I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan di suatu daerah merupakan tanggung jawab pemerintah dan

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Ketahanan Pangan Masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang wilayah dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN. ekonomi menggambarkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi riil yang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengolah sumber kekayaan alam tersebut, sehingga bermanfaat bagi ketahanan pangan masyarakat. Menurut Undang undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, dijelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai bahan makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman (Suryana, 2003). Pangan merupakan kebutuhan hidup

2 terpenting bagi manusia setelah udara dan air. Oleh karenanya ketahanan pangan individu, rumah tangga dan komunitas merupakan hak azasi manusia. Memasuki tahun 2013 kekhawatiran semakin parahnya krisis pangan menghantui sebagian besar negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB mengingatkan krisis pangan seperti yang terjadi pada 2007/2008 bisa berulang pada tahun 2013. Untuk mencegah krisis pangan di Indonesia, ketahanan pangan mutlak diperkuat. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, 2012). Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan. Purwantini, Rachman, dan Marisa (2007) mengemukakan bahwa ketahanan pangan mencakup tingkat rumah tangga dan tingkat nasional/ regional. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara regional status pangan wilayah atau propinsi dapat tergolong tahan pangan. Namun demikian masih dapat ditemukan rumah tangga yang tergolong rawan pangan cukup tinggi di daerah kasus. Sasaran Pembangunan Pangan di Indonesia antara lain adalah terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan di tingkat rumahtangga dimaksudkan dengan kemampuan sebuah keluarga untuk cukup tahan dalam hal pangan untuk menjamin kecukupan makanan bagi seluruh anggota keluarga. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan hasil kerja dari suatu sistem yang saling berinteraksi, yaitu subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi. Apabila ketiga subsistem tersebut tidak tercapai, maka ketahanan pangan tidak mungkin terbangun dan akibatnya menimbulkan kerawanan pangan (Suryana, 2003). Rawan pangan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang cukup

3 dan sesuai untuk hidup sehat dan beraktifitas dengan baik. Masalah rawan pangan masih menjadi ancaman bagi ketahanan pangan Indonesia. Walaupun selama periode 2002 2005 proporsi rumah tangga rawan pangan dan sangat rawan pangan mengalami penurunan, namun pada tahun setelah 2005, proporsi rumah tangga rawan pangan masih cukup tinggi, sekitar 25% di kota dan 37 % di desa (Badan Ketahanan Pangan, 2006). Menurut Ariningsih dan Handewi (2008) proporsi rumahtangga rawan pangan di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Hal tersebut disebabkan karena daerah pedesaan mengalami keterbatasan pengembangan infrastruktur (fisik dan kelembagaan) dan kebijakan pembangunan bias pada daerah perkotaan, khususnya untuk sektor industri, perdagangan dan jasa (Sayogyo, 2002) selain itu, rumah tangga di pedesaan masih berbasis di sektor pertanian. UNDP China (2001) menyebutkan bahwa penyebab terjadinya rawan pangan pada rumah tangga pertanian sangat kompleks, antara lain situasi sosial politik pertanian dan petaninya, rendahnya luas lahan pertanian produktif per kapita, rendahnya produktivitas dan kesuburan lahan, anomali iklim, rendahnya teknik pertanian modern yang berdampak pada rendahnya produksi pangan serta rendahnya daya beli rumah tangga akibat terbatasnya pendapatan dari off farm. Walaupun demikian, permasalahan utama terjadinya kerawanan pangan yang sering muncul adalah terbatasnya pendapatan masyarakat. Gambaran daerah rawan dan tahan pangan tervisualisasikan dalam peta ketahanan dan kerentanan pangan. Dalam peta ketahanan dan kerentanan pangan Kota Bandar Lampung, terdapat pembagian ketahanan pangan berdasar prioritasnya. Prioritas 1 merupakan prioritas

4 utama yang menggambarkan tingkat kerentanan yang paling tinggi sedangkan prioritas 6 merupakan prioritas yang relatif lebih tahan pangan. Dengan kata lain, wilayah prioritas 1 memiliki tingkat resiko kerawanan pangan yang lebih besar dibanding wilayah lainnya, sehingga memerlukan perhatian segera. Pada Gambar 1. terlihat bahwa dari 13 Kecamatan yang ada, menunjukkan daerah yang terindikasi prioritas 1 sampai 6. Desa rentan terhadap pangan prioritas 1 di wilayah Teluk Betung Barat, Kecamatan Tanjung Karang Barat dan Kedaton. Desa rentan prioritas 2 terdapat di wilayah kecamatan Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara dan Kemiling. Sedangkan desa rentan prioritas 3 terdapat di wilayah kecamatan Teluk betung Barat, Teluk Betung Selatan, Panjang, Tanjung Karang Timur, Teluk Betung Utara, Tanjung Karang Pusat, Kedaton dan Rajabasa. Gambar 1. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kota Bandar Lampung tahun 2012. Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota Bandar Lampung, 2012 Berdasarkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kota Bandar Lampung tersebut, dari 98 desa yang ada di Kota Bandar Lampung didapatkan 5 desa (prioritas 1), 8 desa(prioritas 2) dan 47 desa (prioritas 3), 8 desa ( prioritas 4), 6 desa (prioritas

5 5) dan 24 desa (prioritas 6). Desa rentan terhadap kerawanan pangan prioritas 1 terdapat di wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat (2 desa), Kecamatan Tanjung Karang Barat (1 desa), Kecamatan Kemiling (1 desa) dan Kecamatan Kedaton (1 desa). Desa yang rentan terhadap kerawanan pangan dan termasuk kategori 1 secara umum disebabkan oleh: (1) penduduk miskin, (2) kematian balita dan ibu saat melahirkan, (3) rumah tangga tanpa akses listrik (Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota Bandar Lampung, 2012). Pada Lampiran 1 dijelaskan bahwa indikator ketahanan pangan yang digunakan untuk menentukan daerah prioritas 1 sampai dengan 6 dijelaskan bahwa tiap- tiap subsistem menunjukkan standarisasi untuk menjelaskan suatu keadaan. Alasan penyebab terjadinya kerentanan pangan di prioritas 1 yaitu kemiskinan dan rumah tangga tanpa akses listrik termasuk dalam subsistem akses pangan (distribusi). Data pendukung tentang kemiskinan yang terdapat di wilayah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. yaitu :

6 Tabel 1. Data penduduk miskin Kota Bandar Lampung 2012 No Kecamatan Jml Keluarga KK Pra Sejahtera KK Sejahtera I KK Miskin (Total) Jumlah 223.490 62.343 54.584 116.927 Ket ;Persentase miskin ; 20% = tahan, 20%-40 % = rentan 40 % bobot =rawan Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota Bandar Lampung, 2012 % Miskin 1 Teluk Betung Barat 15.784 5.020 3.306 8.326 53 2 Teluk Betung Selatan 22.646 9.161 5.664 14.825 65 3 Panjang 16.056 5.066 3.241 8.307 52 4 Tanjung Karang Timur 23.625 6.782 5.440 12.222 52 5 Teluk Betung Utara 15.397 4.466 3.302 7.768 50 6 Tanjung Karang Pusat 20.421 4.697 7.107 11.804 58 7 Tanjung Karang Barat 15.586 5.311 2.655 7.966 51 8 Kemiling 19.436 4.267 5.358 9.625 50 9 Kedaton 21.492 4.517 7.125 11.642 54 10 Rajabasa 10.164 2.136 1.799 3.935 39 11 Tanjung Senang 9.261 922 2.146 3.068 33 12 Sukarame 17.929 4.644 4.140 8.784 49 13 Sukabumi 15.693 5.354 3.301 8.655 55 Tabel 1. menjelaskan bahwa jumlah rumah tangga miskin dengan persentase kurang dari 20% menunjukkan adanya ketahanan, kisaran persentase 20-40% masih dalam posisi tengah menunjukkan keadaan rentan terhadap ketahanan pangan dan persentase diatas 40% menunjukkan kerawanan. Pada Tabel 1. menjelaskan pula bahwa hanya 2 Kecamatan saja di Kota Bandar Lampung yang menunjukkan rentan kemiskinan yaitu Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Senang dan 11 Kecamatan lainnya termasuk 3 daerah prioritas 1 (Kecamatan Kemiling, Teluk Betung Barat dan Kedaton) merupakan daerah yang mempunyai persentase jumlah penduduk miskinnya > 40% yaitu rawan terhadap terjadinya ketahanan pangan. Lebih rinci lagi dikaji dari jumlah kepala keluarga menurut status pekerjaannya yang terdapat di Kota Bandar Lampung padatabel 2.

7 Tabel 2. Tabel jumlah kepala keluarga menurut status pekerjaannya No Kecamatan Jml KK menurut status % Jumlah yg pekerjaannya tidak bekerja Bekerja Tidak Bekerja 1 Teluk Betung Barat 11.593 4.191 27 2 Teluk Betung Selatan 19.835 2.811 12 3 Panjang 13.058 2.998 19 4 Tanjung karang Timur 19.461 4.164 18 5 Teluk Betung Utara 11.679 3.718 24 6 Tanjung Karang Pusat 16.066 4.355 21 7 Tanjung Karang Barat 11.627 3.959 25 8 Kemiling 18.713 723 4 9 Kedaton 21.155 337 2 10 Rajabasa 9.971 193 2 11 Tanjung Senang 8.968 293 3 12 Sukarame 15.460 2.469 14 13 Sukabumi 11.928 3.767 24 Sumber : Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung, 2012 Tabel 2. terlihat bahwa Kecamatan Teluk Betung Barat memiliki persentase yang paling tinggi untuk masalah jumlah kepala keluarga yang tidak bekerja. Kisaran nilai kepala keluarga yang tidak bekerja sebesar 27 %. sedangkan pada Kecamatan Kemiling dan Kedaton hanya memiliki persentase kurang dari 5 % untuk kepala keluarga yang tidak bekerja. Hal tersebut tidak memastikan bahwa daerah tersebut tahan terhadap ketahanan pangan karena ada dari pada daerah tersebut jumlah rumahtangga miskinnya termasuk tinggi. Alderman dan Gracia (1993) menerangkan bahwa terdapat 9 indikator kemiskinan yaitu : (1) pengeluaran per kapita; (2) pendapatan per kapita; (3) pendapatan ditambah transfer per kapita; (4) pengeluaran ekivalen dewasa; (5) pengeluaran pangan per kapita; (6) konsumsi kalori per kapita; (7) penguasaan lahan nol; (8) prediksi pendapatan per kapita; (9) pangsa pengeluaran untuk pangan. Hal ini selaras dengan pernyataan Dewan Ketahanan Pangan (2011)

8 yang menyatakan bahwa banyaknya jumlah penduduk miskin mengindikasikan kecilnya pendapatan penduduk. Lebih lanjut, dijelaskan pada Tabel 3 dampak dari kemiskinan timbulnya masalah masalah kesejahteraan sosial seperti anak terlantar, gelandangan/ pengemis dan fakir miskin yang terdapat di Kota Bandar Lampung. Pada Tabel 3 menerangkan bahwa jumlah fakir miskin penyandang masalah kesejahteraan sosial tertinggi terdapat di Kecamatan Teluk Betung Barat dengan jumlah anak terlantar 114 orang, jumlah gelandangan/ pengemisnya 25 orang dan jumlah fakir miskinnya 1249 orang. Kecamatan Kemiling juga memiliki jumlah yang termasuk tinggi untuk masalah anak terlantar dan fakir miskin yaitu 102 orang dan 54 orang, sedangkan untuk masalah gelandangan/ pengemis hanya terdapat 1 orang saja yang terdapat di Kecamatan tersebut. Pada Kecamatan Kedaton, jumlah fakir miskinnya 399 orang, anak terlantar hanya 34 orang dan jumlah pengemis / gelandangannya hanya 2 orang saja.

9 Tabel 3. Banyaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial menurut Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2012 No Kecamatan Anak terlantar (org) Masalah kesejahteraan Sosial Gelandangan/ Pengemis (org) Fakir Miskin (org) 1 Teluk Betung Barat 114 25 1249 2 Teluk Betung Selatan 68 22 1170 3 Panjang 66 10 658 4 Tanjung Karang Timur 33 4 481 5 Teluk Betung Utara 84 9 599 6 Tanjung Karang Pusat 36 4 576 7 Tanjung Karang Barat 34 2 446 8 Kemiling 102 1 540 9 Kedaton 34 2 399 10 Rajabasa 20 2 389 11 Tanjung Senang 3 1 238 12 Sukarame - 8 316 13 Sukabumi 20 28 232 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2012 Data Rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat Berdasarkan golongan pengeluaran penduduk rata-rata per kapita, setiap bulannya penduduk dengan pengeluaran per kapita yang rendah yaitu kurang dari Rp. 500.000,- per kapita per bulan ternyata memiliki persentase pengeluaran untuk pangan yang lebih tnggi dibandingkan dengan penduduk yang memiliki pengeluaran per kapita lebih besar dari Rp. 500.000,-. Dewan Ketahanan Pangan (2011) pula mengemukakan bahwa persentase penduduk miskin dapat disebabkan oleh : (a) adanya perbedaan tingkat pendidikan penduduk, (b) sebagian mata pencaharian penduduknya adalah buruh tani atau mengelola lahan dengan luasan sangat kecil dan (c) terbatasnya fasilitas, sarana dan prasarana transportasi, komunikasi dan kesehatan.

10 Subsistem selanjutnya adalah pemanfaatan konsumsi. Masalah konsumsi bukanlah masalah sederhana dan dapat diatasi dengan sesaat saja karena berkaitan dengan ketahanan pangan. Terjadinya rawan pangan dan gizi buruk di beberapa daerah dapat ditunjukkan dengan kematian ibu dan balita saat melahirkan. Subsistem terakhir adalah ketersediaan pangan. Seperti yang kita ketahui bahwa Kota Bandar Lampung adalah kota merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan. Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung, sehingga dalam penyediaan akan kebutuhan serelia tidak mencukupi jika diproduksi sendiri. Hal ini dapat terlihat dari lahan pertanian yang terbatas seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4. Penggunaan lahan pertanian menurut Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun 2011 (ha) Sawah Tanah Kering No Kecamatan Sawah Sawah Tidak Pekarangan Tidak di Irigasi Tadah hujan Diusahakakan Kebun Usaha- 1 Teluk Betung Barat - 1-54 510 250 2 Teluk Betung Selatan - - - 270-5 3 Panjang - 15-160 210 65 4 Tanjung karang Timur - 66-217 120 15 5 Teluk Betung Utara 27 - - 15-53 6 Tanjung Karang Pusat - 1-4 - 10 7 Tanjung Karang Barat - 23-38 200 15 8 Kemiling - 24-80 434 20 9 Kedaton - 9-75 50-10 Rajabasa 385 187-22 188 30 11 Tanjung Senang - 117-235 365-12 Sukarame - 85-660 60 84 13 Sukabumi - 43-79 35 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2012 Teluk Betung Barat mempunyai lahan sawah 1 ha, begitu pun daerah lainnya sangat sedikit sekali peruntukan untuk lahan sawah, hanya Rajabasa saja yang memiliki

11 lahan sawah yang cukup luas sehingga perolehan beras dipastikan tidak mencukupi dan pemenuhan bisa didapat dengan langkah perdagangan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota Bandar Lampung (2012) yang menyatakan salah satu aspek ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan menjelaskan bahwa tersedianya pangan secara fisik di suatu daerah diperoleh dari hasil produksi domestik, perdagangan maupun bantuan pangan. Tabel 4 dijelaskan juga bahwa pemanfaatan lahan sekecil apapun dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan seperti menanam sayuran merupakan akses dalam memanfaatkan lahan tidur di perkotaan. Akan tetapi implementasi pemanfaatan lahan pekarangan di lapangan kurang dilaksanakan sehingga akses ketersediaan pangan untuk tiap rumah tangga kurang pula. Daya dukung alam untuk menghasilkan produk pangan yang cenderung terus berkurang dan rentan terhadap berbagai macam perubahan, senantiasa mengancam masyarakat ke arah kekurangan panngan. Oleh karena itu penanganan secara serius dan komprehensif terhadap daerah daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan sangat diperlukan. Penanganan yang terlambat akan memicu terjadinya kerawanan pangan yang berkepanjangan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan : 1) Bagaimanakah tingkat ketahanan pangan rumah tangga yang terdapat di daerah rawan pangan Kota Bandar Lampung

12 2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga di daerah rawan pangan Kota Bandar Lampung. 3) Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengurangi rawan pangan di Kota Bandar Lampung B. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan : 1) Mengkaji tingkat ketahanan pangan rumah tangga di daerah rawan pangan Kota Bandar Lampung. 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga Kota Bandar Lampung. 3) Mengetahui upaya yang dilakukakan untuk mengurangi rawan pangan di Kota Bandar Lampung. C. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1) Sebagai bahan informasi dan masukan bagi rumah tangga dalam meningkatkan ketahanan pangan. 2) Dinas terkait sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan program perbaikan pangan dan gizi masyarakat. 3) Sebagai bahan pembanding atau pustaka untuk penelitian sejenis.