penelitian 2010

dokumen-dokumen yang mirip
KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT

Penataan Kota dan Permukiman

REALITA DAN VISI KE DEPAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA

research 2010 PEMBELAJARAN TENTANG MIXED-METHOD PADA PENELITIAN PERUMAHAN PASCA BENCANA

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Mitigasi Bencana di Permukiman Pantai dengan Rancangan Lanskap: Pembelajaran dari Jawa Barat Bagian Selatan

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

Panduan Teknis Pra-Musrenbang Kelurahan Percontohan

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian

DAFTAR ISI. Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

PERAN PERENCANAAN TATA RUANG

Grafik 1. Area Bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1 Subandono Diposaptono, Rehabilitasi Pascatsunami yang Ramah Lingkungan, Kompas 20

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Good

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. Permasalahan yang Dihadapi

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM.

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota Metro maka dapat ditarik kesimpulan

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Disamping

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

Universitas Udayana, Bali, 3 Juni 2010 Seminar Nasional Metodologi Riset dalam Arsitektur" Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset DESAIN PERMUKIMAN PASCA-BENCANA DAN METODA PARTISIPASI: ANTARA TEORI DAN IMPLEMENTASI Wiwik D Pratiwi, Medria Shekar Rani, Ruth Paramita Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung; Jl. Ganesa 10 Bandung 40132 Sistematika Presentasi Pendahuluan Pemahaman partisipasi dan kriterianya Partisipasi dengan mekanisme organisasi pengelola permukiman pasca-bencana Partisipasi dengan mekanisme administratif: peran RT/RW Partisipasi yang minimum karena pendatang/penyewaan lahan Pola partisipasi desain permukiman pasca-bencana Teori: desain dan rekonstruksi pasca bencana dengan metoda partisipatif Kelembagaan pembangunan lokal dan pengelolaan permukiman Metoda partisipasi dan pemberdayaan komunitas Implementasi: bentuk rekonstruksi pasca bencana Implementasi: partisipasi warga untuk penyediaan sumberdaya Implementasi: kendala kelembagaan untuk partisipasi Agenda penelitian lebih lanjut www.ar.itb.ac.id/wdp 1

Pendahuluan Di Indonesia, tercatat 6.632 bencana alam pada tahun 1997-2009 (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Pada umumnya kesuksesan dari penataan permukiman, kawasan dan kota untuk mengurangi resiko bencana terletak pada solusi untuk hunian dan permukiman mengurangi resiko bencana. Masyarakat kurang-mampu tidak memprioritaskan proteksi terhadap bencana alam, dibandingkan kebutuhan ekonomi dan kesehatan sehari-hari, mengakibatkan korban bencana sangat besar di negara berkembang umumnya. (Davis dan Hall, 1999) Muncul desakan akan keterlibatan masyarakat yang lebih besar dalam programprogram rehabilitasi permukiman dan penekanan dalam meningkatkan pengelolaan kapasitas pada tingkat lokal (e.g., Maskrey, 1999; Davis and Hall, 1999; Jain, 2000), dan praktek rehabilitasi bergeser. Contoh: pembangunan di La Masica, Honduras berupa sistem pendeteksi banjir dini berbasis masyarakat. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian arsitektur di daerah pasca bencana Jawa Barat bagian Selatan dan Aceh. Beberapa hal terkait dengan perancangan permukiman pasca tsunami yang mencoba menerapkan metoda partisipasi masyarakat dan kepranataan lokal untuk rekonstruksi dan recovery lingkungan binaan setempat. Pangandaran www.ar.itb.ac.id/wdp 2

Pemahaman Partisipasi dan Kriterianya Komunitas yang berkelanjutan melalui partisipasi warganya dalam mengatasi masalah setidaknya memenuhi dua kriteria, yang memberi penekanan pada kemampuan warga sebagai suatu organisasi mandiri dalam mengatasi permasalahan yang menimpa lingkungan permukimannya sendiri. Pola perilaku partisipasi warga: - partisipasi dengan mekanisme organisasi pengelola permukiman pasca-bencana - partisipasi dengan mekanisme administratif: peran RT/RW - partisipasi yang minimum karena pendatang/penyewa lahan Partisipasi dengan Mekanisme Organisasi Pengelola Permukiman Pasca-bencana Keberadaan organisasi pengelola pasca-bencana yang terpisah dan memiliki tugas tersendiri dari pengurus RT/RW. Organisasi yang semula dibentuk oleh pemerintah sebagai pengelola pemulihan sosial-pasca-bencana telah beralih menjadi organisasi komunitas yang membantu penanganan masalah desain permukiman pasca-bencana. www.ar.itb.ac.id/wdp 3

Partisipasi dengan Mekanisme Administratif: Peran RT/RW Pemecahan masalah kawasan pasca bencana biasanya melalui Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW): akses ke sumber daya, pendefinisian tugas, pengambilan keputusan yang terstruktur, dan pengaturan biaya yang efektif Sementara kriteria penerimaan bisa muncul ketika warga sudah dikabari oleh pengurus dan hasil sudah melalui proses rapat warga mayoritas atau yang hadir mewakili. Hambatan: - ketiadaan pengurus atau tokoh RT dan atau RW yang mau dan mampu mengemban amanah, - kurangnya dana perbaikan infrastruktur, - ketiadaan tokoh atau pengurus RT/RW yang mampu menyerap masalah warga dan merealisasikannya. Partisipasi yang Minimum karena Pendatang/ Penyewaan Lahan Dominasi warga pendatang pada permukiman pasca-bencana dengan karakteristik yang khusus. Persoalan yang berkaitan dengan para penyewa terhadap fasilitas huniannya biasanya dapat ditangani oleh sang pemilik hunian, baik yang tinggal sebagai warga di permukiman pasca-bencana yang sama ataupun tidak. Namun, yang sulit ditangani dalam waktu cepat adalah persoalan lingkungan yang terjadi seperti jalan, drainase dan sebagainya. www.ar.itb.ac.id/wdp 4

Partisipasi? Di lingkup dan level mana? Tulisan ini, lingkup kelembagaan lokal Desa/kelurahan RW RT Pola Partisipasi Desain Permukiman Pasca-bencana Empat pola untuk desain dan pembangunan permukiman pasca bencana : - sepenuhnya pekerjaan komunitas atau korban bencana - sepenuhnya pekerjaan pemerintah - pola kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat. - pola kolaboratif antara pemberi donor (non-pemerintah) dan masyarakat Korban bencana atau penghuni cenderung memilih pola kolaboratif dan berbagibersama, dengan beberapa pilihan: - dibangun oleh pemerintah dengan persetujuan penghuni terlebih dahulu - dilaksanakan oleh Kecamatan, Desa atau RT/ RW, sedangkan pemerintah hanya menyediakan dana saja - dibangun secara bersama oleh pemerintah dan penghuni, sesuai dengan kemampuan dan keahlian Terbatasnya informasi dan keahlian yang dipunyai oleh korban bencana, keterlibatan aktor pemerintah masih diperlukan dalam berbagai permasalahan pembangunan www.ar.itb.ac.id/wdp 5

Teori: Desain dan Rekonstruksi Pasca Bencana dengan Metoda Partisipatif Menonjolkan proses partisipatif yang sesuai dengan karakteristik budaya dan agama setempat. Mengajak seluruh komponen masyarakat untuk secara bersama-sama dan serentak menata kembali tata ruang lingkungan permukiman di seluruh wilayah perdesaan dan perkotaan yang rusak akibat bencana. Perlindungan terhadap hak perdata warga dengan mengidentifikasi hak-hak warga dan batas-batas fisik kapling atau tanah milik masing-masing warga. Revitalisasi kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis sumber daya alam dan kemampuan masyarakat setempat. Kelembagaan Pembangunan Lokal dan Pengelolaan Permukiman Perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas lembaga lokal selama proses rekonstruksi, rehabilitasi maupun desain permukiman pasca-bencana yang lebih menekankan proses partisipatif dan bertumpu pada masyarakat. menjadi pemegang urusan lingkungan dan permukiman, termasuk dalam penataan ruang dan lingkungan yang dilimpahkan kepadanya oleh lembaga di tingkat regional (misalnya kecamatan, kabupaten, provinsi), merespons kebutuhan serta harapan warganya dalam konteks kepentingan desain permukiman yang lebih luas dan sebaliknya berkomunikasi dengan warga dan lembaga yang lebih tinggi dalam menyampaikan, dan mensinergikan kepentingan serta kebutuhan masing-masing memelihara dan meningkatkan peluang keswadayaan dan partisipasi masyarakat dalam membangun. mengembangkan mekanisme dan prosedur pengurusan surat-surat, penyampaian aspirasi warga, serta urusan lain menyangkut kepentingan warga, yang jelas, dipahami dan diketahui warga secara luas. www.ar.itb.ac.id/wdp 6

www.ar.itb.ac.id/pp penelitian 2010 Kelembagaan Pembangunan Lokal dan Pengelolaan Permukiman Peningkatan partisipasi dan pemberdayaan warga komunitas untuk rehabilitasi permukiman pasca-bencana bersifat dua arah, yaitu dari satu sisi memupuk dan mengembangkan kesediaan dan kualitas partisipasi warga, di lain pihak lembaga lokal dikembangkan dalam kerangka peningkatan partisipasi warga. meningkatkan kesediaan dan peluang partisipasi membangun dan memelihara dengan stakeholders lain: sektor publik, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat menyusun proposal dan mengimplementasikan kegiatan pemeliharan dan penataan permukiman dan penerapan teknologi untuk rehabilitasi permukiman pasca-bencana meningkatkan informasi warga terhadap permasalahan dan peran warga dalam mengatasi permasalahan lingkungannya Metoda Partisipasi dan Pemberdayaan Komunitas www.ar.itb.ac.id/wdp Banyak metoda. Cenderung berhenti di tingkat proyek, belum dapat menjadi bagian yang menyatu sebagai suatu pengembangan kelembangaan dan sistem membangun permukiman yang menyeluruh yang bisa dikembangkan oleh masyarakat setempat. Bagaimana metoda partisipasi untuk permukiman pasca-bencana ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari praktek lembaga-lembaga pembangunan terkait? 7

Implementasi: Bentuk Rekonstruksi Pasca Bencana Suatu lingkungan perumahan yang mempunyai keteraturan fisik ruang. Terindikasi oleh jawaban penghuni akan perlu adanya berbagai bentuk pengaturan, yaitu untuk mengatur penggunaan ruang umum (public space) dan perizinan membangun. Implementasi: Bentuk Rekonstruksi Pasca Bencana Agak bertolak belakang dengan praktek-praktek yang dilakukan oleh warga penghuni di kawasan pasca bencana. Lembaga lokal tampak tidak terbiasa mengurus persoalan ruang permukiman yang berimplikasi kepada masalah sosial dan atau sebaliknya. Pengabaian terhadap peraturan ini disebabkan oleh: Tidak jelasnya dan atau tidak terjangkaunya peraturan yang ada, misalnya keharusan mempunyai IMB (ijin mendirikan bangunan), dan sertifikat tanah. Kebutuhan (dasar) warga yang bersangkutan, yang memerlukan penanggulangan saat itu juga, misalnya kebutuhan untuk ruang jemur, tempat membuang sampah, dan lain sebagainya. www.ar.itb.ac.id/wdp 8

Implementasi: Bentuk Rekonstruksi Pasca Bencana Penerapan IMB di permukiman pasca bencana akan menimbulkan pertanyaan tentang aturan bangunan bagi daerah. Penerapan IMB secara konvensional sebagaimana sekarang berlaku akan berpotensi semakin menghilangkan peluang warga miskin di kawasan pasca bencana untuk membangun kebutuhan ruangnya. Tidak adanya pengawasan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan misalnya, akan memberi peluang terhadap terjadinya pelanggaran atau ketidaktaatan. Desain permukiman dan penataan ruang termasuk penggunaan berdasarkan kesepakatan warga berpotensi dimenangkan oleh kekuatan kelompok warga yang mempunyai daya negosiasi tinggi. Implementasi: Bentuk Rekonstruksi Pasca Bencana Masih diperlukan suatu rambu-rambu dan atau mekanisme yang memungkinkan desain permukiman dan penataan merupakan peraturan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. Rambu-rambu ini bisa juga yang memungkinkan terlibatnya pihak ketiga yang netral. www.ar.itb.ac.id/wdp 9

Implementasi: Partisipasi Warga untuk Penyediaan Sumber Daya Kesediaan untuk ikut membangun tersebut perlu diaktifkan oleh suatu atau seorang tenaga penggerak. Bersifat top-down bagian dari kelembagaan pelaksanaan pembangunan permukiman pasca-bencana itu Sumberdaya yang dapat disumbangkan oleh warga untuk rekonstruksi dan rehabilitasi permukiman mencakup tenaga, dana dan tanah. Dengan syarat, yaitu harus sesuai dengan kemampuan warga dan unsur yang dibangun atau kegiatan pembangunan yang akan dilakukan telah disepakati oleh warga. Semampu dan serela warga Kerelaan warga untuk menyumbang tampak dipengaruhi oleh manfaat yang dapat diperolehnya dengan sumbangan tersebut. Implementasi: Kendala Kelembagaan untuk Partisipasi Kepercayaan kalangan warga cenderung terbagi kepada ketiga aktor pelaku tersebut, yaitu warga sendiri, RT atau RW. Lembaga RW tampaknya dapat merupakan lembaga lokal terkecil yang bisa menjadi ujung tombak rekonstruksi dan rehabilitasi lokal. Forum RW mempunyai jadwal melakukan pertemuan secara berkala di kelurahan atau desa masing-masing. Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) di tingkat kecamatan yang membahas perencanaan pembangunan tingkat kelurahan. Kendala kelembagaan lain berkaitan dengan pandangan penghuni terhadap ketaatan pada keputusan bersama. www.ar.itb.ac.id/wdp 10

Agenda Penelitian Lebih Lanjut Tentang partisipasi aktor selain pemerintah dan swasta dalam desain permukiman pasca bencana yang inisiatifnya dilakukan oleh komunitas. Bagaimana pranata lokal dan pola partisipasi penghuni untuk konteks communitydriven ini? Dinamika penyusunan desain permukiman pasca bencana dan rencana pembangunan kelurahan di Musrenbang dan manfaat yang diperoleh komunitas setempat untuk perbaikan lingkungannya. Bagaimana mekanisme desain permukiman pasca bencana dan peningkatan kualitas permukiman yang diselenggarakan sektor publik? Bagaimana mekanisme desain permukiman pasca bencana dan peningkatan kualitas permukiman yang diselenggarakan sektor privat? UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Teknologi Bandung, yang telah membiayai penelitian Permukiman Perdesaan dan Pariwisata di Pantai Selatan Jawa Barat: Eksplorasi Rancangan Transformatif lingkup Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman dan Program Studi Arsitektur ITB pada tahun 2010. Tulisan ini merupakan salah satu publikasi penelitian tersebut. Disampaikan pula kepada (1) Tim Peneliti Transformasi Permukiman Pasca Tsunami di Aceh (UN HABITAT dan KKPP ITB 2006) yang diketuai Ibu Dr. Suparti Amir Salim, MSP. (2) Tim Peneliti Pengelolaan Lingkungan dan Transformasi Permukiman Pasca- Tsunami di Pantai Selatan Jawa Barat (KKPP ITB 2008) http://www.ar.itb.ac.id/wdp/wpcontent/uploads/2008/12/isi_laporan_pasca_tsunami_wdp.pdf www.ar.itb.ac.id/wdp 11