COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa komunikasi.interaksi sesame manusia, baik secara perorangan,

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti hitam-putih, kayamiskin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Homo berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. menyalahi norma yang berlaku. Seolah menjadi suatu aib bagi mereka yang

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk hidup damai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN. justru laris manis di pasaran meskipun main kucing-kuicingan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

BABI. PEJ'oil>AHULUAN. Fenomena homoseksual memang menarik untuk diteliti. Fenomena itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham. Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu akan berubah juga. Dampaknya dapat dirasakan akibat perubahan

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

Seks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan

PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

HUBUNGAN LAMA PERAWATAN PASIEN DENGAN MOTIVASI KEBUTUHAN SEKSUAL LAKI-LAKI USIA TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

2015 REKONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN KAUM WARIA DI KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:

Transkripsi:

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100 040 075 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Seorang individu akan memerlukan orang lain dalam menghabiskan sebagian besar masa hidupnya dengan berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, individu harus memperhatikan tuntutan dan harapan sosial terhadap perilaku yang ia lakukan di lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Seorang individu harus membuat suatu kesepakatan atau kompromi antara kebutuhan atau keinginan dirinya dengan tuntutan dan harapan sosial yang ada sehingga seorang individu dapat merasakan kepuasan dalam hidupnya, hal ini dapat dilakukan dengan cara bila seorang individu ingin diterima dalam suatu masyarakat, maka dia harus bertingkah laku seperti yang masyarakat lakukan tempat tersebut. Dengan kata lain, individu dituntut untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosialnya. Hubungan yang terjadi antar individu tersebut dapat berupa hubungan pertemanan, persahabatan, persaudaraan atau bahkan hubungan yang mengarah pada suatu hubungan khusus yang bersifat pribadi. Pada umumnya, hubungan yang khusus dan bersifat pribadi ini atau lebih dikenal dengan istilah pacaran dapat terjadi di antara individu yang berjenis kelamin laki-laki dengan individu yang berjenis kelamin perempuan. Hubungan ini biasanya bertujuan untuk lebih mengenal antara satu sama lain hingga akan tercapai suatu kesamaan tujuan yang membuat dua individu dapat bersatu dalam suatu ikatan yang disebut dengan ikatan pernikahan. Akan tetapi kenyataan yang saat ini berkembang di kalangan masyarakat umum sangat bertentangan

dengan apa yang selama ini diketahui. Definisi pacaran adalah hubungan antara lakilaki dengan perempuan, dan anggapan itu saat ini sudah luntur, karena realita yang ada dihadapkan pada suatu kenyataan yang menyebutkan bahwa hubungan yang khusus dan bersifat pribadi tersebut kini bukan hanya terjadi antara laki-laki dengan perempuan saja, tetapi terjadi juga antara laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan yang disebut sebagai kaum homoseks. Keberadaan kaum homoseks merupakan suatu fenomena sosial yang saat ini ada di sekitar masyarakat Indonesia pada umumnya. Homoseksual adalah seseorang yang memilih relasi seks pada jenis kelamin yang sama, seorang laki-laki akan memilih lakilaki sebagai pasangan dalam relasi seksualnya, begitu pula dengan perempuan memilih perempuan sebagai relasi seksnya. Keberadaan mereka tidak dapat dipungkiri dan menjadi semakin tajam karena ada keterbukaan dalam mengungkap jati diri mengenai siapa mereka sebenarnya. Hubungan yang terjadi pada kaum homoseksual adalah sebuah hubungan yang bersifat erotis dan mengacu pada perilaku seksual. Sebuah riset penelitian pada sebuah institut di Amsterdam, Nederlands Institute of Neuroscience mengenai seksualitas dan biologi. Diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan biologis antara kaum homoseksual dan heteroseksual. Semisal pada anatomi otaknya ( Swaab, 1990 ; Le-Vay, 1991) dan ekspresi genetik dan metabolik di dalam tubuh mereka. Dalam hal ini, pria homoseks dikenal dengan sebutan gay, dan wanita homoseks dikenal dengan sebutan lesbi. Untuk saat ini, kaum gay-lah yang banyak disoroti oleh masyarakat karena perilaku kaum gay terlihat sangat tidak wajar dibandingkan perilaku kaum lesbi. Orang akan menilai wajar apabila melihat dua orang wanita yang saling bergandengan mesra bahkan bila melihat sepasang wanita saling

berciuman pipi di tempat umum. Perilaku tersebut akan dinilai lain apabila dilakukan oleh sepasang laki-laki, orang awam akan merasa risih atau heran dengan perilaku mereka, bahkan tak jarang hal ini akan menjadi buah bibir dan bahan cemoohan bagi masyarakat kebanyakan. Meskipun begitu, nampaknya kaum homoseks tidak lagi malumalu dalam mengakui jati diri mereka, hal ini terbukti dengan berdirinya Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) pada tanggal 1 Agustus 1987, oleh Dede Oetomo beserta pasangannya Rudy Mustapha. KKLGN menjadi suatu organisasi gay dan lesbi yang bertujuan utama agar kaum gay, lesbi, dan waria dapat diterima sebagai kelompok yang hak dan kewajibannya sama dengan kaum heteroseksual di masyarakat Indonesia. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum homoseks khususnya kaum gay di Indonesia adalah mengenai keberadaannya yang masih terasa asing di lingkungan masyarakat umum. Kebanyakan dari masyarakat akan menganggap bahwa gay adalah suatu aib yang memalukan keluarga dan anggapan bahwa kaum gay adalah kaum yang menyebabkan munculnya penyakit AIDS. Namun kenyataannya, sampai saat ini kaum gay tetap berjuang menunjukkan eksistensi dirinya serta melawan diskriminasi sosial yang terus-menerus muncul di sekitarnya. Kaum gay banyak dijumpai di kota-kota metropolitan seperti Surabaya, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Palembang, Batam dan Bali. Menurut sebuah riset penelitian di Universitas Wangsa Manggala mengenai keberadaan kaum gay pada berbagai kota, komunitas gay paling banyak dapat dijumpai di Jakarta dan peringkat kedua komunitas gay banyak dijumpai di Yogyakarta. Di dalam setiap kota, terdapat komunitas yang khusus didirikan oleh dan untuk para gay. Walaupun berbeda nama komunitas, tiap-tiap komunitas dalam setiap kota tetap saling berhubungan dan bertukar

informasi mengenai perkembangan fenomena gay pada daerahnya masing-masing ( Fahry, dalam Bulletin GAYa Nusantara, 1999). Yogyakarta merupakan kota yang menduduki peringkat kedua dalam hal banyaknya komunitas gay yang terdapat di sana. Di sisi lain Yogyakarta adalah merupakan suatu kota yang sangat kental akan budaya Jawa dan sangat menjunjung tinggi adat istiadat, di mana dalam budaya Jawa sendiri apa yang dilakukan oleh kaum gay merupakan suatu perilaku yang sangat tabu dan bertentangan dengan adat dan kebiasaan serta norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. Namun kenyataannya, seperti yang dapat dilihat sekarang komunitas gay yang berada di sini cenderung dapat mengekspresikan keabnormalan mereka dalam suatu wadah yang makin lama makin besar. Para gay mendapatkan kebebasan dalam menentukan apa yang akan mereka lakukan demi mempertahankan eksistensi komunitas mereka. Mereka memerlukan suatu strategi yang dapat mereka terapkan agar keberadaan mereka dapat diterima oleh masyarakat Yogyakarta yang notabene termasuk masyarakat yang sangat menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat. Sampai tahun 1999, kehidupan para gay di Yogyakarta masih sangat tertutup dan tabu oleh masyarakat, akan tetapi saat ini fenomena adanya kaum gay di Yogyakarta makin menjamur. Atmosfer kota Yogyakarta sangat mendukung meluasnya keberadaan para gay. Hal ini disebabkan karena masyarakat Yogyakarta saat ini banyak didominasi oleh warga pendatang atau mahasiswa yang berasal dari bermacam-macam daerah di Indonesia bahkan dari Negara lain, sehingga dapat dikatakan bahwa Yogyakarta merupakan suatu bentuk Indonesia mini karena di dalamnya terdapat berbagai macam model dan jenis orang di mana mereka berasal dari latar belakang dan

adat istiadat serta kebisaan yamg berbeda. Banyaknya orang dari berbagai daerah tersebut, maka di Yogyakarta banyak terdapat tempat kos dan klub malam. Kedua tempat tersebut dapat menjadi awal dari perkembangan dan meluasnya fenomena gay di Yogyakarta. Karena suatu komunitas gay dapat melakukan acara berkumpul bersama bahkan mengadakan arisan di tempat seperti itu (Hidayat, 2008, dikutip secara on-line dari Cerita Gay dari Yogyakarta). Sebenarnya komunitas para gay di Yogyakarta sudah ada sejak tahun 1985 di mana kaum gay di Yogyakarta mendirikan Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) dan mendeklarasikan bahwa di bulan maret adalah merupakan bulan solidaritas lesbian dan gay Indonesia, dan pendeklarasian itu dilakukan oleh Indonesian Gay Society (IGS) dan Lembaga Indonesian Perancis (Bunch, 2007, dikutip secara online dari Pesta Gay). Berbeda dengan kaum waria yang keberadaannya sudah diakui dan diterima oleh masyarakat serta mereka telah bebas menunjukkan jati dirinya, kaum gay merasa di satu sisi mereka belum mendapat tempat di dalam masyarakat. Belum adanya penerimaan dari masyarakat tersebut membuat kaum gay cenderung tertutup. Kebanyakan dari mereka hidup dalam kepura-puraan agar dapat dianggap normal. Kaum gay dianggap bertentangan dengan konsep ketimuran pada budaya Indonesia dan kehidupan yang agamis, di mana semuanya itu menjadi halangan para kaum gay untuk bersosialisasi dan bergaul dengan masyarakat. Gay sangat identik dengan dosa, penyakit, serta kelainan jiwa. Hal inilah yang membuat kaum gay merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat, di mana telah muncul anggapan bahwa kaum gay adalah kaum yang memiliki sisi negatif, dan hal ini membuat mereka semakin menutup diri (Fahry dalam Bulletin GAYa Nusantara, 1999). Ada gay yang lebih terbuka dalam pengungkapan jati dirinya di depan masyarakat umum. Pada awalnya, mereka akan

mulai terbuka dengan orang terdekatnya terlebih dahulu sebelum dengan masyarakat di sekitarnya. Respon yang biasanya didapat oleh para gay dapat berupa penerimaan atas keadaan dirinya ataupun juga berupa ejekan dari orang-orang yang belum bisa menerima keadaan mereka sebagai seorang gay (Bunch, 2007, dikutip secara on-line dari Pesta Gay). Untuk itulah kaum gay memiliki tantangan yang berat dalam proses penyesuaian dirinya dengan lingkungan, khususnya dalam lingkungan masyarakat Yogyakarta. Penyesuaian diri merupakan aspek yang penting dalam kehidupan individu maupun kehidupan sosial. Dalam psikologi, penyesuaian diri tersebut biasa disebut dengan strategi coping. Strategi coping adalah suatu proses atau cara untuk mengelola dan mengolah tekanan atau tuntutan baik secara eksternal maupun internal, yang terdiri dari usaha, baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk intrapsikis (Lazarus, Launier, dan Folkman dalam Taylor, 1999). Strategi coping yang merupakan respon individu terhadap tekanan yang dihadapi secara garis besar dibedakan dalam dua bentuk (Lazarus dan Folkman dalam Smeet, 1994) yaitu Problem Focused Coping (PFC) dan Emotional Focused Coping (EFC). Dimana Problem Focused Coping (PFC) adalah stategi yang dilakukan oleh individu dengan cara menghadapinya secara langsung sumber penyebab masalah, sedangkan Emotional Focused Coping (EFC) adalah strategi yang dilakukan individu untuk menghadapi masalah yang lebih berorientasi pada emosi individu yang disebabkan dari tekanan-tekanan yang muncul dari lingkungan sosialnya, dalam hal ini tekanan muncul dari masyarakat Yogyakarta yang sangat kental dengan adat ketimuran. Masyarakat Yogyakarta pada umumnya, saat ini dihadapkan dengan makin meluasnya fenomena gay di kota Yogyakarta.

Dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat masalah tentang strategi coping pada kaum gay dengan rumusan masalah : Bagaimana Coping kaum gay dalam penyesuaian sosial masyarakat di Yogyakarta? B. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk memahami bentuk-bentuk strategi coping yang dilakukan oleh kaum gay dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial masyarakat di Yogyakarta. C. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi kaum gay dalam komunitas Vesta, sebagai informasi dan gambaran bagaimana bentuk perilaku coping yang dapat membantu dalam proses penyesuaian sosial terhadap lingkungan masyarakat. 2. Bagi masyarakat Yogyakarta, sebagai informasi dan gambaran mengenai kondisi para gay sehingga diharapkan mereka tidak memberikan stereotip pada keberadaan kaum gay yang ada di sekitar mereka. 3. Bagi Fakultas Psikologi, khususnya psikologi sosial. Sebagai informasi bahwa kaum gay membutuhkan strategi coping agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya sehingga mereka dapat diterima dengan keadaan diri mereka. 4. Bagi Imuwan Psikologi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk melakukan analisa dalam penelitian yang akan datang pada

bidang yang ada kaitannya dengan penelitian ini, yaitu coping kaum gay dalam penyesuaian sosial masyarakat di Yogyakarta. 5. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian pada bidang yang ada kaitannya dengan coping yang dilakukan oleh kaum gay dalam penyesuaian sosial masyarakat di Yogyakarta.