Oleh : H. Muhtadi Irvan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH. ( Studi Situs SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban Sukoharjo) TESIS

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017

PENGEMBANGAN ASPEK KEPEMIMPINAN GURU DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS. Oleh: Dra. Aas Saomah, M.Si

harapan masyarakat. Keluhan-keluhan dalam berbagai bidang

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,

PENGARUH PANGKAT, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN POLA MANAJERIAL KEPALA SD NEGERI TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Baikitu organisasi formal maupun nonformal. Di dalam suatu. organisasi tersebut pasti selalu ada seseorang yang dianggap mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan keterampilan. masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I. 1 C. Turney. et al, The School manager (Australia: Allen and Unwin, 1992). h. 5.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat. Pembangunan dilakukan secara menyeluruh

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

TAHUN : 2006 NOMOR : 06

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

Kumpulan Soal CPNS Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan. bangsa sebagaima diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

KONSEP DASAR PROFESIONALISME PENDIDIKAN BAGIAN 1. Oleh Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. KAJIAN PUSTAKA. harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang pembelajaran. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

Kamis, 29 November 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

Pendidikan Masa Kini Mengacu Pada Sejarah Pendidikan di Indonesia

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai

KEPUTUSAN KONGRES XXI PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA Nomor : VI /KONGRES/XXI/PGRI/2013. Tentang KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. koordinasi yang tinggi. Faktor sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sebuah keharusan, untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

HAMBATAN/KENDALA YANG DIHADAPI DALAM MENERAPKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DIPERGURUAN TINGGI

SOAL CPNS PANCASILA. Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat!

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. potensi sumber daya manusia dipandang sebagai industri jasa yang mempunyai

PROFIL GURU IDEAL KUNCI KEMAJUAN KUALITAS GENERASI EMAS 2045

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

Transkripsi:

MAKALAH DISAMPAIKAN PADA SEMINAR INTERNASIONAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH IKATAN SARJANA ADMINISTRASI PENDIDIKAN INDONESIA (ISMAPI) Judul : MENGGALI MANAJEMEN PENDIDIKAN YANG EFEKTIF Oleh : H. Muhtadi Irvan Jakarta, 31 Agustus 2004

Menggali Manajemen Pendidikan yang Efektif Oleh : H. Muhtadi Irvan Pengantar Pendidikan telah dilaksanakan oleh bangsa Indonesia jauh sebelum bangsa ini merdeka. Pendidikan mengalami perkembangan yang begitu besar ditandai dengan pemahaman pendidikan yang dalam pengertian luas mempunyai pengertian kegiatan mendidik baik yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan dapat dilihat dari segi pelaksanaannya yaitu : pendidikan keluarga (informal), pendidikan persekolahan (formal), dan pendidikan non-formal (pendidikan yang dilakukan masyarakat). Dalam mengelola pendidikan diperlukan manajemen pendidikan yang efektif agar pandidikan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya. Pendidikan yang dilakukan secara formal berupa persekolahan telah mengalami perkembangan yang besar terutama mengenai tata laksana dan pemahaman tentang pendidikan dan persekolahan. Pendidikan yang berupa persekolahan semula berorientasi kepada layanan sosial (school is a social agencies) dalam arti pendidikan dilakukan dalam bentuk persekolahan baik yang diselenggarakan oleh negara maupun masyarakat merupakan layanan sosial dan mempunyai tujuan untuk mengabdi kepada kemanusiaan. Oleh karena itu pendidikan dalam pengertian ini tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi lebih berorientasi kepada layanan yang bersifat sosial sebagai contoh pendanaan pendidikan diperoleh dengan mengalang partisipasi masyarakat berupa sumbangan masyarakat yang tidak mengikat (SPP adalah sumbangan penyelenggaraan pendidikan). Secara kelembagaan pendidikan yang berupa persekolahan ini sumber pendanaannya berasal dari masyarakat dengan adanya BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan) atau sekarang disebut sebagai komite sekolah. Dalam perkembangannya pendidikan diartikan sebagai pengembangan kemanusiaan (school is a human development agencies) dalam pengertian ini pendidikan diartikan sebagai pengembangan sumber daya manusia dalam 1

penyelenggaraannya pendidikan yang berupa persekolahan itu berorientasi kepada hasil yaitu lulusan yang diharapkan bisa berkembang sesuai dengan harapan. Pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan sumber daya ini mengarah kepada pengelolaan pendidikan secara profesional. Untuk itu dalam prakteknya persekolahan dikelola secara efektif dan efisien. Profesionalisasi Pendidikan Di masa depan pendidikan diharapkan dilakukan secara profesional, pengertian profesional adalah : Pekerjaan yang dilakukan terus menerus dengan semangat dan sepenuh hati Pekerjaan yang dilakukan berdasarkan keilmuan Pekerjaan yang yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah Pekerjaan yang memiliki kode etik profesi dan pekerjaan yang mempunyai organisai profesi Pekerjaan yang mempunyai perhitungan imbal jasa. Apakah penyelenggaraan pendidikan sekarang sudah dilakukan secara profesional? Masalah-masalah pendidikan yang berjalan akhir-akhir ini ada kecenderungan mengarah pada profesionalisasi penyelenggaraan pendidikan namun masih banyak faktor-faktor permasalahan yang perlu dihadapi : 1. Filosofis Menurut Ki Hajar Dewantara dalam bukunya, pendidikan memiliki tiga tuntunan yaitu ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi suri teladan), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah memberi motivasi), dan tut wuri handayani (di belakang meberi pengaruh). Dalam perkembangannya penyelenggara pendidikan hanya mampu memberikan layanan yang bersifat tut wuri handayanai sebagai bukti dalam lambang penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berupa burung merpati hanya tertulis filsafat tut wuri handayani. 2

2. Historis Pendidikan di Indonesia mengalami pasang surut berupa pembukaan persekolahan di tanah air dalam implementasi IMPRES SD tahun 1974, hal ini bertujuan untuk pemerataan pendidikan. Dampak dari program ini adalah banyak sekolah didirikan yang pada perjalanannya kekurangan murid, banyak sekolah yang tidak efisien penyelenggaraannya dengan banyaknya sekolah SD kompleks dan tumpang tindihnya aturan dalam penyelenggaraan pendidikan. 3. Organisatoris Dengan adanya otonomi daerah pendidikan yang semula dikelola secara sentral (sentralisasi) sekarang menjadi desentralisasi hal ini banyak berpengaruh ada ketidakefisienan baik struktur maupun isi pendidikan. 4. Kebijakan Arah kebijakan pendidikan dirasa masih belum memiliki rencana induk pengembangan yang benar. Hal ini dapat diketahui dari adanya kurikulum yang mendadak ada tanpa melalui siklus kenegaraan yang jelas. Adanya pembiayaan pendidikan yang masih relatif kecil dibandingkan dengan pembiayaan pendidikan yang sedang bekambnag lainnya sehingga penyelenggaraan pendidikan kurang begitu efektif. 5. Manajerial Pendidikan Profesionalisasi pendidikan belum sepenuhnya dijalankan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia, dengan adanya peraturan pemerintah nomor 60 tentang lembaga Pendidikan Berbadan Hukum (BHP) telah merubah pengelolaan pendidikan yang berbasis pada sekolah, namun dalam perjalanannya BHP telah dicabut penyelenggaraannya oleh Mahkamah Konstitusi dalam uji konstitusi dianggap berlawanan dengan UUD. Alternatif Pemecahan 1. Bangsa ini sangat perlu kembali pada filosofi bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Segala perundangan-undangan dan kebijakan pendidikan seharusnya merujuk kepada Pancasila dan UUD 1945. Semangat membangun pendidikan yang tidak sesuai dengan filsafat bangsa ini 3

seharusnya dipertimbangkan dengan matang pelaksanaannya dengan cara mengembalikan filosofi banga ini secara utuh dan menyeluruh, tidak sepenggal-sepenggal. 2. Pengaruh pendidikan yang bersifat global seharusnya disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan bangsa ini. Mungkin pendidikan suatu bangsa tidak sama dengan pendidikan yang ada di Indonesia, namun apabila pendidikan itu sesuai dengan pranata bangsa maka tidak menutup kemungkinan penddidkan itu diadopsi dengan seleksi yang lebih terbuka. Misalnya pendidikan negara Jepang yang mengedepankan profesionalisme dan berbasis nilai-nilai luhur bagsanya, barang kali ini bisa diadopsi dengan mengubah beberapa faktor yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia. 3. Dalam penyelenggaraan pendidikan sering kali kebijkasanaan yang ditempuh hanya bersifat sementara dan tidak berlaku secara kelembagaan. Sebagai contoh adanya pembatasan kelembagaan secara ketat antara SD dan SMP serta SMA tidak sesuai dengan garis kebijakan pendidikan yang mengedepankan WAJAR (wajib belajar). 4. Kurikulum seharusnya dilaksanakan secara bersambung terus-menerus atau memakai pendekatan siklus kenegaraan yaitu : adanya pemilihan umum anggota DPR terpilih, mereka merumuskan kepentingan bangsa ini lima tahun ke depan. Berbarengan dengan itu pemilihan presiden, presiden terpilih membentuk kabinet, mereka menyelenggarakan pembangunan berbangsa ini sesuai dengan kebijakan yang diambil oleh lembaga legislatif. Semua menteri dalam kabinet menjalankan amanat bangsa sesuai dengan kebijakan yang telah dirumuskan dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Menteri dan jajarannya merumuskan kurikulum yang akan diberlakukan sampai dengan lima tahun ke depan sesuai dengan cita-cita dan kehendak bangsa ini. 5. Seharusnya program-program yang dibuat oleh pimpinan pendidikan memiliki rencana induk pengembangan jangka panjang sehingga tidak berkesan kebijakannya tambal sulam, oleh karena itu diperlukan perencanaan yang integral dan terpadu pada semua sektor yang ada. 4

Program Studi Manajemen Pendidikan Program studi manajemen penddidikan adalah sayu gugus kajian ilmiah yang mengarah kepada penyiapan ketenagaan tata laksana pendidikan dikembangkan dengan ilmu manajemen pendidikan. Program studi manajemen pendidikan ini dapat membuka program program diploma, strata, maupun program profesi. 1. Program Diploma adalah program pendidikan menyiapkan tenaga teknis di bidang ketatausahaan sekolah, perkantoran, maupun tata laksana pendidikan lainnya. Program pendidikan ini mencetak tenaga tata laksana sekolah yang bersifat administratif di lembaga-lembaga pendidikan yang ada juga pada yayasan pendidikan. 2. Program S1manajemen pendidikan adalah program yang mengembangkan dan mencetak manajer pendidikan seperti kekepalasekolahan, keyayasanan, dan konsultan pendidikan. 3. S2 manajemen pendidikan mencetak tenaga manajerial pendidikan, direktur pendidikan, staf ahli, dan konsultan pendidikan. 4. S3 manajemen pendidikan mencetak tenaga profesional dibidang penyelenggaraan pendidikan dan pengelolaan pendidikan, dibekali juga dengan penguasaan perencanaan dan perancangan pendidikan. 5. Program profesi adalah program yang memberikan sertifikasi ketenagaan yang memiliki ilmu, tanggung jawab, dan kemampuan serta kewenangan sebagai tenaga profesional manajemen pendidikan. Program-program di atas dirancang untuk mengembangkan studi administrasi pendidikan dari segi manajerial pendidikan dengan memberikan layanan pengembangan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada umumnya. Dalam perkembangannya program studi manajemen pendidikan perlu adanya dukungan dari sistim pengembangan pendidikan dan pengembangan kajian manajemen pendidikan pada pusat-pusat studi administrasi pendidikan yaitu pada penyelenggara program Strata 2 dan Strata 3 studi manajemen 5

pendidikan di IKIP dan Universitas yang menyelenggarakan program manajemen pendidikan. Dalam pengembangan program studi manajemen pendidikan, program studi manajemen pendidikan itu adalah program studi non-keguruan artinya lulusannya memang dipersiapkan untuk mengembangkan studi manajemen pendidikan bukan menjadi tenaga pengajar. Program studi manajemen pendidikan dikembangkan juga dengan program profesi yang akan menghasilkan tenagatenaga proesional yang memiliki ilmu dan tanggung jawab, kewenangan, serta kemampuan sebagai tenaga profesional manajemen pendidikan. Lulusan dari program studi manajemen pendidikan dipersiapkan mengabdi kepada lembaga kependidikan baik negeri maupun swasta, dengan demikian cakupan dan penyebarannya mengarah kepada pemerataan ketenagaan di seluruh Indonesia baik di kota maupun di pedesaan. Pada kenyataannya lembaga-lembaga yang mengurus masalah pendidikan ditangani oleh tenaga non-kependidikan sehingga wawasan dan pemahaman serta kecakapan dalam mengelola pendidikan relatif kurang mempunyai kemampuan. 6

Daftar Pustaka Brown, Waren B. 2001. Organization Theory and Management: A Macro Approach. New York: John Willey & Sons. Burns, JM. 1978. Leadership. New York: Harper and Row, Inc. Drucker, Peter F. 1999. Managing the Non-Profit Organizations, Principle and Practices. New York: Harper Collins Publishers. Edmonds, R. 1989. Effective School for the Urban Poor. Eeducatonal Leadership. 37/I Holdaway, E. A. dan Johnson, N. A. 1993. School Effectiveness Indicators. Silalahi Ulbert (1999) Studi Tentang Ilmu Administrasi. Konsep Teori dan Dimensi. Bandung, Sinar Baru Algesindo. Sutisna Oteng. (1983). Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional. Bandung. Angkasa. Wahjosumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 7