PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP PEMISAHAN ISOTOP 137 Cs DALAM PELAT ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al PASCA IRADIASI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMISAHAN RADIONUKLIDA 137 CS DENGAN METODA PENGENDAPAN CSCLO 4

PEMISAHAN DAN ANALISIS RADIONUKLIDA 137 Cs DI DALAM PEB U 3 Si 2 -Al TINGKAT MUAT URANIUM 2,96 g/cm 3 PASCA IRADIASI

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN ISOTOP CS-137 DALAM BAHAN BAKAR U3Sh PASCA IRRADIASI

ANALISIS ISOTOP TRANSURANIUM DALAM BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al PASCA IRADIASI MENGGUNAKAN ALPHA SPEKTROMETER

PEMUNGUTAN ISOTOP HASIL FISI 137 Cs DAN UNSUR BERMASSA BERAT DARI BAHAN BAKAR U3Si2-Al PASCA IRADIASI

ANALISIS RADIONUKLIDA 137 CS DALAM PELAT ELEMEN BAKAR (PEB) U 3 SI 2 -AL DENSITAS 2,96 G/CM 3 PASCA IRADIASI

METODE PENGENDAPAN DAN PENUKAR KATION UNTUK PEMISAHAN CESIUM DALAM BAHAN BAKAR U3Si2-Al

ANALISIS KANDUNGAN CESIUM DAN URANIUM DALAM BAHAN BAKAR U 3 Si 2 /Al PASCA IRADIASI

METODE ANALISIS FISIKOKIMIA PADA BAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL DENSITAS 4,8 GU/CM 3 PASCA IRADIASI

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS ISOTOP TRANSURANIUM DALAM BAHAN BAKAR NUKLIR U 3 SI 2 -Al PASCA IRRADIASI

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENENTUAN ISOTOP 137 Cs DAN UNSUR Cs DALAM LARUTAN AKTIF CsNO 3

ANALSIS KANDUNGAN CESIUM DAN URANIUM DALAM BAHAN BAKAR U3Si2/Al PASCA IRADIASI

PEMISAHAN DAN ANALISIS 137 Cs DARI LARUTAN PELAT ELEMEN BAKAR U-7%Mo/Al

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENENTUAN PARAMETER OPTIMUM PROSES PENGENDAPAN CsClO 4 PADA PEMISAHAN ISOTOP 137 CS DARI LARUTAN PEB U 3 Si 2 /Al PASCA IRADIASI

PEMBUATAN ISOTOP 137 Cs SEBAGAI SUMBER RADIASI GAMMA UNTUK DIGUNAKAN DALAM INDUSTRI

PENGARUH KONSENTRASI URANIUM DALAM PROSES ELEKTRODEPOSISI HASIL EKSTRAKSI DENGAN TBPjOK

PEMANFAATAN GAMMA SPEKTROMETRI UNTUK PENGAMATAN DISTRIBUSI PEMBELAHAN DALAM PELAT ELEMEN BAKAR NUKLIR

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Arif Nugroho, Boybul, Aslina Boru Ginting Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Serpong

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM PEB U3Siz-AI PASCA IRRADIASI MELALUI PEMISAHAN PENUKAR ANION DENGAN METODA SPEKTROMETER ALPHA

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

ANALISIS RADIONUKLIDA 235 U DALAM PELAT ELEMEN BAKAR U3Si2-Al PASCA IRADIASI MENGGUNAKAN METODE SPEKTROMETRI ALFA

PENGARUH PARAMETER PROSES ELEKTRODEPOSISI TERHADAP PENENTUAN BERAT ISOTOP 235 U DALAM PEB U3Si2/Al PASCA IRADIASI

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Untuk Digunakan Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

Penentuan burn up mutlak pelat elmen bakar U 3 Si 2 -Al tingkat muat uranium 2,96 gu/cm 3 pasca iradiasi

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

PENENTUAN KANDUNGAN ISOTOP 235 U DALAM PEB U3Si2-Al TMU 2,96 gu/cm 3 UNTUK PERHITUNGAN BURN-UP

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

PENENTUAN URANIUM KONSENTRASI RENDAH DENGAN METODA SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Keselektifan Zeolit Lampung terhadap Kation Kation Matrik Hasil Fisi Uranium

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

EVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

PENGARUH PELARUT ORGANIK PADA PROSES PERTUKARAN ANION DALAM PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN PEB U 3 Si 2 /Al PASCA IRADIASI

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 30-34

KAPASITAS PENUKARAN ION Cs DARI ZEOLIT BAYAH, LAMPUNG DAN TASIKMALAYA

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

KARAKTERISASI KOMPOSISI KIMIA, LUAS PERMUKAAN PORI DAN SIFAT TERMAL DARI ZEOLIT BAYAH, TASIKMALAYA, DAN LAMPUNG

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

PEMBUATAN SUMBER RADIASI GAMMA 137 Cs DENGAN AKTIVITAS 20 mci DARI PEB U3Si2-Al PASCA IRADIASI DALAM CONTAINER STAINLESS STEEL

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

STUDI PERBANDINGAN METODE AKTIVASI NEUTRON DAN ELEKTRODEPOSISI PADA PENENTUAN URANIUM DAN THORIUM DALAM CONTOH URIN

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

KAJIAN KADAR UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE AAN

PENGARUH KONSENTRASI PELARUT UNTUK MENENTUKAN KADAR ZIRKONIUM DALAM PADUAN U-Zr DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PEMUNGUTAN SERBUK U 3 Si 2 DARI GAGALAN PRODUKSI PEB DISPERSI BERISI U 3 Si 2 -Al SECARA ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ELEKTRODA TEMBAGA

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

PENENTUAN AKTIVITAS SUMBER RADIOAKTIF PEMANCAR GAMMA Eu-152 DI LABORATORIUM PTNBR

PENGARUH UNSUR Zr PADA PADUAN U-Zr DAN INTERAKSINYA DENGAN LOGAM Al TERHADAP PEMBENTUKAN FASA

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

UJI PRODUKSI 99 Mo HASIL FISI DENGAN BAHAN SASARAN FOIL LEU BUATAN P2TBDU-BATAN

PEMANTAUAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA SISI OPERASI DAN INTERVENSI HOTCELL INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGARUH PENGOTOR PADA PENENTUAN BORON DALAM U 3 O 8 MENGGUNAKAN SPEKTROFLUOROMETRI LUMINESEN. Giyatmi*, Noviarty**, Sigit**

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP PEMISAHAN ISOTOP 137 Cs DALAM PELAT ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al PASCA IRADIASI Aslina Br.Ginting, Dian Anggraini Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN aslina@ batan.go.id (Diterima 13-7-2011, disetujui 22-9-2011) ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP PEMISAHAN ISOTOP 137 Cs DALAM PELAT ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al PASCA IRADIASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk penentuan derajat bakar dan penanganan limbah uranium teriradiasi PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi yang masih mempunyai paparan radiasi yang sangat tinggi. Sehingga sebelum melakukan analisis isotop 137 Cs dalam Pelat Elemen Bakar (PEB) U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi terlebih dahulu dilakukan simulasi analisis menggunakan isotop 137 Cs standard dari NIST (National Institute of Standards Technology). Analisis kandungan isotop 137 Cs standard sebanyak 50 µl dalam 2 ml H 2 O dilakukan menggunakan penambahan zeolit Lampung dengan variasi berat 100; 150; 200;300 dan 400 mg, selanjutnya aktivitas isotop 137 Cs diukur menggunakan Spektrometer gamma. Hasil analisis menunjukkan bahwa berat zeolit yang paling banyak mengikat isotop 137 Cs standard adalah pada penambahan zeolit 300 mg yaitu dari 0,0098 µg (sebelum ditambah zeolit) menjadi 0,0127 µg (setelah ditambah zeolit) atau sekitar 96,21 %. Kondisi yang relatif baik ini kemudian digunakan untuk melakukan analisis kandungan isotop 137 Cs dalam larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi. Larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi dipipet sebayak 50 µl dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml H 2 O, kemudian ke dalam tabung ditambahkan zeolit sebanyak 300 mg, selanjutnya dikocok dan didiamkan selama 24 jam sehingga terpisah antara endapan dan supernatan. Isotop 137 Cs yang terikat di dalam endapan dan supernatan di analisis menggunakan Spektrometer gamma. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan isotop 137 Cs di dalam 50 µl larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi diperoleh sebesar 0,0341 µg dengan aktivitas 109222 (Bq/g). Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai langkah lanjut dalam hal memahami aspek aspek pemisahan larutan pasca iradiasi dalam menunjang perhitungan burn up. Kata kunci: PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi, Spektrometer gamma, isotop 137 Cs, zeolit dan proses pemisahan isotop. 123

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 7 No. 2 Juni 2011: 74-156 (Masa berlaku Akreditasi s/d. Mei 2012) ABSTRACT THE EFFECT OF ZEOLITE ADDITION ON THE SEPARATION OF 137 Cs IN IRRADIATED U 3 Si 2 -Al FUEL ELEMENT PLATE. The objective of this research is to determine burn up and handle the waste of irradiated uranium. Irradiated U 3 Si 2 -Al fuel element plate still emits high radiation exposure. Therefore it was necessary to perform analysis simulation using standard 137 Cs from NIST (National Institute of Standards Technology) prior to the analysis of 137 Cs in irradiated U 3 Si 2 -Al fuel solution. The analysis of 137 Cs standard used sample of 50 µl in 2 ml H 2 O and the addition of Lampung zeolite with weight variation of 100, 150, 200, 300 dan 400 mg. The activity of 137 Cs solution samples were measured with gamma spectrometer. The result showed that the greatest adsorbtion of standard 137 Cs was occurred at addition of 300 mg zeolite, i.e increasing from 0,0098 µg of 137 Cs before addition to 0,0127 µg after the addition of zeolite, or approximately 96,21 %. This optimum condition was used in the analysis of 137 Cs content in irradiated U 3 Si 2 -Al solution. Fifty micro liter of irradiated U 3 Si 2 -Al solution was mixed into 2 ml H 2 O and 300 mg of zeolite was added to the mixture. Sample mixture was shaken and kept for 24 hours to separate the precipitate from the supernatant. The 137 Cs adsorbed in the precipitate and the supernatant were subsequently analyzed with gamma spectrometer. The analysis result showed that 50 µl of irradiated U 3 Si 2 -Al solution contained 0,0341 of 137 Cs with the activity of 109222 (Bq/g). This result maight be become a contribution to the study of the separation of isotopes in irradiated nuclear fuel as well as to the calculation of burn up. Free Terms: irradiated U 3 Si 2 -Al, gamma spectrometer, 137 Cs, zeolite, isotope separation I. PENDAHULUAN Pelat elemen bakar (PEB) U 3 Si 2 -Al yang telah mengalami radiasi di reaktor akan menghasilkan beberapa hasil fisi diantaranya adalah transuranium (U,Pu), isotop 137 Cs dan hasil fisi lainnya (seperti Ba 2+, Sr 2+ ). Dalam melakukan analisis burn up (fraksi bakar), banyak larutan hasil analisis elemen bakar nuklir pasca-iradiasi disimpan dalam bilik-panas (hot cell) dengan keaktifan yang sangat tinggi dan belum dapat dilimbahkan karena mengandung unsurunsur berat dari uranium serta transuranium yang mempunyai umur paroh panjang. Beberapa jenis isotop mempunyai umur paroh panjang khususnya isotop 137 Cs, 235 U dan 239 Pu sehingga belum memenuhi persyaratan pengelolaan atau pengolahan limbah yang ada di BATAN. Hal ini menjadikan latar belakang untuk melakukan pemisahan hasil fisi tersebut untuk dipreparasi dan dianalisis kandungan isotop 137 Cs dalam bahan bakar bekas tersebut, sekaligus juga membantu BATAN dalam rangka pengendalian limbah 124

radioaktif. Hasil fisi isotop 137 Cs adalah pemancar radioaktif gamma yang dapat diisolasi dengan zeolit Lampung guna mendapatkan sumber -γ yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian sebagai isotop monitor burn-up bahan bakar nuklir [1]. Analisis burn-up merupakan salah satu kegiatan analisis fisiko kimia yang dimulai dari penentuan aspek-aspek analisis burn up hingga perhitungan burn-up. Analisis burn-up dapat digunakan untuk mengetahui unjuk kerja PEB U 3 Si 2 -Al selama di reaktor. Salah satu kegiatan analisis burn up adalah dengan melakukan analisis kandungan isotop 137 Cs dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi. PEB pasca-iradiasi memancarkan berbagai jenis radioaktif sinar-α, β dan γ yang berasal dari berbagai jenis isotop sisa bahan bakar dan hasil fisinya. Secara umum reaksi fisi yang terjadi mengikuti persamaan reaksi thermal neutron sebagai berikut: 235 U + n 90 Kr + 144 Ba + 2n + Energi 90 Kr, 144 Ba adalah isotop hasil fisi yang masih dapat meluruh dan menghasilkan isotop-isotop lain sebagai hasil fisi yang lebih stabil, diantaranya adalah isotop radioaktif pemancar- γ dengan waktu paroh panjang yaitu 90 Sr dan 137 Cs [2,3,4]. Data-data fisi tersebut sangat penting diketahui untuk digunakan menghitung burn-up dengan tujuan untuk mengetahui, verifikasi, evaluasi dan validasi unjuk kerja bahan bakar nuklir baik dari sisi pabrikasi maupun unjuk kerja di reaktor. Data hasil fisi yang dibutuhkan untuk mengitung burn-up adalah jumlah isotop 235 U atau fraksi bakar U secara mutlak dan isotop 137 Cs [5,6]. Ada beberapa cara pengukuran yang dilakukan untuk mengukur isotop, secara umum biasanya dilakukan dengan menggunakan Spektrometermassa, namun BATAN belum mempunyai alat tersebut sehingga dilakukan dengan cara pengukuran komposisi isotop radioaktif dengan menggunakan Spektrometri-α maupun Spektrometri-γ. Hasil analisis menggunakan Spektrometer gamma adalah berupa cacahan per detik (cps) yang selanjutnya dapat di estimasi menjadi besaran aktivitas (Bq/g) dengan menggunakan rumus efisiensi detektor sbb: ff Ci * fcal Akt * Yield (1) N Akt. I rel. Keterangan: C i = Jumlah cacahan, dihitung dari net counts isotop (C C bg ) (2) 125

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 7 No. 2 Juni 2011: 74-156 (Masa berlaku Akreditasi s/d. Mei 2012) f cal = koreksi peluruhan dari isotop selama interval waktu (t 2 ) pengukuran cacahan Yield = Faktor intensitas dari isotop 137 Cs (lihat daftar tabel isotop). N = jumlah isotop 137 Cs dalam berat tertentu sampel bahan bakar nuklir Akt = keaktifan isotop 137 Cs, dps atau Bq Є = efisiensi detektor I rel = Intensitas relatif puncak isotop 137 Cs pada energi yang diukur λ = konstanta peluruhan atau (ln 2)/T 1/2 T 1/2 = waktu paruh dari isotop 137 Cs, tahun (365 hari atau 31536000 detik Pada tulisan ini, hanya dilakukan analisis isotop 137 Cs sebagai salah satu isotop pemancar- γ yang dapat digunakan sebagai pemonitor pada penentuan burn-up. Fission Yields (FY) 134 Cs (t 1/2 : 2,08 tahun) = 7,68%, sedangkan FY 137 Cs (t 1/2 : 30,17 tahun) = 6,26%. Rumus umum yang digunakan untuk menghitung burn-up adalah [7,8] : (A/Y) % BU = ------------- x 100% atau HE + (A/Y) [(N 137 Cs/ Yield 137 Cs)] % BU= --------------------------------------------- x 100% (3) [HE(Ui,Pu)]+ [(N 137 Cs/Yield 137 Cs)] Dimana, A = Number of fission product monitoring atom (pada tulisan ini isotop 137 Cs) HE = Heavy of Element (isotop U dan Pu) Y = Yield (kelimpahan isotop) untuk 137 Cs dan HE (Tabel) N 137 Cs = Jumlah atom isotop 137 Cs Ui = Jumlah isotop 235 U yang terbakar Cesium mempunyai dua jenis isotop yaitu 134 Cs dan 137 Cs, isotop 134 Cs mempunyai waktu paroh (t 1/2 ) 2 tahun, dipertimbangkan tidak effektif digunakan sebagai sumber-γ, sehingga fokusnya ditujukan kepada 137 Cs yang mempunyai waktu paroh (t½) 30,17 tahun dan dapat dijadikan sebagai sumberγ yang berumur panjang. Selain itu pula larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi yang telah ada di laboratorium radiometalurgi selama 15 tahun, keaktifan dari kandungan 134 Cs-nya telah melemah, secara perhitungan masih tersisa 0,06% dari keaktifan semula bahkan akan habis.sedangkan keaktifan 137 Cs belum 126

melampui waktu parohnya, dan masih ada sekitar 80 % dari keaktifan semula sehingga 137 Cs tersebut masih dapat dipergunakan sebagai sumber radiasi-γ untuk kurun waktu yang cukup lama mengingat waktu parohnya sekitar 16 tahun lagi. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian validasi metode dan teknik pemisahan isotop transuranium (U,Pu) dan isotop 137 Cs. Dari hasil penelitian tersebut telah dipahami teknik pemisahan isotop 137 Cs serta besaran kapasitas tukar kation (KTK) antara isotop 137 Cs dengan berbagai jenis zeolit seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kapasitas Tukar Kation Berbagai Zeolit No Jenis zeolit KTK (meq/g) 1. Bayah 1,4269 2. Lampung 1,4476 3. Tasikmalaya 1,4044 Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa zeolit Lampung mempunyai KTK yang lebih besar dari jenis zeolit lainnya. Sehingga untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan analisis pengaruh penambahan zeolit Lampung terhadap pemisahan isotop 137 Cs. Hal ini harus dilakukan mengingat PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi masih mempunyai paparan radiasi yang sangat tinggi sehingga peneliti dalam bekerja harus mengikuti prosedur penanganan bahan radioaktif (ALARA = As Low As Reasonably Achievable). Oleh karena itu sebelum melakukan analisis isotop 137 Cs dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi terlebih dahulu dilakukan simulasi analisis menggunakan isotop 137 Cs standard dari NIST (National Institute of Standards Technology) sehingga diperoleh berat optimum zeolit Lampung yang digunakan lebih lanjut untuk analisis isotop 137 Cs dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi. Setelah diperoleh berat zeolit yang paling banyak mengikat isotop 137 Cs, kemudian dilakukan pemisahan isotop 137 Cs dari campuran isotop-isotop unsur lain yang terdapat dalam larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca-iradiasi sehingga diperoleh kandungan isotop 137 Cs. 127

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 7 No. 2 Juni 2011: 74-156 (Masa berlaku Akreditasi s/d. Mei 2012) PEB U 3Si 2-Al Pasca Irradiasi Pemotongan,dimensi 3 x 3x1,37mm 3 sisi dekat (SD) Kode U3Si2 Paska Irr Penimbangan = 0,036 g Pelarutan dengan HCL 6M & HNO3 6M Pengenceran dalam labu 25ml setara =26,504 g pipet 1 ml setara= 1,084 g Ditransfer ke HC 112 ukur paparan radiasi Larutan U 3Si 2 Pasca Iradiasi 1 ml di R.135 Diencerkan menjadi 10 ml setara 10,0987 g Dipipet 50µL Diencerkan menjadi 2 ml Ditambahkan ke Zeolit 300 mg Dikocok 1 jam dan didiamkan 24 jam Dipisahkan Fasa air/supernatan Dipipet 2 ml Analisis isotop 137Cs dengan γ/spektrometer Diperoleh Isotop 137 Cs Fasa organik / Endapan Analisis isotop 137 C dengan γ/spektrometer Diperoleh Isotop 137 Cs Gambar 1. Skema pemisahan isotop 137 Cs dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi menggunakan zeolit 128

Hasil penelitian ini selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan perhitungan burn up (fraksi bakar)nya dan proses pelaksanaan penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman teknik uji pasca iradiasi dan kompetensi dalam hal penanganan PEB pasca iradiasi baik di dalam hotcell maupun di luar hotcell dimana harus mengedepankan faktor-faktor keselamatan kerja terhadap bahaya radiasi. II. TATA KERJA Sebelum melakukan analisis terhadap isotop 137 Cs dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi terlebih dahulu dilakukan analisis isotop 137 Cs standard dari NIST (National Institute of Standards Technology) dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi pemisahan 137 Cs yang optimum. Analisis kandungan isotop 137 Cs standard sebanyak 50 µl dalam 2 ml H 2 O dilakukan dengan penambahan zeolit Lampung dengan variasi berat 100; 150; 200;300 dan 400 mg, selanjutnya masing masing isotop 137 Cs diukur aktivitasnya menggunakan Spektrometer gamma. Setelah diperoleh berat zeolit yang paling banyak mengikat isotop 137 Cs kemudian dilakukan analisis kandungan isotop 137 Cs dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi. PEB U 3 Si 2 -Al dipotong dengan ukuran 3 x 3 x 1,37 mm atau seberat 100 mg kemudian potongan tersebut dilarutkan, disaring,diencerkan di dalam hotcell (HC) 109 hingga paparan radiasinya memenuhi persyaratan untuk diransfer ke R.135 (medium activity) ( 150 µsv/jam). Di R.135 dilakukan pemisahan hasil fisi isotop 137 Cs dengan cara memipet larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi sebayak 50 µl kemudian ditambahkan 2 ml H 2 O dan zeolit sebanyak 300 mg. Selanjutnya dikocok dan didiamkan selama 24 jam sehingga terpisah antara endapan dan supernatan. Kandungan isotop 137 Cs dalam endapan dan supernatan kemudian dianalisis menggunakan Spektrometer gamma. Adapun langkah langkah pemisahan isotop 137 Cs dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi diuraikan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan pengukuran aktivitas (Bq/g) isotop 137 Cs standard sebanyak 50µL dalam 2 ml H 2 O yang diperoleh dari Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) BATAN. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui besaran efisiensi detektor dan akurasi pengukuran. Penentuan besaran efisiensi detektor dilakukan dengan mengukur isotop 137 Cs standard 50µL dalam 2ml H 2 O dengan 5 (lima) kali pengulangan. Hasil pengukuran diperoleh berupa cacahan yang setara dengan besarnya aktivitas 129

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 7 No. 2 Juni 2011: 74-156 (Masa berlaku Akreditasi s/d. Mei 2012) 50µL isotop 137 Cs standard. Cacahan kemudian dihitung menggunakan persamaan (2) sehingga diperoleh besaran efisiensi detektor dan akurasi pengukuran pada jarak sampel dengan detektor sebesar 25 cm. Hasil analisis aktivitas (Bq/g) isotop 137 Cs dan efisiensi detektor yang dilakukan pada energi 661,8 kev ditunjukkan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 diperoleh efisiensi detektor sebesar 0,00053 dengan akurasi pengukuran sebesar 0,2833% (memenuhi kriteria keberterimaan kaidah statistik). Setelah diperoleh efisiensi detektor dan akurasi pengukuran kemudian terhadap isotop 137 Cs standard 50µL dalam 2ml H 2 O ditambahkan zeolit Lampung dengan variasi berat 100; 150; 200; 300 dan 400 mg dan dibiarkan selama 24 jam hingga terbentuk endapan Cs-Zeolit. Kemudian dilakukan ekstraksi yang dilanjutkan dengan sentrifuge selama 1 jam sehingga terpisah antara endapan Cs-Zeolit dengan supernatan. Tabel 2. Besaran Efisiensi detektor Gamma Spektrometer Pada Energi (661,8keV) dengan waktu cacah 1500 detik dan jarak 25 cm. No. Net Area cps Yield Aktivitas Standard (Bq/g) Aktivitas Pengukuran (Bq/g) Efisiensi detektor 1. 21993 14,6620 0,851 0,00053 2. 22044 14,6960 0,851 0,00053 3. 22369 14,9127 0,851 32802,578 32709,637 0,00053 4. 22135 14,7569 0,851 0,00053 5. 22214 14,8093 0,851 0,00053 Akura si (%) 0,2833 137 Cs Kandungan isotop 137 Cs dalam endapan campuran Cs-Zeolit dan supernatan dianalisis dengan menggunakan alat Spektrometer gamma. Hasil analisis dengan waktu cacah 1500 detik kemudian dievaluasi dengan menggunakan persamaan (2) dan (3) dengan waktu paroh isotop 137 Cs sebesar 30,17 tahun seperti contoh perhitungan sampel A (sebelum ditambah zeolit) pada Tabel 3 dibawah ini: Tabel 3. Contoh evaluasi data dari net area menjadi kandungan Isotop 137 Cs Sampel Net Area cps Eff detektor Yield (tabel) At ( Bq/g) N=At/λ W= NxBA/NA (µg) A 21328 14,2189 0,00053 0,851 31525,37 4,33E+13 0,0099 130

Recovery Isotop 137 Cs dalam Endapan (%) Secara keseluruhan hasil evaluasi kandungan isotop 137 Cs sebelum dan sesudah ditambah zeolit ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 2. Tabel 4. Kandungan isotop 137 Cs sebelum dan sesudah ditambah zeolit. No. Nama Sampel 1. Kandungan 137 Cs 50 µl (Sertifikat) 2. Isotop 137 Cs standard 50 µl dalam 2ml H 2O (A) 3. Isotop 137 Cs standard 50 µl dalam 2ml H 2O (B) 4. Isotop 137 Cs standard 50 µl dalam 2ml H 2O (C) 5. Isotop 137 Cs standard 50 µl dalam 2ml H 2O (D) 6. Isotop 137 Cs standard 50 µl dalam 2ml H 2O (E) Sebelum ditambah Zeolit (µg) 0,0132 Perlakuan penambahan Zeolit 0,0099 Endapan A + 100 mg 0,0095 Endapan B + 150 mg 0,0095 Endapan C+ 200 mg 0,0098 Endapan D + 300 mg 0,0096 Endapan E + 400 mg Sesudah ditambah Zeolit (µg) Pengikatan 137 Cs oleh zeolit (%) 0,0114 86,3636 0,0111 84,0909 0,0109 82,5758 0,0127 96,2121 0,0105 79,5455 Kandungan Isotop 137 Cs x 10 3 (µg) 13.2 12.7 12.1 11.6 11.1 10.6 10.0 9.5 9.0 100 96 92 88 84 80 76 72 68 0 100 200 300 400 500 Jumlah Zeolit yang ditambahkan (mg) Gambar 2. Hubungan penambahan zeolit dengan recovery isotop 137 Cs dalam endapan Dari Tabel 4 diperoleh bahwa kandungan isotop 137 Cs dalam 2 ml H 2 O (sebelum di tambahkan zeolit berkisar antara 0,0095 µg hingga 0,0099 µg. Sedangkan dari hasil analisis setelah ditambah zeolit diperoleh kandungan isotop 137 Cs menjadi lebih besar yaitu berkisar antara 0,0105 µg hingga 0,0127 131

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 7 No. 2 Juni 2011: 74-156 (Masa berlaku Akreditasi s/d. Mei 2012) µg dan yang paling besar terdapat pada penambahan zeolit 300 mg yaitu dari 0,0098 µg (sebelum ditambah zeolit) menjadi 0,0127 µg (setelah ditambah zeolit) atau sekitar 96,21% seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Tabel 5. Kandungan isotop 137 Cs dalam supernatan No, Nama Sampel dan penambahan Zeolit 1. Supernatan A + 100 mg 2. Supernatan B + 150 mg 3. Supernatan C+ 200 mg 4. Supernatan D + 300 mg 5. Supernatan E + 400 mg Kandungan 137 Cs Dalam Supernatan (µg) Pengikatan 137 Cs oleh Zeolit Dalam Supernatan (%) 0,000041 99.6894 0,000039 99.7045 0,000032 99.7576 0,000041 99.7894 0,000029 99.7803 Dari hasil analisis kandungan isotop 137 Cs dalam supernatan diperoleh isotop 137 Cs sangat kecil yaitu sekitar 0,000029 µg hingga 0,000041 µg. Bila dibandingkan dengan kandungan isotop 137 Cs dalam standard sebesar 0,0132 µg maka dapat dinyatakan bahwa isotop 137 Cs dalam 50 µl standard terikat dengan zeolit hampir sekitar 99,79 %. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemisahan isotop 137 Cs standard sebanyak 50 µl menggunakan zeolit sebanyak 300mg cukup baik karena kandungan isotop 137 Cs di dalam supernatan (fase cair) terpungut hingga 99,79% sehingga kandungan isotop 137 Cs yang tersisa di dalm supernatan hanya sebesar 0,000041 µg seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 3. Hal ini menunjukkan bahwa zeolit Lampung mempunyai selektivitas yang sangat baik terhadap isotop 137 Cs standard, sehingga selektivitas zeolit Lampung terhadap isotop 137 Cs hasil fisi PEB U 3 Si 2 -Al juga diperkirakan baik. Hasil analisis isotop 137 Cs dari PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi akan dibandingkan dengan hasil analisis isotop 137 Cs standard. Di dalam hotcell (HC) 109 larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi di pipet 1 ml dan dikeluarkan dari hotcell 109 ke R.135 (laboratorium aktivitas sedang) kemudian di encerkan 10 kali untuk mengurangi paparan radiasi. Dari hasil pengenceran tersebut kemudian di pipet 50µL dan ditambahkan aquadet sebanyak 2ml untuk menyamakan volume geometrinya dengan isotop 137 Cs standard. Karena didalam analisis dengan Spektrometer gamma faktor 132

Kandungan Isotop 137 Cs x 10 5 (µg) Recovery Isotop 137 Cs dalam Supernatan (%) geometeri sampel sangat berpengaruh terhadap hasil analisis. Perlakuan preparasi yang dilakukan terhadap isotop 137 Cs standard harus sama dengan perlakuan yang dilakukan terhadap analisis isotop 137 Cs dalam larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi dengan penambahan berat zeolit yang optimum sebesar 300mg. 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 99.86 99.82 99.78 99.74 99.70 99.66 99.62 0 100 200 300 400 500 Jumlah Zeolit yang ditambahkan (mg) Gambar 3. Hubungan penambahan zeolit dengan recovery isotop 137 Cs dalam supernatan Analisis isotop 137 Cs dalam larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi menggunakan Spektrometer gamma dilakukan dengan pengulangan 3 (tiga) kali dengan waktu pencacahan 1000 detik pada jarak detektor dengan sampel 25 cm. Hasil analisis besarnya aktivitas dan kandungan isotop 137 Cs dalam larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan isotop 137 Cs dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi dengan waktu pencacahan 1000 detik No. Net Area Cps Yield Eff detekto r Aktivita s (Bq/g) T 1/2 (thn) N=A/λ W= NxBA/NA (µg) 1. 97730 97,730 0,851 0,00053 108749 1,5E+14 0,0340 2. 98083 98,078 0,851 0,00053 109142 30,17 1,5E+14 0,0341 3. 98653 98,653 0,851 0,00053 109776 1,5E+14 0,0343 rerata 109222 0,0341 133

J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 7 No. 2 Juni 2011: 74-156 (Masa berlaku Akreditasi s/d. Mei 2012) Dari Tabel 6 diketahui bahwa dalam 50 µl larutan PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi mempunyai aktivitas sebesar At = 109222 (Bq/g) dan kandungan isotop 137 Cs sebesar W= 0,0341 µg. Hal ini menunjukkan bahwa PEB U 3 Si 2 - Al pasca iradiasi yang tersimpan selama 15 tahun di hotcell IRM masih mempunyai aktivitas dan kandungan isotop 137 Cs yang tinggi. Sehingga data hasil penelitian ini dapat digunakan lebih lanjut untuk perhitungan burn up sebagai verifikasi, evaluasi dan validasi unjuk kerja bahan bakar nuklir baik dari sisi pabrikasi maupun unjuk kerja di reaktor. IV. KESIMPULAN Hasil analisis kandungan isotop 137 Cs menunjukkan bahwa zeolit yang dengan berat 300 mg memberikan hasil pemisahan yang relatif baik dengan persentase penyerapan sekitar 96,21%. Zeolit Lampung mempunyai selektivitas yang sangat baik terhadap isotop 137 Cs standard maupun terhadap isotop 137 Cs hasil fisi dalam PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi. Kandungan isotop 137 Cs sebagai hasil fisi yang terdapat di dalam 50 µl PEB U 3 Si 2 -Al pasca iradiasi diperoleh sebesar 0,0341 µg dengan aktivitas 109222 (Bq/g). Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai data untuk melakukan langkah pemisahan larutan pasca iradiasi dalam menunjang perhitungan burn up. V. DAFTAR PUSTAKA 1. Amini, S. and Durrani, S.k. (1993). Pengaruh Radiasi Pada Zeolite Yang Digunakan Untuk Fiksasi Radioisotop. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN, Yogyakarta. Buku-II, ISSN 0216-3128. 2. Amini. S. (1994). Sistim penukaran kation Cs dan Sr ke dalam zeolite untuk pengolahan limbah cair radioaktif. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN, Yogyakarta. Buku-II, ISSN 0216-3128. 3. Amini S. (1999). Studi Zeolit Untuk penukaran ion Cs, Sr dan U, Hasilhasil Penelitian Elemen Bakar Nuklir P2TBDU-BATAN, Serpong,ISSN 0854-5561. 4. Amini S., Anggraini D., Nampira, Y., Rosika, Noviarti, dan Nugroho A., (2003). Keselektifan Zeolit Lampung Terhadap Kation-kation Matrik Hasil Fisi Uranium). Jurnal Zeolit Indonesia, ISSN 1411-6723. 5. Amini, S., Hakim, L, Gogo, A., Hastowo, H., Hamzah, Pane, A.J.S. (1995, Maret 21-22). Analisis Fraksi Bakar Elemen Bakar Silisida (RISIE2) Secara Pengukuran 134 Cs/ 137 Cs. Prosidings Seminar Sains dan Teknologi Nuklir, PPTN-BATAN, Bandung. 6. Amini, S., Nampira, Y., Nasution, H. (1997). Analisis isotop Cs dan U dari pelat elemen bakar bekas tipe oksida secara Spektrometri. Prosiding 134

Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan teknologi Nuklir, Buku II, PPNY, Yogyakarta. ISSN 0216-3128. 7. Amini, S., (1997. Penentuan fraksi bakar elemen bakar bekas tipe MTR pengayaan rendah dengan metoda perbandingan aktivitas 134 Cs/ 137 Cs: Metoda absolute melalui pelarutan pelat no-11 elemen bakar RIE01, Laporan Teknis Penelitian Terpadu PEBN-PRSG, BATAN. 8. Amini, S. dkk. (2001). Nilai Mutlak Fraksi Bakar Uranium dan Isotop Cs Pada Lokasi Tertentu Pelat Elemen Bakar Dispersi Tipe Oksida RIE01 Hasil Pasca-Iradiasi, Laporan Teknis P2TBDU-BATAN. 135