BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI STUDI

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB II TINJAUAN UMUM

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III TINJAUAN LOKASI

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV KONDISI UMUM TAPAK

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

ANALISIS LAHAN KRITIS KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Helmi Setia Ritma Pamungkas, dan Muhammad Agus Karmadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

BAB II TINJAUAN UMUM

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI PROGRAM PENATAAN TAMAN DAN PENGHIJAUAN KOTA DALAM RENCANA STRATEGIS KOTA BOGOR TESIS

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

24 BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR 4.1 Profil Wilayah Kota Bogor Kota Bogor secara geografis terletak pada 106 o 48 Bujur Timur dan 6 o 36 Lintang Selatan dengan jarak ± 56 km dari ibukota Jakarta. Wilayah administrasi Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan, dengan luas wilayah keseluruhan 11.850 Ha. Secara administratif, wilayah Kota Bogor berbatasan langsung dengan Utara Barat Selatan : Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. : Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. : Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Timur : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Tabel 4.1 Luas wilayah administratif Kota Bogor menurut kecamatan No Kecamatan Luas (Ha) % 1 Bogor Utara 1,772 14,95 2 Bogor Barat 3,285 27,72 3 Bogor Timur 1,015 8,57 4 Bogor Selatan 3,081 26,00 5 Bogor Tengah 812 6,86 6 Tanah Sereal 1,884 15,90 Jumlah 11,85 100,00 Sumber : Bappeda Kota Bogor, Tahun 2008 4.2 Kondisi Fisik Lingkungan 4.2.1 Topografi dan Kelerengan Aspek topografi wilayah Kota Bogor pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit (antara 100 mdpl sampai dengan >300 mdpl). Kemiringan lereng di Kota Bogor sebagian besar berada pada klasifikasi datar dan landai (15 persen)

25 seluas 9.855,21 Ha atau 83,17 persen dan seluas 1.109,89 Ha atau sekitar 9,35 persen berada pada klasifikasi lahan agak curam (15-25 persen). Lahan yang berada pada klasifikasi curam dan sangat curam (25 persen) hanya seluas 884,9 Ha atau sekitar 7,45 persen. Kondisi topografi dan kemiringan lereng tersebut menjadikan Kota Bogor memiliki variasi pola/tema pengembangan dalam pemanfaatan ruangnya, pada beberapa lokasi memiliki pemandangan (view) yang indah (ke arah Gunung Salak dan Gunung Pangrango) dan udara yang sejuk. Kondisi topografi dan kemiringan lereng ini menjadi potensi dalam pengembangan Kota Bogor. 4.2.2 Iklim Pada tahun 2011, suhu rata-rata Kota Bogor dalam satu tahun adalah 25,7 ⁰ C. Sedangkan untuk rata-rata kelembaban udara Kota Bogor dalam satu tahun adalah 80 persen. Berikut grafik data suhu dan kelembaban udara dalam tahun 2011. Suhu Udara (⁰C) 26,5 26,0 25,5 25,0 24,5 J F M A M J J A S O N D Bulan Suhu Rata Rata Gambar 4.1 Suhu udara Kota Bogor pada tahun 2011 (Sumber: BMKG Darmaga, Bogor) 90 85 RH (%) 80 75 70 Kelembaba n Rata Rata 65 J F M A M J J A S O N D Bulan Gambar 4.2 Kelembaban udara Kota Bogor pada tahun 2011 (Sumber: BMKG Darmaga Bogor)

26 4.2.3 Geologi Struktur geologi Kota Bogor terdiri dari aliran andesit, kipas aluvial, endapan, tufa, dan lanau breksi tufan dan capili. Secara umum, Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Salak dan Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil pelapukan endapan, yang tentunya baik untuk vegetasi. 4.2.4 Penduduk Jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2007 adalah 905.132 jiwa dengan luas wilayah 118,50 km 2 atau 11.850 Ha kepadatan penduduk Kota Bogor tahun 2007 adalah 7.638 jiwa/ km 2 atau 76,38 jiwa/ha. Kepadatan ini merupakan kepadatan bruto dimana luas wilayah yang dihitung adalah seluruh wilayah Kota Bogor baik kawasan terbangun maupun yang non terbangun. Tabel 4.2 Jumlah dan persebaran penduduk Kota Bogor menurut kecamatan No Kecamatan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Bogor Selatan 154,622 160,077 163,3 166,75 170,91 176,094 2 Bogor Timur 80,747 83,924 83,978 86,978 89,237 91,609 3 Bogor Utara 138,37 144,59 148,11 149,58 153,84 161,562 4 Bogor Tengah 95,69 99,79 101,16 103,18 106,08 109,039 5 Bogor Barat 175,342 181,995 189,15 193,42 195,81 198,296 6 Tanah Sereal 144,652 150,401 150,69 155,19 163,27 168,532 KOTA BOGOR 789,42 820,71 836,3 855,1 879,1 905,13 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2000-2007, tahun 2001-2008 4.2.5 Penggunaan Lahan Dari segi penggunaan lahan, luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua ) bagian, yaitu: Kawasan Terbangun dengan luas total sebesar 4.411,86 Ha atau sekitar 37,23 persen dari luas total Kota Bogor, yang berupa lahan perdagangan, permukiman, perumahan terencana, komplek militer, istana, industri, terminal, dan gardu. Kawasan terbangun di wilayah Kota Bogor didominasi oleh kawasan permukiman 3.135,79 Ha (26,46 persen) yang di

27 dalamnya terdapat fasilitas kesehatan, pendidikan peribadatan, serta perkantoran. Kawasan Belum Terbangun dengan luas total sebesar 7.438,14 Ha atau sekitar 62,77 persen dari luas total kota Bogor, yaitu berupa situ, sungai, kolam, RTH, tanah kosong non RTH, dan lain-lain yang tidak teridentifikasi. Kawasan belum terbangun di Kota Bogor didominasi oleh RTH seluas 6.088,58 Ha atau 51,38 persen yang didalamnya terdapat hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau SUTET, kawsan hijau, kebun raya, lahan pertanian kota, lapangan olahraga, sempadan sungai, TPU, taman kota, taman lingkungan, taman perkotaan, dan taman rekreasi. Tabel 4.3 Jenis dan intensitas penggunaan lahan di Kota Bogor tahun 2007 No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 Perdagangan 81,02 0,68 2 Permukiman : 3.135,79 26,46 a. Kesehatan b. Pendidikan c. Perkantoran d. Ibadah 3 Perumahan 1.020,08 8,61 4 Komplek Militer 73,96 0,62 5 Istana 1,17 0,01 6 Industri 92,59 0,78 7 Situ 14,4 0,12 8 Sungai 124,59 1,05 9 Kolam 81,84 0,69 10 Terminal 5,41 0,05 11 Gardu 1,84 0,02 12 RTH 6.088,58 51,38 a. Hutan Kota 57,62 0,49 b. Jalur Hijau Jalan 138,02 1,16 c. Jalur Hijau SUTET 14,36 0,12 d. Kawasan Hijau 1.963,92 16,57 e. Kebun Raya 72,12 0,61 f. Lahan Pertanian Kota 3.117,27 26,31 g. Lapangan Olahraga 151,51 1,28 h. Sempadan Sungai 181,79 1,53 i. TPU 134,64 1,14 j. Taman Kota 3,19 0,03 k. Taman Lingkungan 90,49 0,76 l. Taman Perkotaan 123,57 1,04 m. Taman Rekreasi 40,08 0,34 13 Tanah Kosong Non-RTH 984,38 8,31 14 Lain-Lain (Tidak Teridentifikasi) 144,35 1,22 Jumlah 11.850,00 100

28 4.2.6 Perekonomian Potensi sektor-sektor ekonomi dapat dilihat dari kontribusi sektor-sektor ekonomi dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor. Dari data tersebut terlihat kecenderungan meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor industri. Sektor pengangkutan dan komunikasi memperlihatkan kontribusi stabil, sedangkan sektor lainnya cenderung menurun. Kontribusi sektor industri meningkat dari 20,74 persen pada tahun 1992 menjadi 24,13 persen pada tahun 2006. Sedangkan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sebesar 28,75 pada tahun 1993 kemudian menjadi 41,08 persen. Data PDRB dari tahun 1993-2006 memperlihatkan bahwa komponen penyumbang PDRB Kota Bogor terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan presentase per tahunnya mencapai kisaran 28,75-41,08 persen terhadap PDRB. Sektor industri pengolahan menempati posisi kedua kontribusinya terhadap PDRB Kota Bogor dengan rata-rata kontribusi per tahun 20,74-24,13 persen. Dari data tersebut, maka jelas bahwa Kota Bogor memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. 4.2.7 Pola Sebaran Kegiatan Sebaran kegiatan di Kota Bogor berpusat di pusat kota. Hal ini terlihat dari dominasinya keberadaan pusat Kota Bogor (berada di wilayah Kecamatan Bogor Tengah) untuk kegiatan utama kota seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, pemerintahan, dan fasilitas transportasi, semua berada pada kawasan ini. Deliniasi pusat Kota Bogor saat ini adalah sekitar Kebun Raya yang dikelilingi oleh Jalan Pajajaran, Jalan Jalak Harupat, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Oto Iskandardinata, melebar ke jalan Surya Kencana, Jalan Kapten Muslihat, Jalan Sudirman, Jalan RE Martadinata. Pusat kota ini berperan sebagai pusat pemerintahan kota dengan adanya Balai Kota dan beberapa kantor pemerintah lainnya, Istana Bogor dan beberapa kantor pelayanan masayrakat dan kantor swasta. Kegiatan perdagangan dan jasa tidak kalah dominasinya pada kawasan ini yaitu keberadaan pasar, pusat perbelanjaan dan Factory Outlet (FO) sebagai salah satu tujuan wisata Kota Bogor dan jasa akomodasi seperti hotel dan restauran. Pusat kota ini dilengkapi

29 pula dengan fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan skala kota yang masih menjadi tujuan pelayanan masyarakat pada umumnya serta fasilitas rekreasi seperti Kebun Raya, Museum, Taman Topi, dan FO. Untuk keperluan penduduk skala kota, masyarakat Kota Bogor dan wilayah sekitarnya masih bergantung pada kawasan ini. 4.3 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bogor Tujuan penataan ruang merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan disusun berdasarkan visi dan misi kota, karakteristik wilayah (potensi, masalah, isu strategis), dan peran dan fungsi kota. Kota Bogor, dalam RPJPD (Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah) Kota Bogor 2005-20025, memiliki visi sebagai Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan yang Amanah. Visi ini berdasarkan pada kondisi Kota Bogor saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh Kota Bogor, serta hasil kesepakatan bersama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) di Kota Bogor. 4.3.1 Peran dan Fungsi Kota Bogor berada dalam wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dan secara regional mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan Provinsi DKI Jakarta khususnya dalam lingkup Kawasan Jabodetabekpunjur. Keterkaitan ini terlihat pada pola aktivitas pergerakan penduduk antara Kota Bogor dan kota-kota lainnya dalam lingkup Jabodetabekpunjur. Hal ini membentuk sistem dan struktur pelayanan kegiatan yang memerlukan penanganan dalam hal pembagian peran dan fungsi masing-masing kota di wilayah tersebut. Peran dan fungsi Kota Bogor dipengaruhi oleh potensi dan kemampuan tumbuh dan berkembangnya Jakarta sebagai ruang tempat kehidupan dan penghidupan warga kota dan sekitarnya serta arahan kebijakan penataan ruang regional seperti RTRWN, RTRW Jawa Barat, Perpes Jabodetabekpunjur dan RTRW Kabupaten Bogor sebagai wilayah tetangga.

Gambar 4.3 Peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 (Sumber: Bappeda Kota Bogor) 30

31 4.4 Lokasi dan Titik Pengambilan Data Pemilihan lokasi pengambilan data iklim mikro dilakukan pada empat land use yang berbeda yang merupakan land use yang dominan pada kawasan kota yaitu industri, CBD, perumahan, dan RTH kota. Pemilihan lokasi berdasarkan land use yang merupakan tiga kawasan terbesar di Kota Bogor dan luasan RTH-nya. Untuk pemilihan titik pengambilan data dipilih berdasarkan ketersediaan tiga struktur vegetasi yang berbeda yaitu pohon, semak, dan rumput yang memiliki kesamaan karakteristik umum pada semua land use. Berikut hasil pemilihan lokasi dan titik pengambilan data pada empat land use yang berbeda. 4.4.1 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data pada Kawasan Industri Berdasarkan peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 terdapat tiga kawasan industri terbesar yang terletak di kelurahan Cibuluh, Kebon Pedes, dan Sindang Rasa. Dapat dilihat pada Tabel 4.4, nilai dari rata-rata luas RTH dari ketiga kawasan industri tersebut sebesar 4,05 Ha. Kawasan industri pada kelurahan Sindang Rasa memiliki luas RTH sebesar 3,52 Ha merupakan luas yang paling mendekati rata-rata. Kawasan industri pada Kelurahan Sindang Rasa yaitu PT Unitex. Tabel 4.4 Pemilihan lokasi industri No Nama Kelurahan Luas Ruang Terbuka Luas Lahan Terbangun Hijau (Ha) (Ha) 1 Cibuluh 2,43 17,19 2 Kebon Pedes 6,21 15,12 3 Sindang Rasa 3,52 9,54 Rata-rata 4,05 4.4.2 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data pada Kawasan Central Bussines District (CBD) Menurut peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031, kawasan CBD terbesar berada pada kelurahan Babakan Pasar, Bantarjati, dan Baranangsiang. Dapat dilihat pada tabel 4.5, rata-rata luas RTH pada ketiga kawasan CBD adalah 6,54 Ha. Kawasan yang memiliki luas RTH-nya mendekati rata-rata tersebut adalah kawasan CBD pada Kelurahan Bantarjati yaitu sebesar 8,91 Ha sehingga pengambilan data iklim mikro diambil pada kawasan CBD Bantarjati.

32 Tabel 4.5 Pemilihan lokasi CBD No Nama Kelurahan Luas Ruang Terbuka Luas Lahan Terbangun Hijau (Ha) (Ha) 1 Babakan Pasar 0,63 13,05 2 Bantarjati 8,91 30,51 3 Baranangsiang 10,08 36,63 Rata-rata 6,54 4.4.3 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data pada Kawasan Perumahan Berdasarkan peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031, tiga kawasan perumahan terbesar terdapat di kelurahan Baranangsiang, Cibadak, dan Curug Mekar. Rata-rata luas RTH dari tiga perumahan tersebut adalah sebesar 13,71 Ha, sehingga kawasan yang dipilih adalah kawasan perumahan pada kelurahan Cibadak dengan luas RTH sebesar 12,87 Ha. Setelah dilakukan ground check, kawasan perumahan terbesar yang terdapat di Kelurahan Cibadak adalah Bukit Cimanggu City, sehingga pengambilan data iklim mikro diambil pada kawasan perumahan Bukit Cimanggu City. Tabel 4.6 Pemilihan lokasi perumahan No Nama Kelurahan Luas Ruang Terbuka Luas Lahan Hijau (Ha) Terbangun (Ha) 1 Baranangsiang 18,45 78,21 2 Cibadak 12,87 38,52 3 Curug Mekar 9,81 39,42 Rata-rata 13,71 4.4.4 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data pada Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Kota Bogor memiliki dua RTH terbesar yaitu Hutan Cifor yang terletak di Kelurahan Situ Gede dan Kebun Raya Bogor yang terletak di Kelurahan Paledang. Untuk pemilihan lokasi pengambilan data RTH berbeda dengan land use lainnya karena Kota Bogor hanya memiliki dua RTH kota terbesar, untuk itu dipilih RTH kota yang memiliki luas paling besar. Sehingga pengambilan data untuk RTH kota diambil di Kebun Raya Bogor dengan luas 72,72 Ha. Tabel 4.7 Pemilihan lokasi RTH kota No Nama Kelurahan Luas Ruang Terbuka Luas Lahan Terbangun Hijau (Ha) (Ha) 1 Situ Gede 55,17 1,80 2 Paledang 72,72 6,66

Gambar 4.4 Peta pemilihan lokasi pengambilan data 33

34 4.4.5 Pemilihan Titik Pengambilan Data pada Struktur Vegetasi Struktur vegetasi yang dipilih untuk diukur pengaruhnya terhadap iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) adalah pohon, semak, dan rumput. Ketiga struktur vegetasi tersebut memiliki karakteristik struktural yang berbeda sehingga diduga memiliki perbedaan dalam mempengaruhi iklim mikro di sekitarnya. Penentuan titik pengambilan dipilih saat turun lapang dengan menggunakan teknik purposive atau dengan adanya tujuan khusus dimana titik yang diambil merupakan tempat yang terdapat ketiga struktur vegetasi tersebut. Penentuan pemilihan setiap struktur vegetasi setiap kawasan untuk diukur iklim mikronya berdasarkan pada karakter umum karena tidak adanya jenis pohon dan semak yang sama yang berada pada tempat yang berdekatan di setiap land use. Untuk pohon dipilih yang mempunyai tinggi sedang (6-15 meter), mempunyai karakteristik daun lebar, dan mempunyai fungsi sebagai penaung. Semak dipilih yang mempunyai tinggi sedang (1-2 meter) dan mempunyai karakteristik daun lebar. Rumput yang diambil pada semua land use adalah rumput gajah (Axonopus compressus) karena jenis rumput ini sangat mudah ditemukan di semua land use. Titik pengambilan data yang dipilih adalah RTH berbentuk areal yang ada di depan pabrik (Lampiran 1). Pengukuran iklim mikro diambil pada pohon meranti kuning (Shorea macrobalanos) dengan tinggi ±6 meter, semak pangkas kuning (Duranta sp.) dengan tinggi ±1,5 meter, dan rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 4.5 Vegetasi pengambilan data industri (dari kiri Shorea macrobalanos, Duranta sp., Axonopus compressus)

35 Pengukuran iklim mikro pada kawasan CBD diambil pada pohon angsana (Pterocarpus indicus) dengan tinggi ±10 meter, semak bugenvil (Bougainvillea sp.) dengan tinggi ±1,5 meter, dan rumput gajah (Axonopus compressus). Titik pengambilan data yang dipilih adalah RTH dengan bentuk linear karena pada CBD tidak ditemukan RTH dengan bentuk areal. Peta titik pengambilan data pada kawasan CBD dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar 4.6 Vegetasi pengambilan data CBD (dari kiri Pterocarpus indicus, Bougainvillea sp., Axonopus compressus) Pengukuran iklim mikro pada kawasan perumahan diambil pada pohon kerai payung (Felicium decipiens) dengan tinggi ±6 meter, semak firebush (Hamelia patens) dengan tinggi ±1,5 meter, dan rumput gajah (Axonopus compressus). Titik pengambilan data dipilih pada taman lingkungan di tengahtengah kawasan perumahan dengan tipe RTH berbentuk areal. Peta titik pengambilan data pada kawasan perumahan dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 4.7 Vegetasi pengambilan data perumahan (dari kiri Felicium decipiens, Hamelia patens, Axonopus compressus)

36 Peta titik pengambilan data pada kawasan RTH kota dapat dilihat pada Lampiran 4. Titik pengambilan data diambil ditengah-tengah kawasan RTH kota dimana tempat tersebut terdapat tiga struktur vegetasi berupa pohon, semak, dan rumput. Pengukuran iklim mikro dilakukan pada pohon anggerit (Nauclea lanceolata) dengan tinggi ±8 meter, semak soka (Ixora sp.) dengan tinggi ±1,5 meter, dan rumput gajah (Axonopus compressus). Gambar 4.8 Vegetasi pengambilan data RTH kota (dari kiri Nauclea lanceolata, Ixora sp., Axonopus compressus)