BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
15. Metode Discovery

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Belajar adalah perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tentang. pengertian belajar itu sendiri sudah banyak dikemukaan oleh para ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Pustaka

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

2006 agar peserta didik memiliki kemampuan diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perubahan Penampakan Benda Langit

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam

Menurut Jean Piaget (dalam Ratnawulan, 2008:23) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menghafal, yang diutamakan adalah penumpukkan ilmu. Prestasi belajar bagi

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih

Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Purwokerto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Proses ini akan berjalan efektif apabila individu-individu yang terlibat

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. konstruktivis (constructivist theorist of learning). Konstruktivisme merupakan

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. guru harus mampu dalam mengelola komponen pembelajaran dan kreatif dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses. Arifin (2009: 12) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parsial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya masing-masing. Prestasi belajar menurut Arifin, (2009: 12) mempunyai fungsi utama antara lain: 1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. 2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan extern dari suatu institusi pendidikan. 6

7 5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Berdasarkan penjelasan tentang fungsi prestasi belajar, maka betapa pentingnya memahami dan mengetahui prestasi peserta didik. Sebab fungsi prestasibelajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran dari penilaian belajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol huruf maupun kalimat untuk menyimpulkan hasil yang sudah dicapai. Cronbach (Arifin, 2013: 13) mengemukakan bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain: 1. Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar 2. Untuk keperluan diagnostik 3. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan 4. Untuk keperluan seleksi 5. Untuk keperluan penempatan atau penjurusan 6. Menentukan isi kurikulum 7. Menentukan kebijakan sekolah b. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Ahmadi dan Supriyono, (2013: 138), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yakni faktor dalam diri (faktor internal) ataupun dari luar (faktor eksternal) dari individu tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu:

8 1) Faktor Internal adalah: a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh melalui usaha, yaitu terdiri atas: 1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dari bakat, serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. 2) Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 2) Faktor Eksternal adalah: a) Faktor sosial yang terdiri atas: 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok b) Faktor kebudayaan seperti adat, istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kesenian. c) Faktor lingkungan fisikseperti fasilitas rumah, fasilitas belajar. d) Faktor spiritual atau keagamaan berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. 2. Metode Penemuan Terbimbing (Discovery Learning) a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing (Discovery Learning) Istilah Discovery dapat diartikan sebagai suatu penemuan, sedangkan metode merupakan cara yang dilakukan dalam proses

9 pembelajaran. Metode discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Rusman, 2014: 324). Pendapat tentang discovery juga dikemukakan oleh Sund dalam Roestiyah (2012: 20) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasi sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Disimpulkan bahwa metode discovery merupakan pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran kepada siswa, siswa berperan lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan guru hanya bersifat sebagai fasilitator untuk mengarahkan dan membimbing siswa, sehingga berdampak positif terhadap kreativitas siswa. b. Tahap-tahap Metode Penemuan Terbimbing (Discovery) Pada umumnya suatu pembelajaran dengan model tertentu memiliki tahap-tahap yang harus dilakukan agar model tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan model pembelajaran yang digunakan. Berikut langkah-langkah umum dalam melaksanakan metode penemuan terbimbing (discovery) menurut Suryosubroto (2009: 184) sebagai berikut:

10 1) Identifikasi kebutuhan siswa. 2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip pengertian konsep, dan generalisasi yang akan dipelajari. 3) Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas. 4) Membantu memperjelas tugas problema yang akan dipelajari peranan masing-masing siswa. 5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa. 7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan. 8) Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa. 9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses. 10) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa. 11) Memuji dan membesarkan siswa yang tergiat dalam proses penemuan. 12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atau hasil penemuan. c. Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing (Discovery) Setiap tahapan dalam suatu model pembelajaran memiliki suatu kekurangan maupun kelebihan, menurut Suryosubroto (2009: 186) menjelaskan beberapa kelemahan model pembelajaran penemuan terbimbing sebagai berikut: 1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.

11 2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. 3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. 4) Mengajar dengan penemuan mungkin dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional social secara keseluruhan. 5) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ideide, mungkin tidak ada. 6) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. d. Keunggulan Metode Penemuan Terbimbing (Discovery) Selain kekurangan dalam model pembelajaran penemuan terbimbing berikut adalah keunggulan model penemuan terbimbing menurut Roestiyah (2012: 20):

12 1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. 2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kempuannya masing-masing. 5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7) Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. 3. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan nama istilah social studies (Sapriya 2009: 19). Sapriya (2009: 20) menyatakan ilmu pengetahuan sosial di sekolah merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik.

13 Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. (Trianto 2010: 173) Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah suatu bidang keilmuan yang mengkaji masalah-masalah sosial, sehingga ketika siswa belajar mengenai IPS siswa dapat memecahkan masalah-masalah yang ada di sekitar mereka. b. Tujuan IPS Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan umum dan tujuan khusus seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, diantaranya: 1) Tujuan Umum a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memcahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

14 d) Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. 2) Tujuan Khusus a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. b) Menolong siswa untuk mengembangkan ketrampilan untuk mencari dan mengolah informasi. c) Mendorong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokratis dalam kehidupan bermasyarakat. d) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya penting bagi siswa, tetapi penting bagi semua kalangan. Sapriya (2008: 5) mengemukakkan bahwa tujuan social studies untuk membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya agar menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan masyarakat demokratis. Mengacu dari pendapat-pendapat di atas mengenai tujuan pembelajaran IPS maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS diajarkan dari tingkat pendidikan yang rendah sampai yang tinggi bertujuan untuk membentuk manusia yang mampu

15 bertahan/berkembang di dalam masyarakat dengan segala permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Materi yang akan dijadikan penelitian tindakan kelas pada kelas IV terdapat pada Standar Kompetensi memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa dilingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana. Dengan indikator: 1. Memahami pengertian peta dengan benar. 2. Menyebutkan komponen-komponen peta. 3. Menyebutkan tempat-tempat penting di Kabupaten Banyumas pada peta seperti terminal bus, stasiun kereta, tempat wisata. 4. Menghitung skala sederhana pada peta. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang menggunakan model pembelajaran discovery learning (penemuan terbimbing) telah banyak di lakukan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh: 1. Nining Poiyo, (2011) dalam penelitiannya mengenai Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menentukan Gagasan Pokok Setiap Paragraf Teks Bacaan Melalui Metode Discovery di kelas IV MI Al Mourky Kecamatan Telaga menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis data penelitian dalam menemukan kalimat utama pada siklus I maupun siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu 68 %, dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 81 %. Kesimpulannya adalah pembelajaran Discovery Learning

16 dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Bahasa Indonesia siswa kelas IV MI Al Mourky Kecamatan Telaga. 2. Fatih Istiqomah (2014) dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Model discovery learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Negeri 02 Tulang Balak Kabupaten Lampung Timur. Dari Hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar tematik pada ranah afektif, psikomotor, dan kognitif. C. Kerangka Berpikir Setelah dilakukan observasi di kelas IVA semester 1 SD Negeri 2 Purwokerto Lor Kecamatan Purwokerto Timur, ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Khususnya pada materi membaca peta lingkungan setempat siswa masih belum bisa memahami peta lingkungan setempat, menyebutkan komponen-komponen peta, menghitung skala sederhana pada peta. Munculnya permasalahan tersebut salah satunya karena siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran menjadi tidak maksimal, interaksi belajar masih didominasi guru, siswa menjadi pasif, tidak berani bertanya maupun menyampaikan pendapat, sehingga interaksi siswa tidak maksimal. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan siswa kelas IVA semester I pelajaran 2016/2017 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa masih belum berhasil menguasai materi membaca peta lingkungan

17 setempat. Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Peneliti akan mencoba menggunakan model pembelajaran discovery learning sebagai bentuk dari inovasi dalam pendidikan. Model pembelajaran discovery learning akan mendorong siswa untuk mengenal cara belajar untuk memahami peta menggunakan skala sederhana dengan baik. Metode ini juga memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan sendiri masalah yang terkait dengan materi yang disampaikan oleh guru. Berikut ini kerangka berpikir dalam bentuk diagram. Sekema kerangka berpikir dalam pembelajaran melaluin model Discovery Learning. Kondisi Awal Prestasi belajar siswa rendah Tindakan Discovery Learning Siklus I Pembelajaran menggunakan model Discovery Learning Kondisi Akhir Siklus II Pembelajaran menggunakan model Discovery Learning Prestasi belajar siswa meningkat Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

18 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : Penerapan metode Discovery Learning meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi membaca peta lingkungan setempat di kelas IVA SD Negeri 2 Purwokerto Lor, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.