tutupan lahan yang ada di permukaan bumi dan pembahannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan data citra Landsat-TM dan citra NOAA- AVHRR dalam upaya memberikan informasi tentang peringatan dini kebakaran hutan melalui analisa hot.spot dan pemantauan daerah yang terbakar dengan menggunakan data Landsat-TM 17 Jani~ari 1998 dan 18 Pebmari 1998. Data yang digunakan yaitu data citra satelit NOAA-AVHRR dan citra Landsat-TM serta data peta TGHK-RTRWP Kalimantan Timur. Perangkat yang diswnakan adalah komputer dengan perangkat lunaknya (sofl ware) yaitu Erdas Imagine 8.3.1., Auto Cad for Windows dan Arcllnfo versi 3.4.2: perangkat digitasi dan printer. Dari hasil pemasukkan data lokasi hot spot (bulan Januari dan Pebmari 1998) kedalam citra komposit (bulan lanuari dan Pebmari 1998) dan penggahungan dengan peta paduserasi TGHK- RTRWP diperoleh peta sebaran hot.$pot bulan januari dan peta sebaran hot spot bulan pebruari. Peta sebaran hot spot baik bulan januari maupun bulan pebruari dibagi lagi menjadi dua berdasarkan sebelum dan sesudah tanggal perolehan data citra Landsat-TM yaitu tanggal 17 Januari 1998 dan 18 Pebmari 1998. Dari peta sebaran hot spot ini dapat diketahui lokasi hot spot berdasarkan TGHK- RTRWP dan berdasarkan pengamatan secara visual dengan membandingkan peta sebaran hot spot bulan januari dan peta sebaran hot spat bulan pebruari, dapat diketahui bahwa sebagian besar hot spot me~pdcan indikasi kebakaran karena lokasi hot spot pada citra komposit bulan januari 1998 berada di

tempat yang bervegetasi, sedangkan pada citra komposit bulan pebruari 1998 untuk lokasi yang sama, berubah menjadi lahan terbuka bekas kebakaran yang ditandai dengan adanya sumber asap disekitar lahan tersebut dan pola terbukanya lahan yang tidak teratur. Berdasarkan hasil deliniasi batas daerah yang terbakar selama periode januari-pebruari 1998 dan hasil penggabungan dengan peta paduserasi TGHK-RTRWP maka diperoleh informasi bahwa selama periode januari-pebruari 1998 tejadi penibahan 1ura.kebakaran di kawasan hutan dari seluas 6.834,87 ha menjadi 27.797,31 ha, sedangkan di kawasan Cagar Alam dari 8.995,14 ha menjadi 21.708.09 ha dan kawasan budidaya non kehutanan dari 18.638,55 ha menjadi 106.495,38 ha. maka selama periode januari-pebruari 1998 luas daerah yang terbakar di kawasan hutan sebesar 20.962.44 ha. di kawasan./ Cagar Alam sebesar 12.712,95 ha dan di kawasan budidaya non kehutanan sebesar 87.856.83 ha. Kawasan budidaya non kehutanan merupakan daerah yang paling besar luas kebakarannya dibandingkan kawasan lainnya, karena sistem budidaya yang diterapkan di kawasan ini umumnya bersifat monokultur atau satu jenis, teknik budidaya seperti ini rawan terhadap kebakaran. Menurut laporan kejadian kebakaran tahun 1998, penyebab kebakaran yang terjadi di Kalimantan Timur adalah sebagian besar akibat rembetan api penyiapan lahan dari petani pendatang dan penyebab lainnya adalah pencurian kayu. Penutupan lahan yang ada sengaja dibakar untuk tujuan tertentu dan ditambah dengan adanya faktor kelalaian manusia. Selain itu semua faktor penyebab tersebut juga tidak lepas dari pengaruh cuaca dan lingkungan sepeni adanya El Nino dan kandungan batu bara yang mudahlmasih menyala (Ditjen. PHPA Subdit. Kebakaran Hutan, 1999).