Imam Syafi i. Imam Syafi i

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. dalam pribadinya, perilakunya serta peninggalannya yang telah membuat

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Idris ibn Al - Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn Al - Sa ib ibn Ubaid ibn Abd

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IMAM SYAFI I. Muhammad bin Idris asy-syafi i al-quraisyi. Adapun nasab beliau adalah

Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan Al-Imam Asy-Syafi i Rahimahullah

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IMAM SYAFI I. Imam Syafi i yang dikenal sebagai pendiri mazhab Syafi i adalah Muhammad bin

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN MAZHAB SYAFI I DAN HANAFI. dizaman pertentangan antara aliran Ahlu Hadis (aliran yang cenderung terhadap

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Ghaza Palestina. Sebagian ahli sejarah mengatakan beliau lahir di Asqalan, tetapi

BAB II IMAM SYAFI I DAN ISTIMBATH HUKUM

Maktabah Ummu Salma al-atsari. Imam Syafi i. Penyusun: Ustadz Arif Syarifuddin

MUSHAF UTSMANI Sejarah Ringkas, Metode Penulisan dan Riwayat Hafsh

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I DAN IMAM AHMAD BIN HANBAL. Abbas bin Utsman bin Syafi i bin as-saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin

BAB III PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR MUQADDAM. 1. Tempat Lahir, Silsilah Perjalanan Hidup Imam Syafi i

Hadits Rasulullah SAW yang mengisyaratkan kedatangan Imam Syafi i

IMAM SYAFI I DAN SEJARAH ILMU USHUL FIQIH

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

Imam Asy-Syafi'i Imam Ahlus Sunnah

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB III OBJEK KAJIAN. pada tahun 80 Hijriyah (659) menurut pendapat yang pertama. 52 Imam Hanafi. Fiqih di Iraq dan pendiri madrasah Ahli al-ra yi.

BAB III PENDAPAT IMAM ASY-SAFI I TENTANG PEMBERIAN HADIAH KEPADA PEJABAT. lahir di kota Ghaza, Palestina.1Nama lengkapnya adalah Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama

Khitan. 1. Sejarah Khitan

AL-IMAM AHMAD BIN HANBAL Tauladan dalam Semangat dan Kesabaran

BAB II BIOGRAFI IMAM HANAFI DAN IMAM SYAFI I

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

POLA PEMIKIRAN IMAM SYAFI I DALAM MENETAPKAN HUKUM ISLAM. Oleh : Drs. Abdul Karim, M.Ag (Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar)

Mengenal Qaul Qadim dan Qaul Jadid Imam as-syafii

`BAB I A. LATAR BELAKANG

Peneliti Cacat Hadits

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

Nama: Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-qusyairi an-naisaburi

BAB II RIWAYAT IMAM SYAFI I DAN IMAM HANAFI

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

Hukum Selamatan Kematian (Tahlilan)

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu

[SYARAT & KEHATI-HATIAN ULAMA SALAF DALAM BERFATWA]

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI

PERKEMBANGAN HADITS PERIODE KEEMPAT

Ahli Ibadah di Dua Tanah Suci

BAB II BIOGRAFI IMAM ABU HANIFAH DAN IMAM SYAFI I. Zautha bin Maah, berasal dari keturunan bangsa Persia 1. Abu Hanifah di

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

SILABUS BAHASA ARAB I SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR`AN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT. Mata Kuliah.

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

Pendidikan Agama Islam

ILMU QIRAAT 1 DIPLOMA PENGAJIAN AL QURAN DAN AL SUNNAH 2014 MINGGU KE-4

Written by Andi Rahmanto Wednesday, 29 October :49 - Last Updated Wednesday, 29 October :29

Maktabah Ummu Salma al-atsari. BIOGRAFI RINGKAS Imam Ahmad bin Hanbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Biografi Ulama Ahlus Sunnah Documentation. Rilis latest

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB III OBYEK KAJIAN TENTANG TALAK TERHADAP ISTRI DALAM KEADAAN HAIDL. A. Pandangan Imam Madzhab Empat tentang Talak terhadap Istri dalam

BAB II SEKILAS TENTANG KITAB SHAHIH AL-BUKHARI. Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-mughirahibnbardizbahal-ju fi al-bukhari,

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

ILMU QIRAAT 1 DIPLOMA PENGAJIAN AL- QURAN DAN AL-SUNNAH 2014 MINGGU KE-3

RINGKASAN RIWAYAT HIDUP 4 IMAM PENGASAS MAZHAB

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

dan Ketegasannya Terhadap Syiah

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. perebutan harta warisan. Islam sebagai agama rahmatan li al- a>lami>n sudah

Al-Syafi i sebagai Bapak Ushul Fiqh. MH. Mukti *)

AL-MADHA<HIB AL-ARBA AH DAN

PENGARUH HADIS DALAM ILMU FIQIH DAN TEOLOGI (Kajian Tokoh dan Pemikiran Imam Syafii)

BAB III PEMIKIRAN ASY-SYAFI I TENTANG ZAKAT HARTA MILIK ANAK KECIL DAN ORANG

AMALIYYAH KHUSUS HARI ASYURA (10 Muharram) Oleh : Agus Gustiwang Saputra

AL-MAHDI AKHIR ZAMAN

BAB II BIOGRAFI IMAM HANAFI DAN IMAM SYAFI I A. ABU HANIFAH, AN-NU MAN BIN TSABIT ( H) PENDIRI

STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

IRSYAD AL-HADITH SIRI KE-222: DAGING UNTA MEMBATALKAN WUDHUK

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB II BIOGRAFI TOKOH. Syafie ialah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Uthman bin Syafie bin Saib bin

BAB II BIOGRAFI MAZHAB SYAFI I DAN MAZHAB HANAFI. lagi mendengar mazhab Hanafi. Mazhab tersebut didirikan oleh Imam Abu

BAB III PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG WAKAF DENGAN JANGKA WAKTU TERTENTU. Al-Syafi i lahir di Gaza Palestina pada tahun 150 Hijriyah, inilah

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

BAB II BIOGRAFI IMAM HANAFI

Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang meninggal dunia.

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

Pengenalan 10 Imam Qiraat dan Perawi mereka

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

Transkripsi:

Imam Syafi i Imam Syafi i 1. Tempat Lahir, Silsilah Perjalanan Hidup Imam Syafi i Imam Syafi i adalah imam ketiga dari empat mazhab menurut urutan kelahirannya. Beliau adalah Nashirul Hadits, pembela hadits dan mujaddid, pembaharu abad kedua hijriyah.1. Menurut kebanyakan ahli sejarah bahwa Syafi i dilahirkan di Ghaza, Palstina, tahun 150 H (767 M). namun ada yang mengatakan lahir di Asqalan, yaitu daerah yang kurang lebih 3 farsakh (8 km atau 3,5 mil) dari Ghaza, dan perjalanan dua tiga hari dari Baitul Maqdis. Ada juga yang mengatakan lebih jauh dari itu yaitu di Yaman. Imam Nawawi berkata, Menurut jumhur, Syafi i lahir di Ghaza. Diriwayatkan bahwa Syafi i lahir pada malam hari bertepatan dengan wafatnya Abu Hanifah. Jika riwayat ini benar, maka itu adalah kejadian yang menakjubkan, yakni lahirnya seorang imam bertepatan pada wafatnya imam yang lain. Nama lengkap beliau adalah Abu Adbullah Muhammad bin Idris bin Abas bin Utsman bin Syafi i bin Sa id bin Ubaidillah bin Abi Yazid bin Hasyim bin Mutlalib bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Fathimah binti Abdullah bin Hasan bin Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Asy-Syafi i lahir di tengah-tengah keluarga miskin. Ayahnya meninggal ketika beliau masih kecil. Kemudian ibunya membawanya ke Mekkah. Ia hidup sebagai anak yatim yang fakir dari keturunan bangsawan tinggi, keturunan yang paling tinggi di masanya, Asy-Syafi i hidup dalam keadaan sangat sederhana. Namun, kedudukannya sebagai putra bernasab mulia menyebabkan ia terpelihara dari perangai buruk, selalu berjiwa besar, dan tidak menyukai kehinaan diri. Pada usia 2 (dua) tahun imam Syafi i dibawa ibunya ke Mekkah dari Guzzah yang merupakan tanah tumpah darah asli bagi nenek moyang imam Syafi i. Pada usia yang relatif muda imam Syafi i telah mampu menghafal al-qur an. Disamping kecerdasannya dalam menghafal alqur an ia juga rajin menghafal al-hadits yang ia dengar. Kemudian dicatat dan dibukukan dalam percetakan sehingga ia dikenal sebagai orang yang cinta ilmu dan ahli hadits. Imam Syafi i hidup di tengah-tengah masyarakat Mekkah kemudian pindah ke kota Madinah. Kedua kota ini adalah bumi Hijaz yang merupakan tempat perbendaharaan sunnah (Hadits). Kota ini tidak begitu ramai dengan berbagai kebudayaan sebagaimana kota-kota lainnya. Kesederhanaan tatanan masyarakat tidak banyak menimbulkan problematika kehidupan masyarakat, dan untuk menyelesaikan masalah pun langsung mendasarkan pada al-qur an dan al-hadits, maka wajar lah apabila imam Syafi i ini lebih cenderung pada aliran Hadits. Pada awalnya Imam Syafi i cenderung kepada syair, sastra dan belajar bahasa Arab sehari-hari. Tapi dengan demikian Allah justru menyiapkannya untuk menekuni fiqh dan ilmu pengetahuan. Terdapat beberapa riwayat yang menyebabkan Imam Syafi i seperti itu

diantaranya adalah : Suatu hari, di masa mudanya ketika ia berada di atas kendaraan. Di belakangnya terdapat sekretaris Abdullah Al- Zubairi. Lalu Syafi i membuat perumpamaan dengan sebuah syair. Maka sang sekretaris itu memukulkan cambuknya layaknya seorang pemberi nasehat dan berkata, Orang seperti anda mencampakkan kepribadiannya seperti ini? Bagaimana perhatian anda terhadap fiqh? hal ini mempengaruhi dirinya dan membangkitkan semangatnya untuk bergegas belajar kepada Muslim bin Khalid Az-Zanji, Mufti Mekkah. Syafi i menuntut ilmu di Mekkah dan mahir di sana. Ketika Muslim bin Khalid Az-Zanji memberikan peluang untuk berfatwa, Syafi i merasa belum puas atas jerih payahnya selama ini. Ia menuntut ilmu terus dan akhirnya pindah ke Madinah dan bertemu Imam Malik di sana. Sebelumnya ia telah mempersiapkan diri membaca kitab al- Muaththa (karya Imam Malik) yang sebagian besar telah dihafalkannya. Ketika Imam Malik bertemu dengan Syafi i, Malik berkata, Sesungguhnya Allah SWT. telah menaruh cahaya dalam hatimu, maka jangan padamkan dengan perbuatan maksiat. Mulailah Syafi i belajar dari Imam Malik dan senantiasa bersamanya hingga Imam Malik wafat pada tahun 179 H. selama itu pula ia mengunjungi ibunya di Mekkah. Kemudian pada tahun 195 H Imam Syafi i mengembara ke Baghdad, yang merupakan kota yang sudah maju peradaban masyarakatnya pada waktu itu. Di kota ini Imam Syafi i menetap beberapa tahun lamanya sebelum ia melakukan perjalanan ke kota lainnya, yaitu Mesir pada tahun 199 H dan ia memilih kota ini sebagai tempat tinggalnya. Di Baghdad ia belajar Ilmu Fiqh Madzhab Hanafi, yang terkenal dengan madzhab Ahlul Ro yi, sebagaimana di Hijaz yang tradisional. Kemudian ia cenderung kepada sifat itu, maka di kota Irak pun ia cenderung pada kondisi Irak, yaitu kota yang

terkenal dengan AhluRa yu. Imam Syafi i telah mendengar berita yang menyatakan kebesaran ulama di Irak seperti Abu Yusuf dan Muhammad Ibn Hasan, maka ia berkehendak untuk bertemu dengan mereka. Di kota ini ia berguru kepada Muhammad Ibn Hasan seorang tokoh ahli Fiqh. Maka terkumpullah pada diri Syafi i beberapa ilmu dari para ahli Hadits dan Ra yu. Syafi i banyak mengambil manfaat dari beberapa kitab Muhammad Ibn Hasan dari pelajaran Fiqh Irak dan perdebatannya dengan beberapa ulama fiqh di sana. Dari sini, ia bisa mempersiapkan diri mengkompromikan fiqh madinah dan fiqh Irak, atau fiqh tekstual dan fiqh kontekstual, sehingga membantunya meletakkan dasar-dasar ushul fiqh, dan kaidah fiqh (qawaid al-fiqhiyah), menjadikan ia terkenal, disebutsebut namanya dan terangkat derajatnya. Pengetahuan Syafi i terbentuk dari beberapa sumber. Antara lain, guru, bacaan dan belajarnya, serta perjalanannya ke Yaman, Kufah, Bashrah, Makkah, Baghdad, dan Mesir. Ada juga dari perdebatan yang serius di masanya antara para pakar teologi dan filsafat, pakar fiqh dan ulama hadits dan sebagainya, serta pemikiran dan perenungannya terhadap ilmu dan lingkungan yang kesemuanya itu sangat dominan dalam membentuk wawasannya yang sangat luas. Dengan bekal pengetahuannya, beliau melangkah untuk menyampaikan berbagai kritik dan kemudian mengambil jalan keluarnya sendiri. Mula-mula beliau berbeda pendapat dengan gurunya (Imam Malik). Perbedaan ini berkembang sedemikian rupa sehingga beliau menulis buku yang berjudul Khilaf al-malik yang sebagian besar kritik terhadap pendapat (fiqh) madzhab gurunya itu, beliau juga terjun dalam perdebatan-perdebatan sengit dengan madzhab Hanafi dan banyak

mengeluarkan kritik sebagai koreksi terhadapnya. Kritik-kritik imam Syafi i terhadap dua madzhab tersebut akhirnya ia muncul dengan madzhab baru yang merupakan sintesa dari kedua madzhab (ahli hadits dan ahli ra yu) yang benarbenar orisinil. Namun demikian yang paling menentukan orisinilitas madzhabnya ini adalah kehidupan empat tahunnya di Mesir. Memang banyak kota di mana imam Syafi i mengembangkan atau menggali ilmu, seperti kota Yaman, Persi, Baghdad dan lain-lain. Tetapi di Mesir inilah Imam Syafi i sampai meninggalnya dipergunakan untuk menulis sebagian besar bukubukunya, bahkan juga untuk merevisi bukubuku yang pernah ditulisnya. Di kota ini pula ia meletakkan dasar-dasar madzhab barunya yang dikenal dengan kaul jadid. Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa fiqh Syafi i adalah fiqh yang lahir karena kondisi masyarakatnya sehingga dengan adanya dua kota yang merupakan tempat yang paling mempengaruhi teori imam Syafi i dengan didukung keadaan yang berbeda itu pula, maka fiqh Syafi i juga dibedakan menjadi dua macam yakni madzhab kaul kadim dan madzhab kaul jadid. Madzhab kaul kadim adalah pendapat imam Syafi i ketika di Irak dan kaul jadid adalah pendapat imam Syafi i di Mesir. Dengan perpaduan pemikiran imam Syafi i akibat pengaruh dari corak pendidikan dan pengalaman dari beberapa negara tersebut, Imam Syafi i mengkombinasikan dan mengkomparasikan serta mendiskusikan fiqh negara Hijaz dan Irak. Kemudian ia menjadi terkenal dengan sebutan ahli hadits dan ahli ra yu. Dalam madzhab fiqhnya, Imam Syafi i menempatkan al-qur an sebagai imam (dasar utama) dalam mengambil hukum. Beliau berkata, sunnah sejajar kedudukannya dengan al-qur an karena as-sunnah berfungsi sebagai penjelas al-qur an. Karena itu menurut beliau assunnah ditempatkan sebagai dasar kedua setelah al-

Qur an. Misalnya beliau sependapat dengan Imam Malik (ahlu al-hadits) dalam hal menempatkan al-qur an sebagai dasar hukum Islam, karena menurutya as-sunnah sebagai dasar hukum yang kedua. Dilain fihak Imam Syafi i sepakat dengan madzhab Hanafi (Ahlu al-ra yu) dalam kecenderungannya memakai ijtihad atau rasio. Namun Imam Syafi i memberikan suatu batasan bahwa dasar ijtihad atau ra yu tersebut hendaklah berbentuk qiyas (analogi). Dalam pemakaian qiyas ini imam Syafi i memberikan ketentuanketentuannya. Beliau sependapat dengan Imam Malik dalam mengambil ijma sebagai sumber hukum sesudah al-qur an dan as-sunnah, tetapi beliau memberikan persyaratan-persyaratan yang ketat, sehingga ijma bukan semata-mata hasil pikiran tanpa ketentuan yang pasti. 2. Guru-guru Imam Syafi i Imam Syafi i menerima fiqh dan Hadits dari banyak guru yang masing-masing mempunyai manhaj sendiri dan tinggal di tempattempat yang berjauhan satu sama lainnya. Ada di antara gurunya yang Mu tazili yang memperkatakan ilmu kalam yang tidak disukainya. Dia mengambil mana yang perlu diambil dan dia tinggalkan mana yang perlu ditinggalkan. Imam Syafi i menerima ilmunya dari ulama-ulama Makkah, Madinah, Iraq dan ulama-ulama Yaman. Semula Imam Syafi i berguru pada syekh Muslim bin Khalid AzZanji dan beberapa imam Makkah. Kemudian setelah umur 13 tahun ia pergi ke Madinah dan berkumpul dengan Imam Malik sampai beliau wafat. Imam Syafi i juga mempunyai banyak guru yang ia temui di kotakota besar ketika ia berkelana.

Diantaranya ialah gurunya di Makkah, Muslim bin Khalid AzZanji, Sufyan bin Uyainah, Sa id bin Salim Al-Qaddah, Dawud bin Abdurrahman Al-Athar dan Abdul Hamid bin Abdul Aziz bin Abi Dawud. Gurunya di Madinah antara lain, Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa ad Al-Anshari, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Darawardi, Ibrahim bin Yahya Al-Asami, Muhammad bin Sa id bin Abi Fudaik dan Abdullah bin Nafi Al-Shani. Gurunya di Yaman, Muththarif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf, Hakim Shan a (ibukota Republik Yaman), Umar bin Abi Maslamah AlAuza i Dan Yahya Hasan. Gurunya di Irak antara lain, Muhammad bin Al-Hasan, Waki bin Jarra Al-Kufi, Abu Usammah Hamad bin Usamah Al-Kufi, Ismail bin Athuyah Al-Basyri dan Abdul Wahab bin Abdul Majid Al- Basyri.11 Imam Syafi i menerima pelajaran dari tokoh berbagai mazhab. Ia menerima fiqh Malik dari Malik sendiri, Maliklah gurunya yang merupakan bintang, mempelajari fiqh Auza I dari Umar ibn Abi Salamah, mempelajari Fiqh Al-Laits dari Yahya ibn Hassan dan mempelajari fiqh Abu Hanifah dari Muhammad ibn al-hassan. Bahkan ia mempelajari fiqh pada tokoh-tokoh Mu tazilah, walaupun dalam masalah I tiqad mereka tidak menempuh ahlul hadits. Justru semua inilah yang memperluas bidang fiqihnya, memperbanyak materi dan mempertebal kamus pengetahuannya. Dengan demikian Imam Syafi i dapat mengumpulkan fiqh Makkah, Fiqh Madinah, Fiqh Syam, Fiqh Mesir dan Fiqh Irak. 3. Murid-murid Imam Syafi i Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa imam Syafi i mempunyai banyak guru. Begitu juga murid-muridnya, mereka tersebar di Makkah, Mesir dan sebagian di Baghdad Irak, merekalah yang

menyebarkan madzhab gurunya. Diantara murid yang ada di Makkah, antara lain: Abu Bakar alhumaidi, Ibrahim bin Muhammad Abbas, Abu Bakar Muhammad bin Idris dan Musa bin Abi al-jarud. Murid Syafi i di Irak, antara lain : alhasan bin Muhammad al-za farani (wafat : 260 H), Abu Husain al-karabisi (wafat : 295H), Imam Ahmad bin Hambal (wafat : 241 H) dan Dawud ad-dhahiri (wafat : 505 H). Sedangkan muridnya yang di Mesir antara lain : al-bughaisti (wafat : 270 H), al-mazani (wafat : 269 H) dan ar-rabi ah (wafat : 270 H). Generasi penerus dan penyebar madzhab Imam Syafi i adalah : Abu Ishaq as-saerazi (wafat : 478 H) adalah pengarang kitab almuhadzdzab, Imam Ghazali (wafat : 505 H) pengarang kitab Ihya Ulumuddin dan al-mustahfa, dan al-wazid Izzudin ibn Abdi Salam (wafat :660 H0 adalah pengarang kitab Qawa id al- Ahkam Fi Masail alahkam, Muhyiddin an-nawawi (wafat : 676 H) yang mengarang kitab Fiqh diantaranya Majmu Syarah Muhadzab dan Minhaj aththalibin, Taqiyuddin as-shabuni (wafat : 765 H), Jalaluddin as-suyuti (wafat : 791 H), pengarang kitab Asybah wan Nadhair dan kitab Tanwirul Hawalaik syarah kitab al-muwaththa Imam Malik dan masih banyak lagi yang lainnya. 4. Karya-karya Imam Syafi i Menurut Qadli Imam Abu Muhammad bin Husain bin Muhammad al- Maruzi murid Imam Syafi i, mengatakan bahwa Imam Syafi i telah mengarang kitab sebanyak 113 kitab, baik dalam bidang hadits, ilmu fiqh dan ushulnya, tafsir, sastra dan lain-lain. Yaqut menyebutkan dalam kitab Mu jam al-udaba juz 17, puluhan kitab Imam Syafi i. Yang dimaksud kitab di sini bukanlah kitab yang ada seperti sekarang ini, melainkan beberapa bab masalah fiqh yang kebanyakan telah termuat dalam kitabnya al-umm. Dan kitab-kitab tersebut bisa dijadikan sebagai pegangan dan pengetahuan yang dapat di nikmati sampai sekarang, diantaranya adalah:

a. Ar-Risalah Kitab ini disusun berkaitan dengan kaidah ushul fiqh, yang di dalamnya diterangkan mengenai pokok-pokok pegangan Imam Syafi i dalam mengistinbath hukum. Ar-Risalah merupakan kitab Ushul fiqh yang pertama. Akan tetapi sebagai penulis ar-risalah itu sendiri adalah murid Syafi i yaitu ar-rabi ibn Sulaiman (270 H), dan Rabi inilah yang meriwayatkan dari Imam Syafi i tentang Ar-Risalah (karena Syafi i tidak menulisnya secara langsung). Di dalam kitab Ar-Risalah Imam Syafi i membahas tentang ketentuanketentuan nash kitab dan masalah nasikh mansukh, kecacatan dalam hadits, syarat-syarat penerima hadits ahad yang meliputi hadits mursal sebagai hujjah hukum, ijma ijtihad istihsan serta qiyas. b. Al-Umm Al-Umm adalah kitab yang ditulis sendiri oleh Imam Syafi i. Kemudian diriwayatkan oleh ar-rabi. Segala yang termuat dalam kitab al-umm adalah pendapat Imam Syafi i, itulah hujjah dalam mazhabnya.kitab ini berisi hasil-hasil ijtihad Imam Syafi i yang telah dikodifikasikan dalam bentuk dan jilid-jilid yang membahas masalah Thaharah, Ibadah, Amaliah sampai pada masalah peradilan seperti Jinayah, Muamalah, Munakahat dan lainnya. c. Ikhtilaf al-hadits Disebut Ikhtilaf al-hadits karena di dalamnya mengungkapkan perbedaan para ulama dalam persepsinya tentang hadits mulai dari sanad sampai perawi yang dapat dipegang termasuk analisanya tentang hadits yang menurutnya dapat dipegang sebagai hujjah. d. Musnad Di dalam kitab Musnad isinya hampir sama dengan yang ada dalam kitab Ikhtilaf al-hadits, kitab ini juga memaparkan persoalan hadits, hanya saja terkesan bahwa yang ada dalam kitab ini adalah

hadits yang dipergunakan Imam Syafi i khususnya yang berkaitan dengan fiqh kitab al-umm, di mana dari segi sanadnya telah dijelaskan secara jelas dan rinci. Referensi : http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptia in-gdl-s1-2006-mohammadar-1591-bab3_219-2.pdf