BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga tempat mendidik. Pendidikan merupakan segala

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada dunia pendidikan dalam upaya mengembangkan pemahaman diri sesuai

PENGARUH PENERAPAN SANKSI BERJENJANG TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SDN MEKARWANGI I KECAMATAN CIHURIP KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual. 1 Sedangkan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok untuk mencapai tujuan kearah yang lebih maju. 3 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh manusia semakin kompleks dan bervariasi. Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. Agar tujuan tersebut tercapai dibutuhkan proses yang relatif panjang, dimanapun

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat terpenting bagi setiap individu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di masa ini Indonesia sedang dilanda berbagai masalah baik dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. biometrik fingerprint akan mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak baik itu pemerintah, keluarga, masyarakat, maupun anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Dalam ajaran Islam, pendidikan adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sejak lahir kedunia sudah mendapatkan pendidikan hingga ia

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. manusia juga bisa mentransfer ilmu yang mereka miliki.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kedisiplinan terhadap Prestasi Belajar Siswa di MI se

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya pendidikan di negara itu. Pendidikan dalam pengertiannya yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengalaman. Pendidikan adalah pengalaman belajar yang telah

BAB I PENDAHULUAN. taat dan juga pikirannya dibina dan dikembangkan. 1. merupakan salah satu konsep pendidikan yang menekankan betapa penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sempit adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga tempat mendidik. Pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan kognitif dan kesiapan mental yang sempurna dan berkesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun kemasyarakat, menjalin hubungan sosial dan memikul tanggung jawab mereka sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial. 1 Pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata didik dan mendapat imbuhan berupa awalan pe dan akhiran an yang berarti proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa yakni perubahan tata laku dan sikap 1 Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan Tradisional, Liberal, Marxis-Sosial, Postmodern, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, h. 40-41 1

2 seseorang atau sekelompok orang dalam usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran. Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 2 Dari berbagai pengertian di atas pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak dapat dilepaskan dari tiga unsur pokok, yaitu input, proses dan output. Input merupakan salah satu yang terpenting dalam pendidikan. Bagaimana lembaga pendidikan dalam merekrut siswa yang akan masuk. Kemudian proses ini adalah sejauh mana usaha dalam pembelajaran dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui alat ukur yang ditentukan. Sudah pasti dalam prosesnya terjadi proses yang dinamakan belajar. Baik itu dalam kehidupan masyarakat maupun pendidikan formal seperti lembaga pendidikan. Manusia dalam aktivitas kehidupan sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari 2 http://9wiki.net/pengertian-pendidikan/, ( online 19 April 2015 )

3 kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu di mana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti. Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Ada beberapa terminologi terkait dengan belajar yang seringkali menimbulkan keraguan dalam penggunaannya terutama dikalangan siswa atau mahasiswa, yakni terminologi tentang mengajar, pembelajaran dan belajar. Dalam berbagai kajian dikemukakan bahwa instruction atau pembelajaran sebagai suatu system yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Dalam pembelajaran, situasi atau kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh guru. 3 Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa 3 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 33-34

4 menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar. 4 Proses pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bentuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum guru memulai pembelajaran hendaknya menentukan terlebih dahulu apa tujuan yang hendak dicapai, bahan pengajaran, proses belajar mengajar serta alat yang digunakan dalam penilaian, agar pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Untuk mencapai semua harapan tersebut tentu saja dalam pelaksanaannya, tidak semudah yang orang bayangkan, karena tidak jarang terjadi hal-hal yang 4 http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajar-pembelajar.html, ( online 19 April 2015)

5 tidak diinginkan. Sebagai contoh jika siswanya nakal atau tidak memperhatikan dan sebagainya. Maka dalam hal ini tidak jarang untuk mengatasi semua itu guru menggunakan hukuman sebagai alat untuk mencegahnya. Karena sebagian guru berpikir jika hukuman dihilangkan, maka siswa akan lebih nakal. Ada hukuman saja siswa masih nakal bagaimana kalau tidak ada. Teori hukuman (punishment) dalam kajian psikologi lebih banyak diulas pada buku modifikasi perilaku. Sebab hukuman merupakan salah satu alat dari sekian banyak alat lainnya yang digunakan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Dalam memberi hukuman, sebaiknya guru dan orangtua perlu memperhatikan frekuensi, durasi, dan intensitas pemberian hukuman. Hukuman bukan berorientasi pada karakter dan sifat anak yang cenderung tidak tampak, melainkan lebih pada perilaku tampak yang bisa diubah, dikurangi dan atau ditingkatkan. Hukuman itu berfungsi sebagai konsekuensi bagi anak yang melanggar atau tidak disiplin sehingga dengan memunculkan hukuman perilaku melanggar tersebut tidak terulang lagi karena guru atau orangtua memberikan hukuman yang membuat ia tidak nyaman dengan perilaku melanggarnya. 5 Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 11, yaitu: 5 Mamiq Gaza, Bijak Menghukum Siswa Pedoman Pendidikan Tanpa Kekerasan, Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012, h. 17

6 Artinya: (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir aun dan orangorang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allahsangat keras siksa-nya. 6 Prinsip hukuman adalah menghilangkan kenyamanan siswa melakukan kesalahan, dengan cara memberikan resiko-resiko tidak nyaman secara langsung jika siswa melakukan kesalahan tersebut. Misalnya, siswa yang ribut di dalam kelas langsung diminta untuk keluar kelas atau dengan menghapus bintang prestasinya yang terpajang di papan tulis. Tentu jika hal itu telah disepakati sebagai aturan bersama di dalam kelas. Ada beberapa kesalahan yang kerap kali terjadi pada proses pemberian hukuman. Misalnya, guru atau orangtua yang memberikan hukuman untuk menyakiti siswa, mungkin tujuan memberi hukuman adalah baik, tapi jika berakhir pada resiko menyakiti anak, hukuman itu tetap termasuk dalam tindakan kekerasan pada anak. Selain itu, misalnya hukuman diberikan karena guru atau orangtua frustasi sehingga tidak menemukan jalan keluar untuk menyikapi masalah dan anak menjadi sasaran pelampiasan. Dalam prinsipnya, pemberian hukuman itu memiliki tujuan yang jelas sehingga hukuman diberikan dengan cara dan mekanisme yang tepat pada anak. Perilaku menghukum dalam dunia pendidikan sudah bukan barang baru untuk diperbincangkan. Artinya, sudah sejak lama banyak pihak mendiskusikan 6 Ali-Imran [3]: 11

7 tentang fenomena memberi hukuman ini. Pro-kontra pun sangat banyak kita temukan. Ada yang beranggapan bahwa memberi hukuman itu biasa-biasa saja dan ada juga yang beranggapan memberi hukuman sebagai kesalahan dalam dunia pendidikan. Bahkan ada juga yang beranggapan memberi hukuman sebagai keniscayaan dan sebuah keharusan dalam proses pendidikan. Banyak orang yang kemudian menyatakan bahwa perilaku menghukum itu sama dengan tindakan kekerasan yang dilakukan guru pada siswa, ataupun dilakukan orangtua terhadap anak-anaknya. Pada dasarnya hukuman juga menjadi sebuah metode yang harus dilakukan dalam mengendalikan anak agar menjadi lebih baik. Perilaku menghukum dewasa ini sudah menjadi treatment favorit yang dipilih oleh guru untuk mengendalikan siswa, walau memang tidak semua guru memilih hal tersebut menjadi kebiasaannya. Keputusan menghukum ini biasanya menjadi ujung kebijakan guru setelah mengalami frustasi dan menemukan jalan buntu dalam menghadapi masalah siswa di kelasnya. Hal itu mungkin wajar dan banyak guru yang memilih melakukannya. Namun, ada juga guru yang cenderung menjadikan hukuman sebagai pilihan pertama dan terakhir. Artinya, ia memilih menghukum sebelum banyak melakukan alternatif cara lain untuk mengendalikan dan menyelesaikan masalah siswa. Tentunya hal ini sudah barang tentu bukanlah tipe guru yang diharapkan karena guru yang baik adalah guru yang memiliki segudang cara ampuh yang lebih positif untuk mendidik.

8 Dampak hukuman pada anak sudah banyak sekali terkupas diberbagai tulisan, baik artikel, buku populer dan buku ajar ataupun jurnal-jurnal ilmiah. Kesimpulan yang kita temukan adalah kita tidak bisa menyepelekan efek dari tindakan memberi hukuman tersebut karena tidak jarang berakibat sangat kompleks bagi anak, baik secar internal (ke dalam diri) maupun secara eksternal yang berpengaruh pada pola interaksi anak dengan lingkungannya. 7 Sehubungan dengan tujuan pendidikan sebagaimana terungkap di atas yakni untuk mengembangkan potensi kognitif, sikap dan keterampilan peserta didik maka pendidik/tenaga kependidikan memikul tanggung jawab untuk membimbing, mengajar dan melatih murid atas dasar norma-norma yang berlaku baik norma agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Untuk mewujudkan tujuan itu perlu ditanamkan sikap disiplin, tanggung jawab, berani mawas diri, beriman dan lain-lain. Hukuman pun sering diterima siswa manakala mereka melanggar tata tertib yang telah disepakati. Hukuman itu dimaksudkan sebagai upaya mendisiplinkan siswa terhadap peraturan yang berlaku. Sebab, dengan sadar pendidik memegang prinsip bahwa disiplin itu merupakan kunci sukses hari depan. Apabila sanksi hukuman sama sekali tidak diadakan niscaya perilaku siswa akan lebih kacau. Kita bisa menduga-duga, ada penerapan hukuman saja siswa yang melanggar masih banyak, apalagi jika sanksi hukuman ditiadakan tambah ruwet. Jika hukuman itu diadakan menuntut konsekuensi bagi para 7 Ibid, h. 17-19

9 pendidik itu sendiri. Maksudnya, pendidik harus benar-benar bisa sebagai suri tauladan bagi anak didiknya. Penerapan aturan hukuman bagi para siswa yang melanggar tetapi tidak diikuti kedisiplinan pendidik, bagaikan halilintar di waktu siang bolong, banyak yang menyepelekan. 8 Beberapa perilaku yang tidak sesuai memerlukan penanganan segera misalnya, perilaku itu dapat mengganggu pembelajaran di kelas atau mencerminkan rasa tidak hormat terhadap hak-hak dan keselamatan orang lain. Dalam kasus-kasus seperti itu, kita tidak hanya menunggu perbaikan yang perlahan-lahan seiring waktu. 9 Perlunya melatih disiplin siswa membuat guru melakukan langkah menghukum sebagai jalan pintas dengan harapan perbuatan tersebut tidak terulang (menjadi disiplin). Berkenaan dengan masalah ini, peneliti menemukan sebuah kasus yang menarik pada saat melakukan observasi di MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya. Berdasarkan data catatan buku yang ditulis oleh pengurus Badan Eksekutif Santri (BES) serta pengamatan pengamatan peneliti, alasan guru menghukum siswa karena mereka tidak mentaati peraturan atau tata tertib sekolah Hidayatul Insan. Berdasarkan pengamatan saat observasi awal pada tanggal 03 juni 2015 terlihat salah satu guru berinisial MF sedang menghukum siswa berjemur. Salah satu guru berinisal AL mengatakan bahwa, sangat sulit jika meniadakan hukuman 8 https://mjafareffendi.wordpress.com/2012/03/07/hukuman-dalam-dunia-pendidikan-haruskahada-hukuman dalam-mendidik-anak/comment-page-1/ (on line 27 mei 2014) 9 Jeani Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, t.tp. PT. Gelora Aksara Pratama, 2008, h. 454

10 sebagai cara untuk mencegah terjadinya pelanggaran tersebut. 10 Kemudian SL juga menambahkan apa yang dilakukan guru menghukum siswa sebenarnya tidak membuat para pelanggar tidak jera, hal ini terlihat dengan adanya lagi pelanggaran yang terjadi lagi. Atas apa yang peneliti temukan, maka peneliti merasa tergugah untuk mempelajari atau meneliti permasalahan tersebut lebih dalam lagi. 11 Alasan peneliti memilih melakukan tempat penelitian di MTs. Hidayatul Insan, karena tempat penelitian yang mudah dijangkau dan juga sedikit mengenal lokasi yang akan diteliti daripada ditempat lain yang baru. Jadi, yang menjadi fokus dalam penelitian ini peneliti ingin memfokuskan sampai dimana peran hukuman tersebut dapat mempengaruhi peningkatan kedisiplinan siswa. Beranjak dari permasalahan di atas, maka peneliti ingin mengetahui secara mendalam sejauh mana pengaruh hukuman terhadap peningkatan disiplin siswa, sehingga penelitian ini mengangkat judul penelitian tentang: PENGARUH HUKUMAN TERHADAP DISIPLIN SISWA DI MTs. HIDAYATUL INSAN. B. Rumusan Masalah 10 Wawancara dengan Abdul Latif di MTs. Hidayatul Insan, 03 Juni 2015 11 Wawancara dengan Silli di MTs. Hidayatul Insan, 25 Juli 2015

11 Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan utama dalam penelitian ini adalah pengaruh hukuman terhadap peningkatan disiplin siswa, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hukuman yang ada di MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya? 2. Bagaimana disiplin siswa di MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya? 3. Apakah ada pengaruh antara hukuman dan disiplin siswa di MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui hukuman yang ada di MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya. 2. Untuk mengetahui kedisiplinan siswa di MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya. 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara hukuman dan kedisiplinan siswa di MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya. Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk diketahui secara tegas tentang kedisiplinan siswa di MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya. 2. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi guru-guru dan sekolah MTs. Hidayatul Insan Palangka Raya. 3. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi siswa di MTs. Hidayatul Insan.

12 4. Sebagai data lanjutan dan rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih mendalam terhadap masalah ini. 5. Untuk menambah khazanah pengetahuan peneliti dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. 6. Sebagai bahan bacaan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan menambah literatur di perpustakaan STAIN Palangka Raya. D. Sitematika Penelitian Sistematika penelitian diperlukan dalam rangka mengarahkan pembahasan agar runtun, sistematis, dan mengerucut pada pokok permasalahan, sehingga dapat mempermudah memahami kandungan dari penelitian ini. Sistematika penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika penelitian. BAB II: Deskripsi teoritik, terdiri dari, penelitian terdahulu, pengaruh hukuman, jenis-jenis hukuman, prosedur memberikan hukuman, peningkatan, disiplin siswa, hipotesis, konsep dan pengukuran. BAB III: Metode penelitian, terdiri dari, waktu dan tempat penelitian, pendekaran dan jenis penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data.