EKSPLORASI JENIS REPTIL DI SUAKA MARGASATWA TANJUNG SANTIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

III. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

KEANEKARAGAMAN JENIS TUPAI (TUPAIIDAE) DI DALAM KAWASAN HUTAN TEMBAWANG DESA SOMPAK KECAMATAN SOMPAK KABUPATEN LANDAK

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Keanekaragaman dan Ekologi Biawak (Varanus Salvator) di Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Idramayu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

III. METODE PENELITIAN

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

EKOLOGI. KOMUNITAS bag. 2 TEMA 5. Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

III. METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT PENDAHULUAN METODE PENELITIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI POHON PADA BERBAGAI TINGKAT GANGGUAN HUTAN 01 GUNUNG SALAK, JAWA BARAT

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. buaya, Caiman, buaya, kura-kura, penyu dan tuatara. Ada sekitar 7900 spesies

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

Transkripsi:

EKSPLORASI JENIS REPTIL DI SUAKA MARGASATWA TANJUNG SANTIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Adan Rizkya Putra 1), Arief Sudhartono 2), Sitti Ramlah 2) Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, UniversitasTadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118 1) Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Korespondensi: Adanrizky16@gmail.com 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Abstract Indonesia is a country that rich of natural resources which one of them is fauna. The variety of fauna is one of the certain natural wealth of Indonesia. Yet human characterisic to destroy forest has inflicted a loss. Therefore the fauna in its real habitat needs more attention so it may become a media in conserving the fauna and the habitat in order to save it for the future generation. Means and infrastructure that can help to preserve the existing fauna are either conservation area, fauna rehabilitation or fauna park. The research was conducted in wildlife reserve of Tanjung Santigi in Santigi Village Ongka Malino Subdistrict Parigi Moutong District. The research was done for 3 month from August untill Oktober 2015, with observation period began at 06.00 up to 09.00 in the morning and obserbvation began at 16.00 18.00 in the afternoon. The technique of data gathering was done by using transect path and interviewing people around Wildlife Reserve of Tanjung Santigi, the observation on the location was done by following direction and position of transect diameter slowly and at the same time making note of any reptile species found. The observation way was 3000 meter lenght with 50 meter lenght of left and right side. The data analysis consisted of species composition, evenness index and variety index. The result of the research that was done in wildlife resrve of Tanjung Santigishowed that there were 5 reptile species found with the number of individual 48 that consisted of lizard (Cryptoblepharus novaeguinaeae), monitor lizard (Varanus indicus), black snake (Ramphotyphlopsbraminus), small lizard (Hemidactylus frenatu), and house lizard (Gecko-gecko). The number of the reptiles found was affected by some factors, they were effort that was done in finding reptile. The effort counting was based on the time needed in searching in the location and the width of surveied area. Based on te result, it was found that on observation track that the variety index in the Wildlife Reserve area of Tanjung Santigi was low enough with H'=1,036. Keywords: Exploration of Reptile Species, Variety, Evenness, Wildlife Reserve of Tanjung Santigi. PENDAHULUAN Latar Belakang Reptil merupakan kelompok hewan ectothermic, yaitu hewan yang suhu tubuhnya sangat tergantung pada suhu lingkungan di sekitarnya (Ario A, 2010). Indonesia merupakan salah satu dari tujuh negara mega biodiversitas yang dikenal sebagai pusat konsentrasi keanekaragaman hayati dunia (Santosa et al. 2008). Beragam jenis satwa yang ada merupakan salah satu kekayaan alam tersendiri bagi negara Indonesia. Akan tetapi sifat manusia yang merusak hutan semakin lama semakin merugikan. Sehingga perlu perhatian lebih terhadap satwa yang ada di habitat aslinya (Maulana, 2014). Pengetahuan mengenai reptil dan perhatian terhadap reptil di Indonesia masih kurang. Hal ini terlihat dari belum banyaknya informasi dan penelitian di Indonesia yang khusus mengkaji reptil (Yusuf, 2008). Kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi yang terdapat di Desa Santigi Kecamatan Lambunu Kabupaten Parigi Moutong. Merupakan salah satu kawasan yang memiliki luas wilayah 1.502 ha dan juga berbagai keanekaragaman jenis satwa seperti 87

buaya (Crocodilus porosus), burung gosong (Megapodius freycenit), burung dara laut (Sterna hirundo), raja udang kalung putih (Halcyon chloris), elang laut (Elanus hypolacus), biawak (Varanus salvator), dan berbagai jenis satwa lainnya. Kegiatan penelitian dan eksplorasi keanekaragaman jenis reptil pada suatu wilayah yang baru merupakan kegiatan awal bagi kegiatan penelitian reptil selanjutnya. Hingga saat ini belum ada informasi tentang jenis reptil pada kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi Kabupaten Parigi Moutong, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apa saja jenis reptil pada kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi Kabupaten Parigi Moutong. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanakaragaman jenis reptil pada kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terbaru tentang keanekaragaman jenis reptil yang terdapat pada kawasan tersebut. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Suaka Margasatwa Tanjung Santigi di Desa Santigi Kecamatan Ongka Malino Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yaitu mulai dari bulan Agustus sampai Oktober 2015, dengan waktu pengamatan periode pagi hari mulai pukul 06.00-09.00 WITA dan periode pengamatan sore hari mulai pukul 16.00-18.00 WITA. Alat dan Bahan Alat digunakan yaitu alat tulis digunakan mencatat yang penting dalam proses penelitian, kamera digunakan mengambil dokumentasi selama penelitian berlangsung, tally sheet berfungsi mencatat data yang diperoleh, tali rafia digunakan menandai titik pengamatan, GPS digunakan menentukan titik pengamatan. Teknik Pengumpulan Data Penelitian dilakukan selama 4 hari berturut-turut pagi dan sore. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan transek (jalur) dan wawancara kepada masyarakat yang ada di sekitar Suaka Margasatwa Tanjung Santigi, pada lokasi pengamatan dilakukan melalui pengamatan berjalan dengan mengikuti arah dan letak garis tengah transek secara perlahan-lahan. sekaligus mencatat semua jenis reptil yang dijumpai. Panjang jalur pengamatan sejauh 3000 meter dengan lebar 50 meter. Gambar 1. Jalur Transek Pengamatan Keterangan: T0 = Titik awal jalur pengamatan dimulai dari barat ke arah timur; P = Posisi Pengamatan; S = Satwa liar; T = Titik akhir jalur pengamatan. Pengumpulan data dan pengidentifikasian jenis reptil akan dilakukan melalui pengamatan secara langsung atau melihat dari jejak, kotorannya dan juga mendengarkan suaranya pada saat di lokasi penelitian menggunakan alat-alat penelitian. Analisis Data Komposisi Jenis Untuk mengetahui komposisi jenis reptil, dilakukan dengan memasukkan data hasil pengamatan lapangan kedalam tabel 1 berikut: Tabel 1. Hasil Pengamatan dilapangan Data hasil wawancara diolah untuk mendapatkan klarifikasi komposisi jenis reptil melalui tabel 2 berikut: Tabel 2. Klarifikasi Komposisi 88

Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Jenis Untuk mengetahui keanekaragaman jenis reptil dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner dengan rumus sebagai berikut (Bismark, 2011) : H = -Σ Pi ln(pi), dimana Pi = (ni/n) Keterangan : Pi = Jumlah proporsi kelimpahan satwa spesies i H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah individu seluruh jenis Ln = Logaritma natural Indeks kemerataan dihitung dengan menggunakan rumus Pielou (Ludwig and Reynolds, 1988 dalam Bismark, 2011). E = H` In (S) Dimana : E : Indeks kemerataan H : Indeks keanekaragaman Shanon S : Jumlah spesies Ln : Logaritma natural HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Jenis Hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi menunjukkan bahwa dijumpai 5 jenis reptil dengan jumlah 48 individu yang terdiri dari kadal (Cryptoblepharus novaeguinaeae), biawak (Varanus indicus), ular (Ramphotyphlops braminus), cicak (Hemidactylus frenatu), dan tokek (Geckogecko). Penelitian reptil di Indonesia pertama kali dilakukan oleh de Rooij (1915, 1917), yang mendeskripsikan 267 jenis kadal (cicak), 35 Chelonian, dan 4 jenis Chrocodilian yang telah dideskripsikan. Penelitian mengenai kadal dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain oleh Liswanto (1998) mengenai Survei dan Monitoring Herpetofauna dan Voris dan Kadarsono (1975) mengenai Ekologi dan Distribusi Reptilia dan Amphibia (Origia, 2012). Komposisi jenis repril dilokasi penelitian, disajikan pada tabel berikut: Tabel 3. Komposisi Jenis Reptil Dari kegiatan eksplorasi (penjelajahan) yang dilakukan terdapat jenis kadal (Cryptoblepharus novaeguinaeae) yang paling sering dijumpai dibandingkan jenis reptil yang lainnya ini diakibatkan kondisi suaka margasatwa tersebut mengalami musim kemarau yang berkepanjangan karena itu jenis kadal yang sering dijumpai karena kadal memiliki darah dingin itu sebabnya kadal kerap berjemur. Kadal memiliki dua bagian rahang yang terbagi sama rata dengan ukuran pembukaan mulut yang terbatas, lidah pada kadal juga berkembang dengan baik. Membran timpani biasanya terlihat jelas dan kelopak mata yang dapat digerakkan serta dapat melepaskan ekornya sendiri (autotomi) dan meregenerasinya. Kadal memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Sebagian besar memiliki empat kaki, walaupun terdapat beberapa jenis yang tidak berkaki. Ukuran Snout-Vent Length (SVL) kadal berkisar dari 1,5-145 cm, tetapi sebagian besar berkisar antara 6-20 cm (Pradana, 2013). Cicak tergolong ke dalam suku Gekkonidae dan terdiri atas puluhan jenis. Merupakan hewan reptile yang biasa memakan serangga terutama nyamuk, berukuran sekitar 10 cm, berwarna abu-abu atau coklat kehitaman. Beberapa jenis cicak yang umumnya bisa dijumpai di Indonesia adalah: Cicak tembok (Cosymbotus platyurus) atau dalam bahasa inggris disebut flat-tailed house-gecko, Cicak kayu (Hemidaclylus frenatus) atau dalam bahasa inggris disebut common house-gecko atau ada pula yang menyebut Darwin housegecko. Cicak ini berukuran sekitar 120 mm dan Cicak gula (Gehyra mutilata) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan berbagai nama seperti Pacific gecko, sugar lizard, tender-skinned housegecko, four-clawed gecko, atau stumptoed gecko (Hidayat. 2005 dalam Ariyadi 2012). Biawak melakukan aktivitas pada hutan rawa karena pada tipe habitat ini biawak lebih mudah menjumpai mangsa (prey) yang sedang melakukan aktivitas mencari makan dan minum pada perairan (Iyai et al. 2006). Ular merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan manusia. Ular memiliki ikatan antar tulang rahang dan tulang cranial yang 89

longgar sehingga dapat memisah. Dua bagian tulang rahang bawah tidak menyatu tetapi dihubungkan oleh ligament, hal ini yang menjadikan ular dapat melebarkan mulutnya dan menelan benda yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Ular berperan dalam keseimbangan ekosistem seperti mengontrol populasi hama perkebunan (Wicaksono, 2015). Tokek merupakan reptilia yang memiliki sisik dan juga bintik-bintik hitam yang besar. Tokek tinggal di lubang pepohonan di hutan atau juga di bawah bebatuan. Panjang 11.35-16.2 cm. Kepala lebar, sebanding dengan dua kali jarak moncong hingga ke mata dan mata ke lubang telinga. Moncong triangular, tumpul, lebih panjang daripada diameter mata. Lubang telinga kecil, oblique, diameter vertikal setengah dari diameter mata. Kepala tertutup sisik poligonal. Bagian rostral lebar, dengan lebar dua kali tingginya (Irham, 2012). Wawancara Hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat di Desa Santigi terhadap jenis reptil yang pernah mereka jumpai yaitu jenis reptil biawak (Varanus indicus) dan cicak (Hemidactylus frenatus) yang lebih sering muncul dibandingkan dengan jenis reptil ular (Ramphotyphlops braminus), kadal (Cryptoblepharus novaeguinaeae), tokek (Gecko-gecko), penyu (Chelonia mydas), dan kura-kura (Cuora amboinensis). Selain itu jenis reptil yang jarang mereka jumpai yaitu jenis reptil tokek dan ular. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa dijumpai 5 jenis reptil yang terdiri dari kadal (Cryptoblepharus novaeguinaeae), biawak (Varanus indicus), ular (Ramphotyphlops braminus), cicak (Hemidactylus frenatu), dan tokek (Geckogecko). Hadinoto et al. (2012), keberadaan suatu spesies di suatu tempat tergantung dari adanya sumber pakan dan kondisi habitat yang sesuai. Tabel 4. Hasil Wawancara Indeks Keanekaragaman Jenis Dari penelitian ini didapat indeks keanekaragaman pada Kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi yaitu sebesar 1,036. hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Keanekaragaman Jenis Reptil Berdasarkan hasil yang didapatkan pada jalur pengamatan bahwa indeks keanekaragaman pada kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi tergolong rendah dengan H'=1,036. Menurut Yayuk, (2013) dalam Nugroho et al. (2013) jika jumlah jenis banyak dan jumlah individu masing-masing jenis hampir merata maka indeks keanekaragaman akan semakin tinggi. Indeks keanekaragaman akan tinggi apabila pada suatu habitat dapat mendukung berbagai aktifitas dan mampu memberikan tempat yang nyaman untuk berlindung dan berkembang biak. Jika komunitas disusun oleh sangat sedikit jenis dan hanya sedikit dari jenis itu yang dominan, maka keanekaragaman jenis rendah. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena dalam komunitas terjadi interaksi yang tinggi pula. Habitat satwa merupakan tempat dimana satwa itu melangsungkan hidupnya berupa mencari makan, berkembang biak, dan beristirahat. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi, penyebaran dan produktivitas satwa liar. Habitat yang kualitasnya tinggi maka akan menghasilkan hidupan satwa liar yang berkualitas tinggi, begitu pula sebaliknya (Mahanani, 2012). Keanekaragaman habitat akan berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis suatu hewan. Semakin beranekaragam struktur habitat maka semakin besar keanekaragaman jenis hewan, hal ini karena habitat menyediakan sumberdaya yang cukup, khususnya sebagai 90

tempat untuk mencari makan, berlindung, dan berkembang biak. Setia M, (2008) hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi, dimana antara fauna dan floranya saling berinteraksi satu dengan lain. Diantara hubungan interaksi yang ada adalah hubungan saling menguntungkan diantara sesama. Indeks Kemerataan Dari hasil analisis data yang dilakukan pada lokasi penelitian, diketahui indeks kemerataan jenis reptil yang ada pada lokasi penelitian di Suaka Marga Satwa Tanjung Santigi yaitu 0,643. Berikut ini adalah tabel hasil analisis data indeks kemerataan jenis reptil yang terdapat pada kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi sebagai berikut: Tabel 6. Indeks Kemerataan Jenis Reptil Indeks kemerataan yaitu sebesar 0,643 yang artinya kemerataan jenis reptil di Suaka Margasatwa Tanjung Santigi masih rendah. Nilai kemerataan yang rendah ini menunjukkan bahwa kelimpahan individu spesies reptil pada lokasi penelitian tersebut tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Suaka Margasatwa Tanjung Santigi kurang memiliki ketersediaan sumber hidup seperti pakan, tempat berlindung dan berkembang biak yang cukup bagi spesiesspesies reptil yang ditemukan di lokasi tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi menunjukkan bahwa 5 jenis reptil yang dijumpai di kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi yang terdiri dari kadal (Cryptoblepharus novaeguinaeae), biawak (Varanus indicus), ular (Ramphotyphlops braminus), cicak (Hemidactylus frenatu), dan tokek (Gecko-gecko). 2. Indeks keanekaragaman jenis reptil pada kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Santigi tergolong rendah dengan H'=1,036. 3. Indeks kemerataan jenis reptil yang ada pada lokasi penelitian di Suaka Marga Satwa Tanjung Santigi yaitu 0,643. DAFTAR PUSTAKA Ario A, 2010. Panduan Lapangan Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Conservation International Indonesia. Perpustakaan Nasional. Jakarta. Ariyadi T. 2012. Isolasi dan Uji Bioassay Bakteri Kotoran Cicak Yang Berpotensi Sebagai Pengendali Larava Aedes sp. Jurnal LPPM UNIMUS 2012. Bismark, 2011. Prosedur Operasi Standar (SOP) Untuk Survei Keragaman Jenis Pada Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan dan ITTO. Bogor. Hadinoto, Mulyadi A, Siregar YI. 2012. Keaneragaman Jenis Burung di Hutan Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan 6 (1). Irham. 2012. Fauna Indonesia. Bidang Zoologi Puslit Biologi-LIPI. Jakarta. Iyai DA, Pattilesanno F. 2006. Diversitas dan Ekologi Biawak (Varanus indicus) di Pulau Pepaya Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Irian Jaya Barat. Biodiversitas Vol. 7 No. 2. Mahanani. 2012. Strategi Konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temmick) di Suaka Marga Satwa Padang Sugihan Provinsi Sumatra Selatan Berdasarkan Daya Dukung Habitat. Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang. Maulana, 2014. Taman Satwa Kalimantan Barat. Jurnal Arsitektur Untan. Vol. 1 No. 2. Nugroho MS, Sriningsih M, Ihsan M. 2013. Kenaekaragaman Jenis Burung Pada Areal Dongi-Dongi di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Warta Rimba. Vol. 1 No. 1. Origia K, Novarino W, Tjong DH. 2012. Jenis-Jenis Kadal (Sub-Ordo Sauria) di Hutan Harapan Jambi. Jurnal Biologi. Universitas Andalas. Vol. 1 No. 1. Pradana, 2013. Buku Panduan Lapangan Keanekaragaman Jenis Herpetofauna di Kampus Universitas Negeri Semarang sebagai Sumber Belajar Biologi Siswa SMP/MT. Universitas Negeri Semarang. 91

Santosa Y, Ramadhan EP, Rahman DA. 2008. Studi Keanekaragaman Mamalia Pada Beberapa Tipe Habitat di Stasiun Penelitian Pondok Ambung Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Media Konservasi. Vol.13 No. 3. Setia M. 2008. Penyebaran Biji oleh Satwa Liar di Kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol dan Pusat Riset Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Vis Vitalis. Vol. 1 No. 1. Wicaksono A, Madang K, Dayat E. 2015. Identifikasi Jenis-Jenis Ular di Desa Muktijaya Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin dan Sumbangnya Pada Pembelajaran Biologi SMA. Jurnal. Program Studi Pendidikan Biologi. Universitas Sriwijaya. Yusuf, 2008. Studi Keanekaragaman Jenis Reptil Pada beberapa Tipe Habitat di Eks-HPH RKI Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. 92