METODE DAN KONTROL PELAKSANAAN BETON PRATEGANG SISTEM VSL

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

BAB VI TINJAUAN KHUSUS METODE BETON PRESTRESS

LAMPIRAN C FABRIKASI SEGMEN GELAGAR BETON PRATEKAN, PENGGABUNGAN SEGMEN GELAGAR BETON PRATEKAN

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

TUGAS ARTIKEL BETON PRATEGANG ARIZONA MAHAKAM 3MRK2/

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

Metode Prategang & Analisis Tegangan Elastis Pada Penampang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

MATERIAL BETON PRATEGANG

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang.

KAJIAN STRUKTUR KUBAH MASJID DI SURABAYA

Konsep Dasar. Definisi beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut :

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI

IAPPI 26 Nopember 2014

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

ANALISIS PERBANDINGAN PELAT BETON SISTEM BONDEK DENGAN PELAT BETON SISTEM BERONGGA PRATEGANG PRACETAK DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB VI PENUTUP. Panjang Tendon. Total UTS. Jack YCW 400 B 1084 (Bar) T1 ki T1 ka ,56 349, ,56 291,37

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENILAIAN DOKUMEN TEKNIS ke 03 TOWER THAMRIN NINE DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

METODE JACKING BOX TUNNEL UNDERPASS CIBUBUR

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

MATERIAL BETON PRATEGANG BY : RETNO ANGGRAINI, ST. MT

INFRASTRUKTUR ANALISIS TEKNIS PEKERJAAN BALOK-PLAT LANTAI BANGUNAN PASCASARJANA UNTAD DENGAN METODE COMBIDEC-PRESTRESS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

III. METODE PENELITIAN

DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

Transkripsi:

METODE DAN KONTROL PELAKSANAAN BETON PRATEGANG SISTEM VSL Wayan Swastika 1, Jonbi 2, Andika Yanantha 3, 1 Dosen, FTSP, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jl.Moh.Kahfi II Srengseng, Jakarta Email:nanojbg@gmail.com 2 Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Univesitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah,Jagakarsa,Jakarta Email : jbg@cbn.net.id 3 Alumni Teknik Sipil, FTSP, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jl.Moh. Kahfi II Srengseng, Jakarta 1. ABSTRAK Di Indonesia, pembangunan gedung bertingkat semakin marak dan beragam penggunaannya.pemanfaatan Gedung bertingkat bukan hanya sebagai ruang perkantoran tetapi digunakan sebagai aula atau ruang pertemuan dengan demikian memerlukan dimensi struktur yang besar. Implikasinya dibutuhkan balok bentang panjang dengan beban yang besar. Salah satu cara merekayasa kondisi tersebut dengan menggunakan sistem prategang, sehingga dimensi balok yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan konstruksi beton bertulang konvensional. Namun dalam pelaksanaannya untuk menghasilkan mutu sesuai rencana dan keselamatan tidaklah mudah, perlu dipilih sistem prategang yang tepat. Pekerjaan prestressing post-tensioning sistem VSL sebagai salah satu metode yang dipakai, dan analisa perhitungan hasil pekerjaan stressing dan kontrol setiap pekerjaan stressing yang sesuai dengan Standart Operasional Prosedure pekerjaan presstressing yang benar Metode pelaksanaan pekerjaan post-tensioning dengan sistem VSL melalui tahapan: Pabrikasi, Instalasi, Stressing dan Grouting yang disesuaikan dengan sertifikasi ISO. Kontrol yang diterapkan melalui kontrol terhadap K3L Konstruksi, mutu material yang dipakai dan mutu pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan metode prestressing sistem post-tensioning sangat cocok digunakan untuk konstruksi bangunan gedung. Berdasarkan hasil pencatatan pekerjaaan stressing didapat nilai deviasi C1= -2,87%,C2= +2,87%, C3= -4,10% dan C4= -1,53% masih dalam batas deviasi yang disyaratkan SNI 03-2847-2002 yaitu antara -7,00% sampai +7,00. Melalui metode dan kontrol pelaksanaan yang baik dan sesuai prosedur, akan menghasilkan mutu yang sesuai dengan perencanaan. Kata kunci : Sistem prategang, post-tensioning, sistem VSL, nilai deviasi. PENDAHULUAN Pembangunan gedung bertingkat makin berkembang seiring, dengan membaiknya ekonomi makro Indonesia. Fakta ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pembangunan gedung yang megah dan desain arsitektur yang unik. Hal ini berimplikasi saat ini banyak konstruksi bangunan khususnya ruang gedung yang digunakan tidak hanya untuk ruang kantor, akan tetapi sering digunakan sebagai aula ataupun ruang pertemuan, dengan dimensi ruang yang besar tanpa sekat. Disain dengan beton konvensional, bukan suatu penyelesaian yang diharapkan. Penggunaan beton prategang menjadi pilihan yang banyak digunakan untuk mengatasi masalah di atas. Namun penggunaan beton prategang memerlukan suatu pengetahuan yang memadai, agar mutu yang dikerjakan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. 2. BETON PRATEGANG Beton prategang adalah beton yang menerima tegangan internal berupa tegangan tekan awal yang diakibatkan oleh gabungan kabel-kabel atau yang lebih dikenal dengan tendon yang ditarik terlebih dahulu sebelum menerima beban untuk dapat mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban eksternal. Tendon adalah sekelompok kabel atau strand yang dibungkus oleh selongsong/duct (Metal sheath atau PE sheath untuk eksternal prestress). Sedangkan strand itu sendiri adalah untaian kawat (wire) baja mutu tinggi. Pada saat kabel ditarik, kabel tersebut bebas bergerak didalam selongsongan tersebut. Konsep dasar sistem prategang, ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang yaitu: sistem prategang mengubah beton menjadi bahan yang elastic, untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton, dan untuk mencapai perimbangan beton. Sedangkan konsep dasar penarikan, terdapat 2 (dua) prinsip yang mendasar dalam metode penarikan pada beton prategang, yaitu: Post-Tensioned Prestressed Concrete Method, dalam konsep ini beton dicor terlebih dahulu dan SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-111

dibiarkan mengeras sebelum diberi gaya prategang. Pre-Tensioned Concrete Method, tendon ditegangkan dengan pertolongan alat bantu sebelum beton dicor atau sebelum beton mengeras dan gaya prategang dipertahankan hingga beton mengeras. Namun dalam pemilihan metode pelaksanaan khususnya untuk bangunan gedung, sistem posttensioning lebih menguntungkan dan sangat cocok dipakai dikarenakan lebih mudah pengerjaannya, tidak memakai area kerja yang luas, dan lebih ekonomis karena di kerjakan dilokasi proyek sehingga biaya-biaya yang timbul akibat mobilisasi dan pengangkatan tidak ada serta lebih aman dalam pemasangannya. ( a ) ( b ) Gambar 1. Post-Tensioned (a) dan Pre-Tensioned (b) Dilihat dari cara pengikatannya antara kabel dengan beton, dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :Bounded System, dan Un-Bounded System. Sedangkan angkur merupakan bagian material yang penting selain sebagai tempat transfer gaya antara mesin hydraulic dan kabel prategang, angkur juga berfungsi sebagai penahan posisi strand agar tidak bergeser pada saat penarikan. Terdapat 2 (dua) macam angkur yang digunakan dalam pada beton prategang, yaitu: angkur hidup (live end anchorage), dan angkur mati (dead end anchorage) Keuntungan dan kerugian sistem beton prategang, dibandingkan dengan beton bertulang biasa adalah sebagai berikut : 1. Desain beton pretegang lebih cocok untuk struktur-struktur dengan bentang yang panjang dan memikul beban yang berat, terutama disebabkan oleh pemakaian bahan dengan mutu tinggi. 2. Struktur beton prategang lebih ramping oleh karena itu lebih dapat disesuaikan dari segi arsitektur. 3. Pada banyak selama penarikan, baja dan beton kedua-duanya memikul tegangan tertinggi yang terjadi selama waktu manfaat struktur itu. Sehingga jika bahan telah mampu diberi gaya prategang, beton prategang sangat mungkin memiliki kekuatan yang cukup untuk beban kerjanya. 4. Pada desain yang biasa, beton prategang melentur cukup besar sebelum batas runtuh, sehingga memberi tanda-tanda yang cukup secara visual sebelum runtuh. 5. Pemakaian jumlah bahan lebih sedikit, baik baja maupun beton, dibutuhkan untuk memikul beban yang sama, karena bahan-bahannya memakai mutu yang tinggi. 6. Berat komponen struktur yang berkurang akan membantu penampang lebih ekonomis. Grouting adalah penyuntikan pasta semen ke dalam beton. Fungsi grouting adalah selain untuk memberikan rekatan/menyatukan strand, duct, beton, menjadi satu kesatuan, juga melindungi strand tersebut dari serangan karat/korosif. Proses pengerjaan grouting dapat dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain: pencampuran untuk grouting (mixing) dan proses grouting (injecting). Komponen-komponen material dan peralatan sistem posttensioning terdiri dari material: Prestressing Steel (strand), Angkur (anchorage), Duct (selongsong), Wedges (baji), dan Equipments (peralatan): Stressing JackHydraulic Pump dan Grout Mixer Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3L) yaitu bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan kerja, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya, yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan, kesehatan kerja, dan Lingkungan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan konstruksi khususnya guna terciptanya tempat dan kondisi yang aman, efisien, dan produktif. Didalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi khususnya, penerapan K3L dibagi menjdi 3 tahap, yaitu: identifikasi resiko / bahaya, evaluasi resiko/bahaya dan kontrol dan pengendalian resiko/bahaya. Adapun data balok Prestress PC-1 memiliki panjang bentang 30.00 m (as to as) Panjang Tendon : 33.00 m dan Lebar 800 mm 3. DATA TEKNIS DAN PERALATAN Nama Proyek : GEDUNG DPRD KOTA PALEMBANG, lokasi : Jl. Jalan Sekanak No. 02, Palembang pemberi tugas : DPU Palembang Kontraktor : PT. Bangun Cipta Kontraktor dan Konsultan Prestress : PT. VSL Indonesia. Data Teknis : Balok Prestress PC-1 memiliki :panjang bentang : 30.00 m (as to as), panjang tendon : 33.00 m, Lebar : 800 mm, Tinggi : 1800 mm, konstruksi : Prestressed Concrete, acuan & perancah : scafolding, Baja Tulangan : S-112 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

10 > BJTD 40 Fy= 400 Mpa, Concrete (Beton) : K-350 Slump = 12 ± 2 cm, dan Sistem penarikan Tendon : Post- Tensioning Method Spesifikasi Material Prestressed, Strand memiliki: Sevenwire stress-relieve uncoated strand according to ASTM A416-90, Grade 270, super, Low relaxation, Nominal diameter 12.7 mm, nominal steel area 98.71 mm2, minimum ultimate tension strength 18.733 kgf (183.7 kn), minimum yield tension strength 16.860 kgf (165.3 kn), dan Duct berupa Galvanized duct Ø 84 jumlah strand 12 < n 19.Angkur terdiri dari Angkur Hidup tipe Sc, dan Angkur mati tipe U. Material grouting dengan komposisi bahan grouting adalah: Semen : 50kg ( 1 zak Air: (40-44)% berat semen, 20-22 liter per zak semen, Additives 0.45% dari berat semen, 225 gram per zak semen. 4. METODOLOGI DAN PEMBAHASAN Metode Pelaksanaan secara garis besar sebagai berikut: tahapan pekerjaan post-tensioning dengan sistem VSL terdiri dari pabrikasi, instalasi, stressing dan grouting. Namun didalam pelaksanaannya, setiap detail pekerjaan haruslah melalui persetujuan dari pihak pengawas. Hal ini dikarenakan VSL sebagai perusahaan prestress di indonesia sudah memiliki sertifikasi ISO yang mempunyai prosedur pelaksanaan yang baku dan terkendali. Pemasangan strand dilakukan mengikuti pekerjaan pembesian balok. Tahapan pekerjaan pemasangan strand adalah sebagai berikut: Pemasangan Scaffolding, formwork/ bekisting, tulangan memanjang balok, Menentukan ordinat tendon prestress sesuai gambar kerja, lalu ordinat diukur dari dasar bekisting balok ke as tendon (Y1) atau bagian bawah tendon (Y2). Titik ordinat tersebut ditandai (marking) dengan menggunakan cat atau spidol. Pemasangan support bar dengan cara mengikat support bar ke tulangan geser/sengkang berdasarkan posisi yang telah di marking, menyambung duct sesuai dengan Tipe dan panjang tendon yang direncanakan dengan menggunakan coupler duct dan masking tape, memasukkan duct kedalam tulangan balok, kemudian duct diikat ke suport bar dengan menggunakan kawat ikat. Pemasang an Casting pada posisi angkur hidup, sebelumnya casting dipasang terlebih dahulu pada box casting yang terbuat dari multiplek. Memasang bursting steel pada posisi angkur hidup dan angkur mati. Bursting steel merupakan tambahan penulangan pada saat stressing, penyambungan duct ke casting dengan menggunakan masking tape. Masking tape berfungsi untuk mencegah masuknya air semen kedalam duct. Masukkan strand kedalam duct dengan cara menusuk strand satu persatu dari arah angkur mati kearah angkur hidup hingga tercapai jumlah strand sesuai rencana. Untuk tendon panjang > 50 meter maka strand dapat dimasukkan melalui tengah bentang. Pemasangan angkur mati tipe U sesuai posisi dalam gambar kerja, memasang Grout vent dan PE grout untuk lubang inlet/outlet saat grouting. Pembuatan Stressing pocket (lubang untuk stressing) berdasarkan ukuran dantipe tendon prestress. inspeksi bersama kontraktor dan konsultan untuk memeriksa ordinat tendon prestress dan kelengkapan aksesorisnya, persetujuan dari kontraktor/konsultan, dan pengecoran. Pekerjaan Stressing dapat dilihat pada gambar 2, merupakan tahapan pelaksanaan pekerjaan stressing adalah: ijin pelaksanaan stressing dari main kontraktor dengan dilampiri hasil pengujian kuat tekan beton. Persyaratan kuat tekan beton minimal saat stressing adalah 80% dari fc. Gambar 2. Metode penarikan ( Stressing) SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-113

Pembongkaran bekisting pada stressing pocket hingga posisi casting terbuka dan benar-benar bersih dari sisa sisa pengecoran. Pemasangan platform stressing dan pengantung jack, persiapan peralatan stressing pada titik- titik penarikan dan lampu penerangan jika stressing dilakukan pada malam hari atau pada area yang kurang terang. Pemasangan anchor block sesuai tipe tendon, memasang wedges/baji pada lubanglubang anchor block. Wedges terlebih dahulu dilumuri dengan grease/gemuk. Memasang chair dibelakang anchor block agar posisi wedges bebas pada saat penarikan. Stressing jack dipasang dan dirapatkan ke arah casting sehingga posisi casting, anchor head dan stressing head rapat. Mempersiapkan form-form pencatatan hasil penarikan, alat tulis dan kalkulator. Kemudian menghubungkan Hydraulic pump dengan power listrik untuk pelaksanaan stressing. Pelaksanaan penarikan dimulai dengan tendon yang lebih dekat dengan titik berat balok dan memberikan perimbangan terhadap gaya yang ada sehingga tidak terjadi puntir pada balok pada saat di tarik. Urutan penarikannya yaitu : C1 : 50% 5. C3 : 50%, C2 : 50% 6. C4 : 50%, C1 : 100% 7. C3 : 100%, C4 : 100% 8. C4 : 100%. Selama stressing dicatat pembacaan manometer dan perpanjangan strand yang terjadi pada formulir stressing. Seperti pada gambar 3. Gambar 3. Pemasangan anchor block dan wedges (a), pengukuran elongasi Data yang tercatat dibandingkan dengan perhitungan teoritis dan ada batasan bahwa deviasi terhadap teoritis tidak boleh lebih (+) atau kurang (-) dari 7 %, hasil stressing dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Elongation Tendon Tendon Maksimum Pressure ( Mpa) Summary ( mm ) Calculation ( mm ) Deviation ( % ) C1 46,21 19,95 19,51-2,87 C2 46,21 20,07 19,51 +2,87 C3 44,69 18,69 19,49-4,10 C4 44,69 19,19 19,49-1,53 Jika terjadi deviasi kurang dari (-) 7%, maka langsung diadakan penarikan ulang tanpa melepas/menghilangkan gaya yang sudah ada. Dan jika terjadi deviasi lebih besar dari (+) 7%, maka hasil stressing akan digambarkan pada sebuah grafik untuk melihat penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. Hasil pencatatan stressing akan diserahkan kepada pihak konsultan pengawas untuk dievaluasi danpekerjaan selanjutnya baru dapat Dilaksanakan setelah pekerjaan stressing disetujui dan diterima oleh pengawas. Pekerjaan selanjutnya adalah menutup anchor block/barrel dengan adukan semen untuk persiapan pekerjaan grouting. Pekerjaan Grouting, tahapan pelaksanaan grouting sebagai berikut: 1) Ijin pelaksanaan grouting 2) Persiapan material grouting diantaranya Semen PC, air bersih dan additive, banyaknya material disesuaikan dengan komposisi yang telah disetujui. 3) Persiapan lubang-lubang inlet dan outlet dan membersihkan jika ada sumbatan pada lubang tersebut. 4) Air dimasukkan ke dalam mixer, disusul Additive dan Semen PC kemudian diaduk hingga tercapai campuran yang homogen. 5) Grout pump dihubungkan dengan lubang inlet dengan menggunakan hose dan selang grouting. 6) Mortar grouting dipompa kedalam tendon melalui lubang inlet hingga keluar melalui lubang outlet. Tunggu hingga mortar yang keluar dari lubang outlet benar-benar kental lalu tutup lubang tersebut beberapa saat. 7) Setelah tekanan pada manometer grout pump mencapai 5 Mpa, tekuk PE-grout pada lubang inlet dan ikat dengan kawat ikat sehingga rapat. 8) Setelah hasil grouting diterima maka strand pada stressing length dapat dipotong setelah 12 jam. S-114 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

Gambar 4. Pelaksanaan grouting Kontrol terhadap K3L konstruksi, dalam penerapan dilapangan, VSL mempunyai prosedur yang harus dilakukan sebagai dasar kontrol terhadap penerapan K3L, diantaranya: prosedur identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko, prosedur pengendalian dokumen dan prosedur alat pelindung diri Kontrol terhadap mutu material yang dipakai, dari segi mutu material yang dipakai, VSL memberikan jaminan lebih. Hal ini bias dilihat dari material yang dikirim, penempatan material yang dipakai, serta mobilisasi material sebelum di instalasi. Material yang di pakai memiliki spesifikasi standar sesuai spesifikasi yang disyaratkan oleh ASTM serta dalam penempatannya dilapangan haruslah di periksa sesuai prosedur yang ada. Dalam hal ini prosedur yang dipakai adalah prosedur kerja pengelolaan, material dan pemindahannya. kontrol terhadap mutu pekerjaan Ada beberapa inspeksi dan daftar ceklist dalam setiap pekerjaan yang dilakukan VSL. Ini menjadi kontrol mutu dan administrative dokumentasi yang menjadikan pekerjaan VSL melalui prosedur dan selalu teridentifikasi. 5. KESIMPULAN Metode Post-Tensioning sangatlah cocok bila dipakai dalam konstruksi bangunan gedung dibandingkan dengan metode Pre- Tensioning. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan sebagai berikut: tidak memerlukan biaya mobilisasi dari pabrik pracetak ke lokasi pemasangan, tidak memerlukan biaya lifting dari lokasi stock dilapangan menuju lokasi pemasangan. Dikerjakan langsung dilokasi sehingga dapat meminimalisasi kerusakan pada balok. Dikhawatirkan adanya cacat ataupun kerusakan pada balok pada saat mobilisasi dari pabrik pracetak menuju lokasi pemasangan. Tidak memerlukan area yang luas,karena dikerjakan ditempat struktur itu dibangun memerlukan area kerja yang luas untuk penempatan serta mobilisasi balok dari tempat stock menuju ke lokasi struktur. Hasil akhir yang diperoleh dari analisa perhitungan stressing didapatkan besarnya deviasi sebagai berikut: C1 = - 2.87% C2 = + 2.87% C3 = - 4.1% C4 = - 2.87% - 7.00% < < + 7.00% Dari tabel diatas didapat besarnya nilai deviasi C1, C2, C3, dan C4 masih di dalam batas aman, yaitu masih dibatas antara (-) 7.00% dan (+) 7.00% sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh SNI 03-2847-2002. DAFTAR PUSTAKA Field Manual of VSL Prestressing Methode (Complete Revision). (2008). Switzerland, VSL International Ltd. Santoso, Budi. (2004). Beton Prategang.Jakarta. Balai Penerbitan ISTN. Leonhardt, Fritz. (1964). Prestressed Concrete Design and Construction. Berlin-Munich. Wilhelm Ernest & Sohn. Sembiring, Thambah. (2007). Beton Bertulang. Gurki. Rekayasa Sains. Standar Nasional Indonesia 03-2847- 2002 : Tata cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. 2002.Bandung Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I - 2. 1979. Bandung. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-115

S-116 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5