2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan

2014 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DOMINO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA BAHASA JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

2015 METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN (SAKUBUN)

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas Penggunaan Teknik Clustering Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Bahasa Jerman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi antaranggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Menurut Haviland (dalam Fahrin, 2012), bahasa adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Perancis kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-I SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE

2015 ANALISIS VERBA TIDAK BERATURAN BENTUK KALA LAMPAU PERFEKT DALAM BUKU

BAB I PENDAHULUAN. dari segala penjuru dunia, tidak hanya informasi dalam negeri tapi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SMP KELAS VII.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE PAIRED STORYTELLING DALAM KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 11 MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam pembelajaran bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu pilihan bahasa asing yang dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rischa Novitasari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

2015 KEEFEKTIFAN TEKNIK EXAMPLE NON EXAMPLE BERMEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NEGOSIASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran geografi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB l PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa ada 4 kemampuan yang harus dikuasai yaitu

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. situasi tertentu kemampuan bernalar diperlukan manusia untuk dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH GABUNGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER DAN TANYA JAWAB TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKULTAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai salah satu alat komunikasi untuk berinteraksi antar sesama manusia. Dengan bahasa seseorang dapat memperoleh informasi secara lisan maupun tulisan. Seseorang yang mampu menguasai bahasa asing memiliki nilai tambah untuk dapat bersaing memperoleh pekerjaan pada perusahan asing di Indonesia. Oleh karena itu, banyak lembaga formal maupun nonformal yang menyediakan kursus bahasa asing agar seseorang memiliki kecakapan berbahasa asing. Salah satunya adalah bahasa Jerman. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Umumnya pada tingkat sekolah ini mempelajari bahasa Jerman dengan tingkat A1. Dalam pembelajaran bahasa Jerman dilatih empat keterampilan, yaitu menyimak (hören), berbicara (sprechen), membaca (lesen) dan menulis (schreiben). Bahasa Jerman memiliki ciri khas sendiri dibanding dengan bahasa asing lainnya. Sehingga bahasa Jerman dapat dikatakan unik. Keunikan bahasa Jerman terlihat pada gramatika atau tata bahasa, khususnya pada verba bahasa Jerman. Verba yang berperanan sebagai penentu kalimat, dalam kalimat bahasa Jerman harus dikonjugasikan mengikuti subjek kalimat. Berdasarkan pengalaman peneliti saat mengajar, siswa sering mengalami kesulitan dalam mengkonjugasikan verba. Contoh kesalahan yang sering dilakukan siswa pada saat mengkonjugasikan verba seperti pada kalimat berikut: (1) Ich lesen das Buch. saya membaca buku itu. (2) Du kauftet eine Tasche. kamu membeli sebuah tas. Contoh kalimat (1) dapat dijelaskan bahwa ich saya berfungsi sebagai subjek dalam kalimat dan lesen merupakan verba. Kalimat di atas tidak tepat karena pada gramatika bahasa Jerman subjek ich mendapat akhiran e. Verba lesen jika dikonjugasikan sesuai subjek ich mendapat akhiran -e. Sehingga kalimat yang benar menjadi ich lese das Buch. Sementara das Buch merupakan objek 1

2 dalam kalimat. Kesalahan yang sama juga terjadi pada contoh kalimat (2) kata du saya juga berperan sebagai subjek di dalam kalimat. Sesuai gramatika bahasa Jerman, du saya mendapat akhiran st pada verba yang mengikutinya di dalam kalimat. Pada verba kauftet seharusnya ditulis menjadi kaufst dan eine Tasche merupakan objek dalam kalimat. Masalah lainnya yang ditemukan berdasarkan pengalaman peneliti saat mengikuti kegiatan Program Pelatihan Lapangan (PPL), yaitu pembelajaran bahasa Jerman yang dilaksanakan tidak mampu mewadahi seluruh siswa secara aktif untuk mengungkapkan ide atau pendapat, hanya sebagian kecil siswa saja yang terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap materi dasar yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari, sehingga siswa tidak memiliki kepercayaan diri untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Seperti dalam hal mempelajari konjugasi verba, siswa harus mampu menguasai terlebih dahulu mengenai verba bahasa Jerman. Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan siswa yang belum memahami verba bahasa Jerman itu sendiri, sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak terkuasai dengan baik oleh siswa dan mengakibatkan siswa malu untuk berpendapat atau bertanya ketika mengikuti pembelajaran bahasa Jerman. Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab kesulitan siswa dalam mengonjugasikan verba, diantaranya yaitu: a. cara penyampaian materi yang kurang tepat, b. kurangnya frekuensi siswa mempelajari bahasa Jerman, c. suasana yang kurang kondusif dalam pembelajaran bahasa Jerman mempengaruhi kesulitan siswa dalam memahami mengonjugasi verba, dan d. kesulitan siswa dalam mengonjugasikan verba dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat. Di samping itu kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga mempengaruhi ketidakaktifan siswa, sehingga siswa tidak mampu memahami materi pembelajaran yang diberikan dengan baik. Sikap-sikap yang ditunjukan oleh siswa di atas dapat menghambat proses pemahaman, keaktifan, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran bahasa Jerman. Guru sebagai pendidik seharusnya mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menimbulkan minat belajar peserta didik dalam proses pembelajaran bahasa Jerman, seperti mengenal kemampuan peserta

3 didik, menggunakan media pembelajaran yang menarik, menggunakan teknik permainan dalam pembelajaran bahasa Jerman dan menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai secara maksimal. Pemanfaatan suatu model pembelajaran yang tepat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman, keaktifan, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran bahasa Jerman. Salah satu model pembelajaran yang cocok adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan tipe Numbered Heads Together (NHT), yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan semangat kerja sama mereka (Lie 2008: 59). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini mengajak siswa untuk dapat bekerja sama dengan teman sekelompoknya dan dapat menyumbangkan hasil pemikirannya di kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT harus diterapkan semenarik mungkin. Siswa diberikan kesempatan untuk menentukan nama kelompoknya sendiri, kemudian seluruh siswa diberikan nomor urut, apabila salah satu nomor urut disebutkan oleh guru maka siswa yang bersangkutan harus menjelaskan hasil diskusi kerja kelompok di depan kelas. Sebelum hasil diskusi kelompok disampaikan oleh perwakilan siswa, guru akan bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan selama diskusi berlangsung. Adapun salah satu contoh penamaan kelompok ketika pembelajaran ini adalah penamaan kelompok berdasarkan negara bagian Jerman. Siswa diberi kebebasan dalam pemberian nama kelompoknya tetapi tetap sesuai tema. Kelompok satu misalnya memberi nama kelompoknya dengan Bayern, kalau anggota kelompoknya ada lima orang, maka dalam kelompok itu ada Bayern 1, Bayern 2, Bayern 3, Bayern 4, dan 5, Bayern. Begitu juga seterusnya untuk kelompok yang lain.

4 Berdasarkan pada uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mempermudah siswa dalam mengkonjugasikan verba dalam bahasa Jerman. Pemikiran tersebut kemudian dituangkan dalam judul skripsi EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGONJUGASIKAN VERBA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? 2. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba di kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? 3. Apakah terdapat perbedaan tingkat kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba bahasa Jerman di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? 4. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba bahasa Jerman? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba di kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

5 3. Perbedaan kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 4. Efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai kegunaan dan manfaat yang dibagi menjadi dua yaitu: 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, melalui penerapan model kooperatif tipe tipe NHT dalam konjugasi verba bahasa Jerman. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan alternatif dalam pembelajaran bahasa Jerman yang menyenangkan terutama untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam konjugasi verba bahasa Jerman. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak berikut: a. Guru Dapat dijadikan sebagai alternatif variasi model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba bahasa Jerman. b. Siswa Meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga membantu siswa mengatasi permasalahan dalam belajar baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Selain itu, model ini membelajarkan siswa untuk bertangung jawab terhadap dirinya maupun terhadap temannya. Sehinga meningkatkan pola interaksi yang beragam antara siswa dengan siswa maupun antara guru dengan siswa.

6 c. Sekolah Memberikan masukan bagaimana sebenarnya penerapan dan perencanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, guna untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran bahasa Jerman. E. Struktur Organisasi Skripsi Pada penelitian ini, struktur organisasi skripsi disusun sebagai berikut: 1) Bab 1 (Pendahuluan) Bab ini terdiri dari lima sub bab yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Sub bab pertama berisi tentang masalah-masalah yang ditemukan peneliti pada pembelajar bahasa Jerman terutama dalam mengonjugasikan verba. Kemudian, dalam sub bab kedua peneliti merumuskan masalah yang dikerucutkan dari sub bab pertama berupa poin-poin rumusan masalah yang akan diteliti. Selanjutnya, dalam sub bab ketiga peneliti memaparkan tujuan penilitian. Lebih lanjut, dalam sub bab keempat peneliti menjelaskan manfaat dari penelitian. Selanjutnya, dalam sub bab kelima peneliti mendeskripsikan sistematika penelitian skripsi secara singkat. 2) Bab 2 (Landasan Teoretis) Dalam bab 2 dipaparkan beberapa teori yang mendukung penelitian ini, yakni teori-teori yang membahas tentang model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan konjugasi verba bahasa Jerman. Selain itu, kesimpulan dari teori yang telah dikemukakan oleh peneliti dirangkum dalam kerangka berpikir. 3) Bab 3 (Metode Penelitian) Bab 3 berisi metode penelitian yang digunakan peneliti, yaitu Penelitian quasi eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini subjek penelitian terdiri dari dua kelas yang terdiri satu kelas eksperimen dan kelas kontrol.. Dalam bab ini terdapat tiga sub bab, yakni desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel instrument penelitian, prosedur penelitian dan analisi data.

7 4) Bab 4 (Temuan dan Pembahasan) Dalam bab ini peneliti memaparkan temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan data. Selanjutnya, peneliti membahas temuan data tersebut secara detail untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab 1. 5) Bab 5 (Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi) Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian.